Fenomena Gangstar pada Anak, Bagaimana Mengatasinya?

No Comments
Beberapa tahun belakangan ini, berita tentang sekelompok orang yang membegal para pengendara lainnya di Surabaya begitu ramai. Meskipun saya tinggal di daerah perbatasan Surabaya dan Sidoarjo, yang bukan daerah rawan begal Surabaya, tetap saja berita tersebut mengkhawatirkan. Mana tahu suatu ketika saya lewat daerah rawan begal Surabaya. Semoga kita selalu dalam perlindungan Allah dari segala bentuk kejahatan. Aamiin.

Kenakalan remaja

Hari Sabtu, 24 Agustus 2024, saya mengikuti Talkshow Parenting tentang Mengoptimalkan Peran Orang Tua dan Masyarakat dalam Menangkal Fenomena Gangster pada Anak di Convention Hall Siola, Surabaya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin FT Unesa. Pematerinya adalah dosen Psikologi Unesa, Bu Yohana Wuri Satwika, S.Psi, M.Psi., dan Wakasat Binmas Surabaya, Kompol Agung Widoyo, S.Sos, M.H. Pesertanya adalah masyarakat umum, mahasiswa dari kampus di Surabaya dan juga mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Unesa.

Fenomena Gangster pada Anak

Talkshow pertama dijelaskan oleh Pak Agung yang menjelaskan fenomena gangster di Surabaya. Beliau menjelaskan, sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan kejahatan ini disebut gangster. Sayangnya, kelompok-kelompok tertentu kadang disebut juga gangster meski tidak melakukan kejahatan. Misalnya, tidak semua Bonek melakukan kejahatan jadi bukan berarti gangster. Tidak semua yang bawa bendera itu melakukan kejahatan.

Beliau juga menjelaskan tentang kejadian begal yang membuat risau warga Surabaya dan sekitarnya. Yang mengejutkan, pelaku begal di Surabaya adalah anak kecil dan remaja sekitar 18 tahun. Mereka ditangkap polisi karena membawa senjata tajam, miras, dan melakukan tawuran. Akibatnya, warga Surabaya jadi takut keluar malam.

Bahkan yang menjadi otak begal para anak-anak ini di surabaya adalah remaja. Mereka mengajak anak-anak di bawah umur untuk melakukan begal. Tindakan kejahatan yang anak remaja tersebut lakukan sudah termasuk dalam kenakalan remaja.

Jenis Kenakalan Remaja

Jenis kenakalan remaja ini sebenarnya banyak. Begal yang dilakukan anak-anak itu sudah termasuk dalam tindakan kejahatan. Beberapa bentuk kenakalan remaja adalah:

- Melarikan diri dari rumah,
- Pergi dari rumah tanpa izin orang tua, pulang larut malam, begadang,
- Mencuri barang orang lain,
- Melawan orang tua dan saudara tua,
- Berkelahi dengan saudara,
- Menjual barang milik orang tua tanpa izin,
- Sering mengeluarkan kata-kata kotor, dll.

Penyebab Kenakalan Remaja

Penyebab kenakalan remaja berdasarkan pemaparan Pak Agung cukup banyak dan kompleks. Akar penyebab kenakalan remaja adalah dari keluarga. Rasanya cukup membuat hati saya sebagai seorang ibu menjadi was-was.

Beberapa penyebab kenakalan remaja adalah:
  • Kurangnya perhatian keluarga, seperti keluarga yang broken home,
  • Pengaruh media sosial,
  • Banyak lingkungan patrologis seperti hotel yang terbuka, lokalisasi, rumah bordil,
  • Terjadinya pola interaksi remaja yang agresif,
  • Terjadinya kesenjangan ras, etnis, agama dan sosial,
  • Adanya pengaruh subrasi asing, masuknya gambar porno,
  • Semakin banyak tenaga kerja yang produktif tapi nganggur
  • Semakin banyak remaja tidak mampu sekolah
  • Banyak remaja yang cangkruk/ mabuk pinggir jalan
  • Kurang mendapat cinta kasih sayang
  • Kegagalan pendidikan
Berdasarkan pemaparan dari Bu Yohana, pengaruh orang tua ini sangat besar dalam mencegah masalah kenakalan remaja.

Anak-anak remaja tersebut masih labil. Mereka tidak bisa melihat yang baik dan buruk. Akhirnya perilaku satu atau dua orang dijadikan acuan hidup mereka. Lama kelamaan jadi komunitas.

Solusi Kenakalan Remaja

Sebagai kota metropolis, Surabaya memiliki dinamika permasalahan sosial seperti kenakalan remaja. Kasus-kasus kenakalan remaja saat ini semakin mengkhawatirkan. 

Oleh karena itu, cara mengatasi kenakalan remaja perlu dilakukan di kota Surabaya. Pihak yang terlibat dalam pencegahan kenakalan remaja tidak hanya dilakukan pada lingkup keluarga tetapi juga di lingkup sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Beberapa upaya mengatasi kenakalan remaja di lingkup sekolah adalah:
- Pengawasan ketat di sekolah
- Sosialisasi bahaya dari kenakalan remaja
- Mengaktifkan banyak kegiatan di sekolah
- Membekali dengan pendidikan moral dan kerohanian
- Pihak kepolisian akan mendatangi rumah pelaku

Di lingkup pemerintah, Dinas Sosial juga mengadakan pembinaan bagi anak-anak remaja agar tidak terlibat tawuran, melakukan pembegalan, dan aksi kenakalan remaja lainnya.

Untuk antisipasi kenakalan remaja, polisi berpatroli malam di kota-kota Surabaya. Polisi membentuk tim RESPATTI (Reaksi Cepat Tindak) yang bertugas untuk menangani dan menanggulangi kejahatan intensitas tinggi di Surabaya. Pihak kepolisian juga memberikan pembinaan bagi kelompok-kelompok masyarakat seperti komunitas tertentu.

Antisipasi kenakalan remaja

Peran Orang Tua Mencegah Kenakalan Remaja

Orang tua memiliki pengaruh pada perilaku anak. Jika di dalam rumah, orang tua memberi contoh yang baik maka perilaku anak akan mengikuti perilaku orang tua. Remaja seringnya mencari contoh dari luar rumah. Anak-anak mencari contoh yang ia kira tidak salah ternyata salah. Sebab gangster tidak merasa salah dengan apa yang ia lakukan.

1. Memberi contoh

Banyak alasan mengapa perlunya dari kecil, tepatnya sari lingkup keluarga kecil, anak ditanamkan perilaku yang memiliki nilai-nilai positif. Misalnya, ketika seorang ibu mengatakan pada anaknya, “Bilang, kalau ibu tidak ada di rumah, padahal ibunya ada di rumah.” Hal-hal sekecil itu membuat anak belajar berbohong karena merasa “Oh, ibuku saja berbohong dan tidak apa-apa.” Pada akhirnya sampai besar pun begitu.

2. Kasih sayang

Bu Yohana menjelaskan bahwa anak juga perlu mendapatkan kasih sayang dari orang tua atau keluarganya sebab hal tersebut menentukan pembentukan jati diri seseorang. Bahkan bentuk perhatian yang harus diberikan orang tua pada anak laki-laki dan perempuan pun berbeda.

Misalnya, pada anak perempuan perlu memberikan rasa sayang yang berlimpah agar anak tersebut tidak perlu mencari kasih sayang di luar.

Anak laki-laki juga perlu sering dipuji dan dikatakan mampu dan sanggup agar tidak perlu mencari validasi atas kemampuan mereka dari luar. Dan pihak ibunya yang harusnya memuji. Wah, ini makjleb banget!

Anak laki-laki perlu diberi ruang dan waktu untuk menilai dirinya sebagai laki-laki yang tangguh. Mereka tak perlu mencari validasi diri dari luar. Fenomena gangster kebanyakan laki-laki karena mereka butuh validasi dari luar rumah. Sedangkan di rumah, mereka belum mendapat validasi kepribadian dari rumah.

3. Tidak membuat anak tertekan

Bagaimana anak tidak merasa tertekan? Ketika anak tertekan, biasanya mereka tidak jujur untuk mengatakan sesuatu atau bercerita tentang dirinya. Bu Yohana mengingatkan bahwa orang tua harus memiliki kedekatan dengan anak agar anak bisa terbuka pada orang tua.

Salah satunya dengan mengurangi ruang privasi. Kebanyakan anak merasa bahwa mereka perlu ruang privasi sendiri. Justru ini yang mengkhawatirkan orang tua karena orang tua tidak tahu apa yang terjadi pada kehidupan anaknya di sekolah atau pergaulan dengan temannya. Orang tua bisa kecolongan jika ternyata anak melakjkan sesuatu di luar norma masyarakat. Misalnya, orang tua tidak boleh melihat ponsel anaknya, atau orang tua dilarang ketika masuk kamar anaknya.

Oleh karena itu, ruang privasi anak ini perlu dipersempit agar orang tua bisa mengawasi. Ruang privasi anak ini bisa dimulai anak masih kecil dengan memiliki kedekatan emosional. Anak akan mudah terbuka dan tidak merasa tertekan ketika bercerita dengan orang tuanya. Maka ruang privasi anak menjadi kecil.

Orang tua jadi tahu kondisi anaknya. Anak dekat dengan siapa, temannya siapa, pergi ke mana. Meskipun orang tua gagap teknologi, orang tua tahu bahwa anaknya jujur dan tidak perlu menyembunyikan sesuatu dari ponselnya.

Kalau pun ada ruang privasi, boleh ada kesepakatan privasi yang boleh diakses orang tua. Misalnya, orang tua boleh periksa hp, boleh masuk kamar tiba-tiba, dll. Dengan kesepakatan ruang privasi ini juga, anak akan merasa dihargai dan menghargai orang tuanya. Orang tua juga tidak was-was jika anaknya melakukan perbuatan yang melanggar norma.

4. Jangan memberi hukuman

Jangan menghukum anak dengan fisik sebab hukuman fisik akan menyebabkan luka batin. Hukuman tersebut tidak akan efektif sebab tidak akan mengubah pola pikir.

Misalnya, anak lari dari rumah karena tidak mau terlalu dikekang. Orang tua dan anak harus punya titik tengah. Standarnya ortu perlu dikurangin.

Anak remaja perlu diajak ngomong dulu. Sebelum memberi hukuman, mereka harus dikasih kesepakatan. Tujuannya pun dijelaskan dulu. Ketika anak melakukan kesalahan, maka harus paham dulu. Hukuman tanpa penjelasan akan mengakibatkan perilaku kenakalan remaja.

Kesimpulan

Demikian hasil dari Talkshow Parenting bersama dosen psikolog Unesa dan Wakasat Binmas Surabaya. Talkshow parenting mengatasi gangster di Surabaya ini mengingatkan saya sebagai orang tua bahwa keluarga menjadi peran utama agar anak tidak terlibat kenakalan remaja. Cara mengatasi kenakalan remaja memang harus dilakukan dari banyak pihak. Na’udzubillahi min dzalika. Semoga Allah menjaga anak-anak dan keturunan saya dan para pembaca dari kenakalan remaja dan kejahatan di luar sana. Aamiinn.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower