Tepatkah Membersihkan Bab Bayi dengan Tisu Basah?

48 comments

“Punya tissue nggak?” Seorang teman bertanya padaku ketika sedang asyik mengerjakan tugas kuliah.


“Nggak,” jawabku sambil menoleh padanya sejenak. Kemudian melihat tangannya yang kotor karena sisa saos cilok yang dia makan.


“Tumben kamu nggak bawa tisu. Biasanya bawa.” Tanganku yang menari-nari di atas keyboard sejak tadi berhenti seketika. Benar sih, biasanya aku memang membawa tisu. Bahkan, aku tidak bisa terlepas dari benda putih bersih itu. 


Bagiku, perempuan kurang afdol kalau tidak bawa tisu. Barang itu begitu melekat dengan stereotype perempuan yang bersih. Dan aku berusaha menghilangkan stereotype dari kepalaku sendiri saat itu.


“Lagi nggak pakai tisu,” jawabku singkat.


“Kenapa?”


“Lagi hemat aja.” Bukan, sebenarnya bukan itu alasannya. Hanya itu alasan yang paling gampang dan paling mudah diterima oleh teman-teman.


“Yah. Pelit amat.”


Glek. Eh, ternyata separah itu kesimpulan temanku. Rasanya kesal tapi juga ingin ketawa. Bagaimana bisa hemat bisa disamakan dengan pelit. 


“Apa hubungannya pelit sama hemat?” Akhirnya aku bertanya.


“Pelit buat beli tisu.” Lah, kenapa dia tidak beli saja? Lucu juga temanku itu tetapi aku tidak mengatakannya.


Aku memang tidak bisa hidup tanpa tisu apalagi ketika kuliah sepuluh tahun lalu. Bahkan ketika aku tidak membawa tisu, aku akan meminta temanku yang membawa tisu. Tisu lebih praktis untuk membersihkan kotoran. Pikirku waktu itu bahkan sampai saat ini.


Dan aku sadar ketergantungan akan sesuatu itu tidak baik. Sebenarnya aku tahu tisu-tisu itu berasal dari pohon-pohon yang ditebang. Tetapi saat itu aku benar-benar sangat ketergantungan dengan tisu. 

Membersihkan Pup Bayi dengan Tisu

Sejak menjadi ibu pertama kali, aku tidak tahu cara membersihkan pup bayi pakai apa. Kemudian aku diajarkan untuk membersihkan pup bayi dengan tisu basah. Tubuh bayi baru lahir yang masih ringkih membuatku takut untuk membersihkannya di kamar mandi. 

Memberaihkan pup bayi dengan tisu basah


Hasilnya, aku harus sedia tisu basah setiap hari. Satu bulan bisa habis 3 kotak tisu basah isi 50 sheets. Hanya untuk membersihkan pantat bayi baru lahir. 


Apalagi menurut kesehatan, membersihkan pantat bayi dengan tisu sebenarnya juga tidak bagus terutama tisu basah yang mengandung alkohol. Penggunaan tisu basah pada pantat bayi bisa menyebabkan iritasi. Itu benar sih karena pengalaman anak saya pertama saat pakai tisu basah beralkohol, kulitnya menjadi merah iritasi. Dan itu membuat bayi tidak nyaman dan rewel.


Meskipun begitu, aku tetap saja pakai tisu basah. Kalau tidak punya stok tisu basah, aku seperti kebingungan dan kalut. Yang paling terasa memang pengeluaran untuk tisu cukup besar karena sebelumnya aku sudah mulai mengurangi penggunaan tisu jadi agak kaget ketika harus membeli tisu yang cukup banyak dalam sebulan. 


Beberapa minggu ini, aku pun mulai mengurangi menggunakan tisu basah. Saat anak pup, yang sebelumnya bisa tiga lembar tisu, sekarang aku hanya ambil satu lembar tisu. Selebihnya aku bersihkan di kamar mandi. Semakin lama terbersit dalam pikiran, masak sih untuk beli tisu aja aku tidak bisa? Jangan pelit deh seperti percakapan di atas.


Tetapi ternyata bukan masalah pelit tidak pelit atau hemat tidak hemat. Tapi ini tentang jumlah pohon yang ditebang.


Satu bungkus isi 20 sheet tisu itu bisa menghilangkan satu pohon. Sedangkan aku bisa menghabiskan satu bungkus tisu basah dalam dua minggu. Padahal satu pohon itu bisa menghidupkan tiga orang. 


Bagaimana kalau banyak pohon ditebang hanya untuk produksi tisu? Bayangkan saja bagaimana pohon-pohon kita lama-lama habis dibabat dan harus menunggu berapa puluh tahun untuk tumbuh kembali. 


Nggak cuma pohon yang ditebang tetapi juga air. Untuk membuat tisu 1 ton diperlukan 20.000 galon air.


Aku sadar aku harus mengubah gaya hidup yang tidak ramah lingkungan. Selain untuk menghemat pengeluaran tentunya.


Dari situlah aku menemukan jawabannya. Aku bukan pelit atau hemat dengan masalah penggunaan tisu. Ini lebih dari sekedar menghemat pengeluaran, tapi juga menyelamatkan pohon-pohon.


Jadi, aku mau menantang diriku sendiri dalam penggunaan tisu..


Tantangan dari Team Up For Impact

Tantangan dari Team Up For Impact Everyday. Jadi, setiap hari akan ada tema untuk dilakukan bersama-sama. Hal kecil yang kalau dilakukan bersama-sama bisa menjaga lingkungan kita.


Tantangan dari Team Up For Impact (TUFI) berbeda-beda setiap harinya. 


  • Senin tidak membeli makanan/minuman dalam kemasan. 
  • Selasa mengurangi listrik selama dua jam. 
  • Rabu tidak makan daging merah. 
  • Kamis tidak menggunakan tisu. 
  • Jumat tidak naik kendaraan berbahan bakar bensin. 
  • Sabtu tidak menyalakan televisi. 
  • Minggu tidak menghasilkan sampah makanan.

Team Up For Impact

Dari tujuh tantangan itu, aku memilih tantangan hari Kamis yaitu tidak menggunakan tisu. Bagaimana aku menjalani tantangan itu ketika anak bab tanpa tisu? Bagaimana membersihkan bab bayi tanpa tisu?


Membersihkan Bab Bayi Tanpa Tisu

Pertanyaan selanjutnya, apakah tidak ada cara untuk membersihkan bab bayi selain dengan tisu basah?


Sebenarnya ada saja cara untuk membersihkan bab bayi baru lahir misalnya dengan menggunakan kapas. Penggunaan kapas justru lebih menjaga lingkungan dibandingkan tisu basah karena kapas terbuat serat buah kapas tanpa harus menebang pohon seperti tisu.


Hal yang bisa dilakukan untuk membersihkan bab bayi tanpa tisu adalah dengan menggunakan kapas.

Membersihkan pup bayi dengan kapas

  • Menggunakan kapas yang dibasahi. Ambil tisu secukupnya kemudian tisu dibasahi dengan air. Bersihkan pantat bayi yang terkena pup dengan kapas yang dibasahi. 
  • Membersihkan pantat bayi di kamar mandi dengan air. Bersihkan pantat bayi di bawah air kran dengan cara menggosok pantat bayi yang terkena bab.
  • Menggunakan sabun untuk membersihkan bab bayi. Setelah dibersihkan dengan air, jangan lupa untuk membersihkannya dengan sabun agar bakteri atau kuman hilang juga untuk menghilangkan bau bab yang menempel pada kulit.

Harapannya, dengan ikut aksi ini, kerusakan lingkungan semakin berkurang. Pohon-pohon akan tetap terjaga kelestariannya. Perubahan iklim tidak semakin cepat terjadi. 


Sayangnya, kalau aku melakukan sendiri aksi sederhana tentu tidak akan memiliki dampak bagi lingkungan.


Aku harap kalian juga mau mengikuti challenge dari Team Up For Impact ini. Kalian bisa pilih salah satu, salah dua atau bahkan ketujuh challenge TUFI untuk menyelamatkan bumi.


Karena melakukan satu aksi sederhana secara serentak bersama-sama akan besar dampaknya dibandingkan jika dilakukan sendiri.


Kira-kira kalian mau ikut challenge yang mana nih?

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

48 komentar

  1. Wah boleh juga nih, mengingat dulu 2 anak saya saat masih bayi banget memang dibersihkan pupnya pakek tisu basah

    BalasHapus
  2. wah ini juga pernah aku alami, bayi jadi iritasi kulitnya, sebaiknya pakai kapas yang di basahkan, butuh ketelitian juga sih sebab bayi masih sangat rentan

    BalasHapus
  3. Zaman anakku bayi memang pakai kapas sih Mbak. Karena memang belum ada tisu basah. Dibalik kepraktisan ada yg dikorbankan ya...Bagus kalau sekarang balik lagi ke kapas & air...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener sih orang dulu malah belum ada tisue basah pasti cara lain yang ternyata lebih ramah lingkungan ya.

      Hapus
  4. Saya juga baru belajar mengurangi penggunaan tisu basah dan tisu kering untuk membersihkan pantat bayiku. Selain boros juga bikin pencemaran lingkungan juga.

    BalasHapus
  5. Saya juga baru belajar mengurangi penggunaan tisu basah dan tisu kering untuk membersihkan pantat bayiku. Selain boros juga bikin pencemaran lingkungan juga.

