Alhamdulillah kita berjumpa lagi dengan bulan Ramadan. Apa yang paling kalian suka dari bulan Ramadan? Kalau saya sih pasar Ramadan yang jual banyak banget takjil menggugah selera. Rasanya tuh tiap ke Pasar Ramadan pengen beli ini itu dan beli banyak banget takjil. Pisang goreng, pentol bakar, ote-ote, puding, es campur, es teler, pokoknya semua yang dijual deh!
Kalau sudah kalap pas buka puasa, takjilnya malah bersisa saking udah nggak kuat makan. Dan ujung-ujungnya nyesel banget beli banyak. Siapa yang sering banget gini hayo. Wajar sih soalnya saat puasa kan menahan lapar dan haus, jadi pas lihat yang enak dan segar ya tergoda banget.
Parahnya, nggak cuma satu hari, tapi terulang besok dan seterusnya. Jadi khilafnya hampir tiap hari yaa. Apalagi belinya tanpa bawa kemasan sendiri tapi pakai bungkus plastik atau kresek.
Gaya Hidup Tak Ramah Lingkungan
Tahu nggak sih, tanpa sadar kita sudah melakukan gaya hidup yang tak ramah lingkungan.
Pertama, kita sudah menyumbang food waste yang besar karena berakhir begitu saja di tong sampah dan menumpuk tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Food waste menjadi salah satu penyumbang gas metana ke atmosfer yang menyebabkan gas rumah kaca. Parahnya, gas metana ini juga bisa menyebabkan ledakan di TPA.
Tahu nggak kalau di seluruh dunia itu menghasilkan sampah makanan yang cukup besar. Indonesia menduduki rangking ketiga di seluruh dunia yang menghasilkan food waste cukup besar. Makanan yang tersisa dan terbuang di seluruh dunia bisa sampai 1,3 triliun ton padahal sisa makanan itu bisa menghasilkan 3,3 miliar ton karbondioksida.
Kedua, plastik atau kresek tempat kita beli makan juga menyumbang volume sampah di tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Menurut Pemerintah Kota Surabaya, Volume sampah bertambah sebanyak 10-20 persen atau 100 – 200 ton setiap hari selama bulan puasa. Akibatnya biaya pengangkutan sampah ke TPA jadi bertambah. Beban TPA menjadi bertambah gara-gara gaya hidup kita yang tidak ramah lingkungan di bulan Ramadan.
Akibatnya, bumi kita semakin terancam oleh pemanasan global. Harusnya, saat puasa ramadan, kita bisa menahan diri dari sikap konsumtif yang berlebihan termasuk membeli takjil yang berlebihan.
Tantangan Merawat Bumi di Bulan Ramadan
Nah, memperingati hari bumi, Team Up For Impact (TUFI) mengajak kalian untuk melakukan hal-hal sederhana untuk bumi berdasarkan enam tema yang bisa kalian pilih.
Tema challenge Team Up For Impact adalah sampah, makanan, digital, energi dan aktivisme.
Setiap tema itu banyak aktivitas sederhana yang bisa berdampak positif pada kelestarian alam kita danq bisa mengurangi dampak pemanasan global. Bagi kalian yang baru pertama kali mengikuti challenge ini, pilihlah dari kegiatan yang termudah dulu.
Saya sendiri sudah memilih beberapa challenge TUFI ini.
Selasa : Habiskan makanan di piring
Selama ramadan rentan sekali makanan tidak dihabiskan baik saat sahur maupun buka puasa. Biasanya kita terlalu banyak membeli atau membuat makanan berbuka puasa sampai akhirnya makanan tersebut tersisa banyak.
Nah, hari ini memberikan tantangan pada saya untuk menghabiskan makanan yang ada di piring dengan berusaha mengendalikan diri dari membeli takjil yang berlebihan. Begitu juga saat sahur, mata yang masih mengantuk membuat kita kadang tak sadar mengambil nasi terlalu banyak sampai tidak dihabiskan.
Oleh karena itu, saat sahur ambillah makanan dalam porsi kecil dulu secukupnya dan tidak berlebihan. Kalau merasa kurang baru ambil lagi sedikit-sedikit.
Selasa : Makan makanan tidak bersampah
Wajar sih karena kita sendiri hingga di pelosok desa masih mengkonsumsi makanan yang bersampah dan tidak mengolah sisa makanan itu.
Tantangan ini cukup berat karena hampir sebagian besar makanan itu menghasilkan sampah, baik kulit, tulang ikan atau ayam, dan lain sebagainya.
Nah, apakah makanan yang tidak bersampah itu? Yaitu makanan yang kita beli dan tidak menghasilkan sampah dalam rumah, seperti tahu, tempe, udang. Kulit udang bisa diolah lagi menjadi kaldu udang.
Kalau kalian tidak tahan dengan bau udang bisa banget loh dibuat kaldu udang karena cara ini bisa menghilangkan bau udang yang amis.
Gampang banget loh mengolah kulit udang jadi kaldu udang.
Rabu : Belajar cara menyimpan makanan
Banyak referensi tentang cara menyimpan makanan mentah dan matang di kulkas. Untuk daging mentah saya biasa menyimpannya di freezer jika masih dikonsumsi dalam waktu lama. Jika akan dikonsumsi, daging bisa ditaruh di dalam kotak tertutup.
Cara menyimpan sayuran di kulkas bisa dipotong-potong kemudian ditaruh di dalam wadah tertutup dan pisahkan dengan sayur yang sudah layu atau menguning.
Kamis : Share Konten Manajemen Food Waste
Beberapa waktu lalu, saya melihat konten di Instagram yang mengurangi sampah makanan atau cara menyimpan sayuran biar tidak cepat basi. Sebenarnya banyak sekali konten yang mempraktikkan manajemen foodwaste.
Kalau di Indonesia sendiri ada Komunitas Belajar Zero Waste yang diinisiasi bu DK Wardhani, yang dulunya menjadi dosen pembimbing saya di Studi Perancangan Kota (Kalau tak salah). Beliau sangat konsisten dalam mempraktikkan Zero Waste. Komunitas tersebut sudah berkembang dan bisa jadi contoh untuk teman-teman semua.
Jumat : Buat Menu Mingguan
Salah satu cara agar tidak membuang makanan adalah membuat menu mingguan. Kita hanya membeli makanan yang memang dibutuhkan pada menu mingguan. Bukan pada apa yang kita lihat. Membuat menu mingguan ini berdampak pada apa yang kita beli saat di pasar. Psikologis seseorang akan mudah tergiur saat berada di pasar atau supermarket. Dengan adanya daftar belanja dari menu mingguan akan membantu pengeluaran yang menjadi lebih hemat.
Sabtu : Belajar di pasar basah
Belanja sayuran di supermarket memang lebih nyaman dibanding harus ke pasar basah. Namun, belanja di supermarket membuat kita tergoda untuk belanja di luar dari yang kita butuhkan. Godaan belanja di supermarket lebih besar. Beda lagi kalau belanja di pasar basah itu lebih bisa membuat kita menahan diri dari belanja berlebihan.
Minggu : Menghabiskan makanan dalam kulkas
Untuk hari minggu, saya menghabiskan makanan di kulkas. Biasanya pasti ada sisa sayuran atau lauk. Jadi daripada beli lagi, lebih baik dihabiskan dulu, diolah jadi menu yang lain.
Belanja di Pasar tradisional (Pexels/ Alesia Kozik) |
Gaya hidup konsumtif selama bulan ramadan ini harusnya bisa dikurangi dengan tidak membeli makanan minuman yang berlebihan.
Jangan sampai ramadan ini kita menghasilkan sampah makanan yang banyak akibat tak bisa menahan diri untuk membeli takjil. Teman-teman jangan sampai kalap ya!
Yuk, ikuti challenge yang keren ini di Team Up for Impact. Kunjungi website TUFI segera ya!
Sumber:
Kalau dulu selalu masaknya banyak sekali, sejak pandemi kami mengatur untuk menu buka puasa dan sahur. Jadi cukup satu meni, yang penting terpenuhi nutrisi. Efektif memang Kak, jadinya ga ada yang mubadzir dan terbuang begitu saja. Sudah saatnya setiap keluarga ikut serta menjaga dan merawat bumi untuk generasi akan datang ya, Kak
BalasHapusDi Ramadhan ini memang jadi tantangan tersendiri dalam menyiapkan hidangan maupun santapannya. Hayuk kita bisa demi lingkungan yg lebih lestari
BalasHapustantangan yang paling sulit buat saya dan keluarga bukan menghabiskan nasi atau makanan dalam piring sih, melainkan Makan makanan tidak bersampah terutama untuk saya ketika memasak. masih harus banyak cari referensi gimana cara mengolah sisa-sisa ini seperti mengolah kulit udang.
BalasHapusKeren banget nih tantangan yang diberikan sama TUFI, jadi memicu kita untuk bersikap bijak lagi dalam membeli dan mengonsumsi makanan. Menghabiskan makanan yang ada dan mengolah semua bahan makanan yang sudah dipunya memang jadi salah satu kuncinya sih. Bukan hanya menjaga Bumi tapi menjaga keberlangsungan dompet kita juga jadinya.
BalasHapusKalau bulan puasa nih lebih lapar mata kali ya mba, apalagi banyak banget orang buka bersama di luar. Aduh kebayang sampahnya dan mubadzirnya makanan yang sisa. Aku juga ikutan challenge TUFI ini buat nantangin diriku sendiri, ngejaga bumi lebih baik lagi.
BalasHapusGaya konsumtif di bulan Ramadan kalau ga direm memang sangat mengkhawatirkan, ya, terbukti dengan lebih banyaknya sampah di bulan ini dibandingkan bulan-bulan lain. Waktunya memperbaiki manajemen hidup kita agar lebih memperhatikan keberlangsungan hidup dengan merawat bumi secara bijak
BalasHapusMenarik nih tantangannya, Mbak. Memang permasalahan sampah ini belum ada habisnya ya, Mbak. Saatnya kita menyayangi bumi dengan meminimalisir sampah yang bisa kita hasilkan. Semangat, Mbak
BalasHapusKarena kami cuma berdua. Tantangan terbesar tuh beli makanan jadi. Mistin (wadah makanan) dari makanan siap antar, numpuk bingung buang ke mana. Akhirnya dikumpulin aja, ntar bawain tukang loak, katanya ada pengepulnya sih...
BalasHapusBumi cuma satu
BalasHapusSudah kewajiban kita untuk merawatnya
Bisa dimulai dengan tidak bersikap konsumtif di bulan Ramadan ini ya mbak
Wah makasih tipsnya. Aku juga turut menyumbang sampah setiap hari dan kebanyakan sisa makanan. Kalo di desa, bisa dibikin kompos tapi kalo di kota sulit, karena lahannya tidak ada.
BalasHapusBener banget ini, kemarin sempet baca jugaa dimana yaakk itu sampah makanan di Indonesiaa sebegitu banyaknyaa sampe aku nengok lagi kalo mau masak ini kira kira bisa habis sekali makan apa ngga, apalagi bulan puasa gini
BalasHapusBermanfaat sekali tipsnya mbak Lita. Memang disaat kita mau berbuka puasa kayak orang kalap apa aja dibeli yaa padahal ketika buka minum sama makan 1 kurma aja kenyang (gusti yeni)
BalasHapusKalo dibikin jadwal gini kayaknya lebih efisien ya. Jd tahu tiap harinya goalnya apa. So far yg aku lakuin cuma mengurangi plastik dan menghabiskan makanan hehe
BalasHapusSaya memang pernah mengalami masa-masa seperti itu. Jajan berlebihan untuk berbuka puasa. Tapi sekarang sudah beda, kalau beli takjil memang bener-bener dibatasi. Tidak boleh berlebihan. Selain ikut mengurangi sampah, juga menjaga kesehatan keuangan hehehe
BalasHapusbener juga nih, kadang cuma laper mat ya :( sedih banget kalau harus ngebuang makanan tuh, tapi ya gimana kadang kalau beli kelebihan terus udah gak kuat makan, jadi dibesokin basi, mau gak mau akhirnya kebuang juga huhu
BalasHapusTantangan belanja di pasar basah ini yang kini sudah jarang sekali aku lakukan. Karena banyaknya mang sayur yang lewat di depan rumah. Alhamdulillah, setiap langkah kecil kita bersama Team Up For Impact bisa dijadikan kebiasaan baik untuk menjaga bumi.
BalasHapuswah keren ini,.. aku suka mbak aplikatif nih .. dan aku setuju bahwa kadang kita kalap mata pengen ini itu tapi gakkemakan hiks
BalasHapusJadi reminder buat saya juga nih buat menjalani hidup dengan tetap memperhatikan lingkungan termasuk di bulan ramadan ini. Langkahnya tampak kecil dan sederhana ya tapi memang butuh effort juga jika jngin mengubah gaya hidup yang ramah lingkungan dan konsisten dengan itu
BalasHapus