Siapa yang ingin selalu bahagia? Kamu pasti ingin hidup tentram, bahagia, dan selalu damai.
Ketika membuka mata dan mengucap doa bangun tidur, lalu mandi dan berwudhu, lalu salat dengan tenang.
Setelah salat lalu sarapan dengan roti bakar atau nasi goreng kesukaan, dilanjutkan dengan minum teh. Di luar ada burung yang berkicau, menyemarakkan pagi hari. Jadinya semangat untuk selalu beraktivitas meski ada banyak pekerjaan yang menunggu.
Tolak ukur kebahagiaan seseorang tentu beda-beda. Ada yang punya harta melimpah tapi seakan-akan dia sengsara. Mungkin ada satu yang kurang dalam hidupnya sehingga ia tidak merasa bahagia. Ada yang tidak punya banyak harta tapi setiap hari selalu merasa bahagia dan tenang hidupnya. Ternyata ia bahagia sebab tak punya tanggungan utang sama sekali.
Atau seseorang akan merasa bahagia asalkan pekerjaannya tidak membuatnya kehilangan waktu bersama keluarga. Atau ada yang merasa bahagia kalau seseorang itu sudah membantu banyak orang.
Bahagia atau Senang?
Nah, apakah kamu sudah memahami arti dari kata bahagia? Banyak orang yang masih salah kaprah dan mengidentikkan kebahagiaan dengan rasa senang. Ketika mendapat bonus dari kantor, atau dipuji oleh boss, hati rasanya berbunga-bunga. Rasa senang juga muncul saat ada diskon besar di mall.
Padahal senang berbeda dengan bahagia. Ketika perasaan senang hanya muncul sebentar dan saat momen tertentu, maka perasaan bahagia lebih menetap. Kamu bisa berbahagia setiap hari, karena letaknya ada di dalam hati. Tingkat kebahagiaan bertambah ketika kamu terus bersyukur akan nikmat-Nya.
Apakah Kamu Sudah Berbahagia?
Sayangnya perasaan bahagia belum tentu ada di hati setiap orang. Indonesia belum menjadi negara paling bahagia di dunia, atau di Asia Tenggara. Menurut World Happiness Report 2023, indeks kebahagiaan Indonesia menduduki peringkat 84 dari 137 negara di dunia. Sedangkan negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di dunia adalah Finlandia.
Artinya, rata-rata tingkat kebahagiaan Indonesia hanya sebesar 5,3 dari 10 poin. Sedih banget, kan? Apakah sesusah itu untuk berbahagia? Atau jangan-jangan kamu juga merasa tidak bahagia karena hidup berasa flat setiap hari?
Mengetes dengan Bahagia Meter
Jadi, bagaimana cara mengukur kebahagiaan yang sejati? Yang benar-benar membuat hati selalu bahagia, bukan senang belaka. Saat sedang dilanda kesedihan dan kecemasan, kita juga bisa kok mencari alat ukur kebahagiaan, agar bisa mencapainya suatu saat.
Kalian bisa melakukan tes seberapa bahagia kalian dengan Bahagia Meter. Ini adalah tes tingkat kebahagiaan yang mudah dan gratis! Kalian cukup meluangkan waktu kurang dari 30 menit untuk melakukannya.
Bahagia Meter menjadi salah satu cara mengukur kebahagiaan yang jitu karena menggunakan metode PERMA, based on theory by Martin Seligman. Yakni Positive emotion (perasaan positif), Engagement (keterlibatan), Relationship (hubungan), Meaning (makna hidup), dan Accomplishment (pencapaian).
Pengalaman Mengukur Kebahagiaan dengan Bahagia Meter
Karena makin penasaran untuk mencoba tes psikologi kebahagiaan, saya buka situs Rumah Zakat Indonesia lalu mencari Bahagia Meter. Awalnya, kita klik link Bahagia Meter. Lantas isi dengan nama dan email atau nomor handphone. Baru jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di Bahagia Meter Rumah Zakat.
Soal-soal dalam Bahagia Meter menurut saya tidak terlalu sulit. Setiap pertanyaan diberi angka 1-10. Semakin besar angka semakin sesuai dengan pertanyaan. Hanya saja kita perlu menentukan angka yang paling mendekati kondisi kita saat ini.
Tinggal jawab saja lalu diklik, dan selesaikan untuk mendapatkan hasilnya.
Setelah menjawab 15 pertanyaan di bahagia meter hasilnya adalah…saya punya skor 80 kebahagiaan.
Hanya saja yang tertulis di website-nya adalah tingkat kesejahteraan. Sebenarnya ini berbeda jika dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan sebab biasanya tingkat kesejahteraan terkait dengan kondisi perekonomian suatu keluarga, tidak secara personal.
Namun dari skor kebahagiaan ini saya bisa mengetahui tingkat kebahagiaan saya saat ini. Alhamdulillah, cukup bagus, kan? Berarti memang kondisi hati lagi stabil dan berusaha untuk selalu berbahagia.
Menariknya, setelah selesai mengisi Bahagia Meter, ada saran yang bisa saya lakukan untuk menambah kadar kebahagiaan.
Di antaranya membantu orang lain karena bisa menambah emosi positif. Kemudian, saya juga dianjurkan untuk mencoba kegiatan amal agar memperkuat hubungan dengan orang lain.
Saran yang bagus. Saya sendiri lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Meskipun mengerjakan pekerjaan rumah juga amal untuk keluarga, mungkin saya bisa mencoba melakukan kegiatan amal di lingkungan sekitar rumah. Misalnya, bisa menyapu jalanan depan rumah yang selalu kotor oleh dedaunan. Atau membagi makanan bagi tetangga-tetangga.
Saya juga diajak untuk mengajar agar bisa berbagi makna dengan orang lain. Memang ada kebahagiaan tersendiri ketika saya bisa memberikan sedikit ilmu yang saya punya.
Saya pernah mengajar bahasa Prancis meski cuma beberapa bulan. Setelah itu, beberapa kali tes dosen, yang jadi impian saya, juga gagal.
Meskipun saya tidak bekerja, biasanya, saya diminta menjadi pemateri kepenulisan baik kepenulisan cerita pendek, cerita anak maupun konten kreator di lingkungan organisasi saya, FLP.
Sebenarnya tidak terbatas pada itu saja. Karena berbagi ilmu ini tak perlu menunggu tawaran menjadi pemateri tetapi juga bisa dibagikan secara lebih luas, misalnya membagikannya melalui media sosial.
Untuk pencapaian ini bisa menjadi motivasi buat saya untuk membuat target-target yang bisa membuat bahagia. Targetnya tak terbatas pada target duniawi saja tapi juga yang mengarah pada akhirat. Dan yang paling baik adalah target-target akhirat, seperti target khatam Al-Quran, target wakaf, umrah, haji dan lain sebagainya.
Saran-saran dari Bahagia Meter memang jitu! Bahagia memang tidak dirasakan sendiri justru kebahagiaan bisa didapatkan dengan cara membantu orang lain.
Kalian juga penasaran pengen coba tes tingkat kebahagiaan Rumah Zakat, kan? Yuk, coba tes seberapa bahagia kalian dengan Bahagia Meter!
0 comments
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.