    BalasHapus
  6. Kalau masyrakat kita mengikuti challenge dari Team Up for Impact ini, bumi kita akan terjaga kelestariannya ya... masalah sampah pun bisa diatasi

    BalasHapus
  7. Kapas, ya? Nice idea. Saya dulu pakai tisu basah pas travelling aja sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, kalau bisa dikurangi Mbak.. Lebih bagus lagi kalau nggak pakai hehe

      Hapus
  8. Aku juga bersiin area kelamin waktu anakku bayi juga pake kapas yang dibasahi mbak. Tapi paling cuma sampe 3 bulanan aja. Pas badannya udh mulai kuat, aku cebok ke kamar mandi bener. Rasanya kurang nyaman kalau pup cuma dibersihkan pake kapas aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantapp nihh.. saya juga pas badannya udah kuat baru ke kamar mandi..

      Hapus
  9. Ketergantuan dengan tisu pasti ada, tapi harus ingat dampak dan lingkungannya yang paling penting ya

    BalasHapus
  10. Aku gak pernah bersihin pup bayi pake tisu. Soalnya anakku kulitnya sensitif banget. Jadi dari kecil anaknya dipangku terus dibersihkan pakai air dalam baskom.
    HUhuu...mungkin juga salah satunya karena uang kami belum banyak untuk beli tisu. Bahkan kami dulu pakai popok kain daripada pospak, hingga booming clodi, nah...ini menabung belinya.
    Dari mulai merk A, B, C, D.. semua aku cobain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyallah Mbak tapi ternyata itu malah yang baik untuk lingkungan ya. Saya juga pakai klodi anak pertama dan kedua pas yang ketiga nggak kuat bersihkannya hikss.

      Hapus
    2. Betul, kak..
      Kadang memang ada masa-masa lelah melihat gunungan tumpukan clodi yang sudah antri minta dicuci dan belum lagi kalau sedang musim hujan seperti saat ini, gak kering-kering. Bisa sampai 3-5 hari baru inner dalam clodinya kering.

      Sebaiknya yang memudahkan dan membuat para Ibu nyaman dan melakukan hal lain yang mungkin bisa lebih bisa dilakukan secara konsisten untuk menjaga kelestarian bumi.

      Hapus
  11. Wah solusi yang bagus mbak. Saat anak kedua lahir, aku pakai tisu (bukan tisu basah) tapi dibasahi air. Karena nggak bisa bolak balik kamar mandi dan juga itu tadi, nggak berani karena anak masih bayi.
    Lebih baik pakai kapas ya. Kalau ada penjelasannya aku benar2 paham dan sangat mengapresiasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mbak. Mending pakai kapas yg bulat2 itu. Saudara saya sih pernah nyaranin bisr nggak iritasi kulitnya. Ternyata dampaknya besar juga untuk lingkungan

      Hapus
  12. Jadi inget waktu travelling bareng sahabat yang emang udah berkeluarga, pas anaknya pup di mobil emang mau ngga mau ya akhirnya pake tisu basah ya. Tapi kudu lebih bijak lagi sih soalnya berdampak ke lingkungan, hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mbak. Pas perjalanan emang enak pakai tisu basah. Mengurangi lebih baik sih daripada nggak sama sekali. Hehe

      Hapus
  13. tidak naik kendaraan dan tidak menghasilkan sampah makanan ini yang belum bisa, mbak

    BalasHapus
  14. Pake tisu biasanya pas saat perjalanan aja. Klo di rumah saya biasanya sedia baskom yg udah disi air, termos air panas, dan washlap di kamar serta kain handuk buat lap. Jd saat bayi pup diceboknya dengan dilap air hangt. emang ribet sih tp lebih hemat tisu

    BalasHapus
  15. Wah iyaa yaa mba aku dulu pas anak masih bayi masih pakai tisu basah sih. alhamdulillah skrg dah bisa pup sendiri jadi agak legaaa setelah baca artikel ini

    BalasHapus
  16. Aku kalau di luar rumah yaa pakai tisu basah karena tidak semua kamar mandi itu pakai kamar mandi basah, seringnya kamar mandi kering
    Di rumah yaa pakai air di kamar mandi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti ponakan daku yang masih balita sih ini caranya. Tisu basah buat dalam perjalanan aja

      Hapus
  17. Dari anak lahir aku pake clodi sih mbak, karena pake tisu basah juga nggak semua cocok kulitnya. Terus ceboknya bawa ke kamar mandi langsung jadinya

    BalasHapus
  18. wah, aku banget tuh dulu dikit-dikit pakai tissue basah huhu.. karena memang praktis ya, tp ternyata salah ya :(

    BalasHapus
  19. Kalau masih bayi banget biasanya aku pakai kapas bola dikasih air hangat buat bersihin pupnya.

    BalasHapus
  20. Bener nih, waktu anakku masih baby aku juga selalu sedia tissue basah, biar lebih praktis. Ya buat bersihin pup, buat bersihin tangan dan mulutnya... hmm, ternyata pakai kapas lebih eco friendly yaa..

