Menghadapi drama anak-anak jarak jauh sebelum pertemuan GLN 2024 ternyata cukup menguras emosi. Perjalanan naik pesawat dari Surabaya ke Jakarta terasa sangat lama dan membuat hati tidak tenang. Sayembara Gerakan Literasi Nasional memang selalu dinanti para penulis cerita anak Indonesia.
Sebelumnya, biidznillah aku pernah menjadi peserta GLN 2017-2018 hingga pertemuan terakhir. Saat itu, anak-anakku juga masih belum sekolah. Alhamdulillah, Allah memberiku kesempatan ikut GLN 2024.
Mungkin teman-teman masih ada yang asing tentang GLN itu apa? GLN atau Gerakan Literasi Nasional adalah program yang dicanangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud, sejak tahun 2016 dengan menyediakan bahan bacaan khususnya kepada anak-anak Indonesia.
Untuk menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia, Badan Bahasa Kemdikbud mengadakan sayembara GLN setiap tahun dengan mencari mencari naskah-naskah cerita anak yang akan disebar ke berbagai daerah. Keterlibatan publik dalam penyediaan bahan bacaan ini sangat penting karena memiliki jangkauan pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas sehingga bahan bacaan akan lebih menyenangkan dan beranekaragam.
Jika tahun-tahun sebelumnya, GLN hanya menyeleksi buku bergambar jenjang B1, B2, dan B3. GLN 2024 sudah menerima naskah novel jenjang D untuk remaja SMP. Waktu GLN 2017-2018, naskah yang dikumpulkan harus sudah selesai (dummy) termasuk juga ilustrasi. Formatnya waktu itu kumpulan cerita, novel, dst dengan –kalau tidak salah– minimal 50 halaman.
GLN 2024 ini hanya mengumpulkan contoh penulisan dan ilustrasi saja. Jika buku bergambar, proses seleksi dengan mengirimkan naskah dengan 3 kolom dan 1 ilustrasi. Sedangkan untuk novel, peserta harus mengirimkan outline, 8 halaman pertama dan 1 ilustrasi.
GLN 2024, aku mengikuti jenjang B3 dan novel. Ternyata Allah mengizinkan aku ikut GLN 2024 melalui jenjang D. Alhamdulillah bisa mengikuti pertemuan GLN di Hotel Le Meridien Jakarta, tanggal 27 Juni – 1 Juli 2024.
Aku tiba di hotel malam hari dan tidak mengikuti acara pembukaan acara di sore hari. Jadi aku langsung masuk kamar. Meskipun saat tiba di hotel kepalaku pusing dan sudah capek (gara-gara menunggu delay pesawat), tetap saja aku tidak bisa tidur nyenyak–padahal hotelnya nyaman sekali. Hati memikirkan anak-anak bagaimana tanpa ibunya.
Pagi hari, kepalaku agak ringan meskipun setelah sarapan yang sangat enak di hotel, perutku mules dan bolak-balik kamar mandi. Syukurlah panitia memiliki persediaan obat diare.
Pembagian kelas dilakukan sesuai jenjang. Jenjang D diminta masuk ke ruangan yang lebih kecil karena hanya 50 peserta. Di kelas, aku harus menahan perut mules dan badan lemas. Oh, sungguh tidak menyenangkan.
AC ruangan terasa sangat dingin. Aku tetap masuk kelas meski sesekali harus ke kamar mandi untuk setoran. Haha.
Sebelum pertemuan GLN 2024
Jadi sebelum pertemuan GLN 2024 ke Jakarta–setelah pengumuman penulis terpilih GLN 2024 pada tanggal 10 Juni 2024– seluruh peserta harus sudah menyelesaikan naskahnya sebanyak 60 halaman– termasuk beberapa ilustrasi yang sketsa maupun yang diwarnai itu–untuk dikumpulkan.
Jenjang D tanggal 18 Juni 2024, mentor memberi catatan naskah yang harus diperbaiki dan dikumpulkan sebelum pertemuan tanggal 27 Juni.
Selama 8 hari penyelesaian naskah aku sempat merasa kurang sreg sama naskahku. Meskipun ada outline yang membantu menulis naskah, tetap saja aku merasa ada yang kurang pas. Karena catatan naskah belum diberikan, aku memutuskan untuk menunda menyelesaikan.
Setelah ada catatan naskah, aku mencoba menyelesaikan tapi sempat mentok. Heran, loh, padahal sudah ada outline. Naskah aku biarkan beberapa hari, aku mencari ide dulu. Entah kapan ide itu muncul. Aku merombak beberapa, menyusunnya kembali agar muncul rasa penasaran–memasukkan hook di tiap halaman.
Ngapain saja di dalam kelas?
Karena ini adalah bimbingan teknis, setiap peserta harus maju ke depan mentor untuk menjelaskan naskahnya dan revisi yang sudah dilakukan. Karena ada 50 orang, persentasi baru selesai Ahad siang. Itu pun jadwalnya penuh dari jam 8 pagi, siang, sore, jam 9an malam.
Mengikuti paparan naskah Teman-teman, aku sempat merasa ciut. Naskah peserta lain keren-keren. Aku banyak belajar dari Naskah GLN Jenjang D. Dari penentuan tema, masalah, riset, tokoh, karakter, tata bahasa, sampai ilustrasi. Dari para mentor aku juga banyak belajar ilmu kepenulisan fiksi novel, khususnya jenjang D.
Aku bersama mentorku, Kak Ary Nilandari dan Kak Ali Muakhir |
Belajar dari Naskah Novel GLN Jenjang D
Beberapa pesan dari para mentor untuk naskah GLN novel jenjang D yaitu:
Tema
Pengambilan tema novel ini harus dipastikan benar-benar tidak sekadar tempelan. Khawatirnya, tema tentang lingkungan tapi lingkungannya hanya tempelan. Salah satu caranya bisa menjadikan masalah lingkungan itu menjadi fokus cerita. Kita bisa membuat premis cerita dulu agar naskah tidak melebar kemana-mana dan fokus.
Untuk tema kekerasan, jangan sampai ada kata-kata bullying dalam naskah. Bagiku ini harus pintar-pintar penulisnya, sih.
Problematika
Problematika ini sebenarnya banyak di sekitar kita. Hanya saja untuk dimasukkan ke dalam novel harus dipilah-pilah lagi. Penentuan masalah ini yang menjadi salah satu daya tarik juri ketika seleksi. Juri akan memilih novel yang memiliki problematika yang kekinian, misalnya ketika mengambil tema isu lingkungan bisa membahas tentang kebakaran hutan, pengerukan pasir, dll.
Sebenarnya problematika tersebut sangat umum, namun akan menjadi nilai tambah jika memiliki kekhasan. Misalnya, mentor mengomentari naskahku tentang sampah. Masalah sampah ini kan masalah umum, tetapi aku tidak membahas sampah secara umum itu tapi lebih spesifik ke sampah makanan (food waste) dan pakaian. Hal ini berkaitan dengan perubahan iklim. Sampah tersebut bisa menyumbang pemanasan global dan perubahan iklim. Tak hanya itu, mentor berkata bahwa problematika naskahku juga termasuk masalah kekinian atau masalah anak muda yang suka buang makanan dan suka belanja pakaian terus-menerus.
Contoh lain, naskah yang membahas sampah tak melulu sampah plastik. Beberapa penulis GLN novel jenjang D mengangkat masalah sampah organik dan maggot, limbah tempe, atau sampah-sampah yang turun dari langit.
Judul
Bagiku membuat judul yang menarik ini sangat susah. Kebanyakan mindset penulis bahwa naskah yang bernuansa lokal itu lebih dicari sehingga penulis tergoda untuk membuat judul dengan bahasa lokal. Sayangnya, tidak semua pembaca yang notabene anak remaja paham dengan judul tersebut. Alih-alih menarik pembaca, buku tersebut justru tidak dipilih. Buatlah judul yang menarik, yang mengundang penasaran pembaca. Jangan buat judul yang ambigu.
Riset
Riset ini penting untuk memberi nyawa bagi ruh naskah. Naskah yang kurang riset pasti terasa hambar dan kurang kuat. Problematika dan solusi menjadi tak masuk akal akibat kurang riset. Tanpa riset ini bisa menyumbang plot hole dalam novel. Saat persentasi, novel jenjang D yang menurutku keren terlihat dari hasil riset yang baik, perpaduan ide dan imajinasi penulis.
Ilustrasi
Masalah ilustrasi ini sering dikomentari oleh juri karena kurang dewasa. Mungkin ilustrator terbiasa menggambar tokoh untuk jenjang B sehingga saat menggambar untuk jenjang D masih terlihat kekanak-kanakan. Untuk ilustrasi memang agak tricky ya. Jadi pintar-pintarnya ilustrator saja tidak membuat tokoh yang terlalu kekanak-kanakan atau terlalu tua.
Genre
Beberapa genre di novel jenjang D GLN juga ada yang mengambil genre fantasi dan sains fiksi. Sekali lagi, membuat naskah dengan dua genre tersebut memang perlu matang. Tidak terburu-buru. Worldbuildingnya harus kuat agar tidak terasa aneh. Aku bisa memberi applause pada teman-teman yang mengambil dua genre novel tersebut. Aku hanya bisa bercerita sedikit tentang novel di dua genre tersebut. Kelogisan juga perlu dipikirkan, meskipun di genre lain juga harus.
Revisi Naskah
Siapa bilang setelah persentasi terus lega? Yah ada benarnya. Tapi sebenarnya masih ada revisi lagi. Hehe.
Revisi seraya menikmati kudapan yang tersisa demi mengurangi food waste hehe |
Saat persentasi, naskahku mendapat tanggapan dari para mentor. Alhamdulillah revisiku bukan revisi plot. Sampai kamar, aku tidak langsung rebahan. Aku merevisi naskah malam-malam sambil menikmati kudapan red velvet cake yang enak banget.
Sampai Jumpa GLN
Di akhir pertemuan itu, kita dikumpulkan di ruangan besar, kemudian penulis menandatangani SPK atau surat perjanjian kerjasama. Karena aku terburu-buru, jadi aku segera mengambil sertifikat dan segala administrasi.
Rasa-rasanya, aku tidak ingin mengakhiri bagian dari GLN. Tapi karena semua ada awal, maka pasti akan ada akhir. Hehe.
Demikian ceritaku tentang hasil pertemuan GLN 2024. Semoga bisa memberi manfaat yang akan menulis novel jenjang D. Semoga Allah beri kesempatan lagi untuk ikut GLN tahun depan. Aamiinn.