    Sebenarnya ibu dan bulik2ku dulu juga ngajarinnya pakai kapas sih. Cuma aku merasa agak ribet dan karena permukaan kapas kan kecil, suka kurang telaten aja..

    Baiklah ntar kalau punya baby lagi, akan kupakai cara ini. Sekarang kubagikan ke sepupu yang lagi punya anak bayi aja. Memang kalau bukan kita yang memulai aksi sederhana, terus siapa lagi ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga begitu dikasih tau saudara pakai tisu basah tapi waktu itu belum ngeh kalau ternyata bikin iritasi dan nggak ramah lingkungan

      Hapus
  21. Challenge-nya bikin tertantang banget ya mbaa..
    Pengen ikutan jugaa..
    Walaupun yang pertama itu agak2 gimana gituu yaa, semoga bisaa..

    BalasHapus
  22. Aku masih pakai tisu sampai sekarang. Hiks. Kalau disuruh lepas tisu sama sekali kayaknya. Tapi setelah tahu tisu dari pohon, jadi berusaha mengurangi sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang lebih praktis ya tp setelah tahu harus berusaha mengurangi

      Hapus
    2. Semangaatt mbak. Gapapa, pelan-pelan pasti bisa. Aku juga belum lepas sama sekali dari tisu. Tapi sedikit demi sedikit mengurangi.

      Hapus
    3. Kayaknya kalau udah kebiasaan agak sulit diubah ya kak, soalnya emang tisu basah itu praktis banget sih. Cuma ya emang kita kudu lebih sadar lingkungan aja

      Hapus
  23. Tisu memang tidak bisa dilepaskan dalam aktivitas harian kita. Tapi seiring waktu, mungkin akan ada cara pengganti penggunaan tisu. Karena tisu ini berhubungan juga dengan penebangan pohon. Apalagi menanam pohon sampai akhirnya besar, itu membutuhkan waktu yang lama.

    BalasHapus
  24. Kesalahan besar ya mbak bila kita membersihkan bayi bayi menggunakan tisu basah. Dulu hal ini juga sering saya lakukan. Dan saya baru tahu kalau membersihkan bab lebih baik menggunakan kapas. Tindakan2 kecil ini dapat membantu melestarikan lingkungan. Kalau bukan kita yang memulai tentunya alam ini makin rusak. Butuh kesadaran untuk tidak berbuat sesuatu yang membuat ekosistem terganggu ya.

    BalasHapus
  25. Kalo saya dan istri dri punya anak cuci pup nya pakai kapas dikasih air. Sampe sekarang umur 11 bulan.😁

    BalasHapus
  26. Saat Di Rumah Sakit, saya gak bisa meninggalkan tisu basah buat bersihin pantat bayi atau untuk hal lainnya. Karena emang ruang terbatas. Tapi kalau sudah dirumah, tisu basahnya dikurangi diganti dengan air

    BalasHapus
  27. noted, dulu andalan banget deh pakai tissue basah :( kalau udah tau infonya gini, next jangan lagi deh ya..

    BalasHapus
  28. 3 anak saya, dulu nggak mengenal tisu basah mbak. Jadi kalau eek atau pipis, ya saya ambil air di ember atau baskom gitu untuk cuci eeknya. Agak repot memang.

    BalasHapus
  29. dulu waktu anak saya masih bayi, saya membersihkannya memakai kapas. Awalnya sih gak paham, tapi dikasi tau oleh orang tua, karena lebih baik memakai kapas atau air saja.

    BalasHapus
  30. memang yaa kondisi yang makin kritis dan krisis iklim-lingkungan mengharuskan kita harus bisa jalani hidup ramah lingkungan nih, emang paling oke bersihin pup bayi ya di kamar mandi yaa

    BalasHapus
  31. Tapi memang tisu basah itu pilihan paling gampang ya. Wajar kalau untuk istiqomah bebas dari tisu basah itu butuh perjuangan besar.

    Saat anak bayi buat bersihin pup, saat anak balita buat lap tangan saat lagi bepergian. Praktis tapi efek buat lingkungan bikin nangis ya.

    BalasHapus
  32. Seru nih ada tantangannya begini, Mbak. Mau coba ikutaaan. Bismillah, demi lingkungan kita :)

    BalasHapus
  33. Sama kak. Aku juga pakai tisu basah. Kemana aja selalu ada benda ini di dalam tas. Tapi kalau si baby udah mulai kuat badannya. Baru deh aku bersihin di kamar mandi atau wastafel 😅

    BalasHapus
  34. aku dulu juga pakai tisu basah nih mba.. tapi lama2 aku kocorin pakai air aja dikit2 gitu biar higienis dan bersih. pas udah agak gede, langsung belajar poop di wc

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower