Mungkin banyak dari kita masih sering membuang minyak jelantah atau minyak bekas menggoreng ke tanah belakang rumah atau ke saluran buangan cucian piring. Kita masih menganggap minyak jelantah hanyalah residu yang tidak bermanfaat bahkan tidak berdampak apa-apa ketika dibuang ke tanah.
Sebuah penelitian di Malaysia mengatakan bahwa sekitar 92,4% responden membuang minyak bekas ke saluran perpipaan cucian piring, ke tanah, sungai, tumpukan sampah ataupun ke drainase. Sekitar 72,5% responden tidak tahu kalau minyak bekas tersebut bisa diolah kembali dan tidak tahu jika ada kelompok atau perusahaan yang mencari minyak bekas untuk diolah (Daud, Ngadiman, & Suliman, 2020).
Mungkin perilaku di Malaysia itu tidak jauh dengan perilaku kita di Indonesia. Sebenarnya di Indonesia sendiri sudah banyak perusahaan, kelompok atau individu masyarakat yang mengumpulkan minyak jelantah untuk diolah kembali.
|
Pengepul Minyak Jelantah (tekno.tempo.co) |
Seorang warga di Sidoarjo berhasil mengumpulkan minyak jelantah dari rumah tangga, industri dan restoran untuk dijual kembali ke perusahaan yang mengolah minyak bekas menjadi biodiesel. Keuntungan yang diraih bisa mencapai 15 juta rupiah per bulan.
Di Makassar ada yang sampai mengumpulkan minyak bekas jelantah dan meraup keuntungan hingga 100 juta rupiah. Ngiler uey!
Keuntungan yang sebesar itu tentu sayang sekali kalau hanya dibuang sia-sia. Apalagi negara kita termasuk negara yang menggunaka minyak kelapa sawit yang besar.
Dampak Negatif Minyak Jelantah yang Dibuang Sembarangan
Kenapa minyak jelantah lebih baik tidak dibuang?
Jika minyak jelantah dibuang sembarangan maka bisa memberikan dampak negatif seperti pencemaran lingkungan, merusak kualitas tanah, dan merusak perpipaan di dalam rumah atau bangunan. Misalnya dari rumah saja, minyak jelantah yang dibuang ke saluran pipa dapur akan membuat korosi pada elemen logam dan bisa menyumbat saluran pembuangan.
Dampak yang lebih buruk adalah ketika membuang minyak bekas ke perairan seperti sungai dan laut bisa menyebabkan biota laut mengalami keracunan bahkan mati.
"Membuang minyak bekas 1 Liter sama dengan mencemari perairan sebanyak 500.000 Liter. Tentu saja itu membentuk lapisan tipis pada permukaan perairan sehingga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut yang diperlukan makhluk hidup di bawah air (Panadare & Rathod, 2015)."
Pemanfaatan Kembali Minyak Jelantah
Minyak jelantah juga memiliki manfaat jika diolah kembali, bukan untuk dikonsumsi untuk dimasak. Manfaat minyak jelantah adalah dapat digunakan untuk cairan pelumas rumah tangga, minyak lampu, pengomposan, cairan pemoles furniture, pengawet kulit, penghilang cat di tangan, pembuatan sabun, tambahan bahan pangan ternak, biodiesel (Environmental, 2021), aromaterapi, dan cairan pembersih lantai (Novianti, 2021).
Ternyata banyak sekali manfaat yang saya sendiri baru tahu. Salah satu pemanfaatan minyak jelantah ini yang akan difokuskan dalam pembahasan kali ini adalah adalah bahan bakar biodiesel. Ya! Bahan bakar biodiesel bisa berasal dari minyak jelantah!
Informasi itu pun baru saya ketahui ketika mengikuti online blogger gathering tentang Biofuel bersama Kak Kukuh Sembhodo dari Madani Berkelanjutan dan Kak Ricky Amurti dari Traction Energy Asia.
Negara Pengimpor Minyak Jelantah
Minyak jelantah yang bisa refine lagi membuat beberapa negara mengimpor minyak jelantah atau disebut dengan Used Cooking Oil (UCO) atau Waste Cooking Oil (WCO). Lebih dari separuh minyak jelantah yang dipakai di Eropa merupakan minyak jelantah impor untuk biodiesel di tahun 2019.
Kenapa Eropa bisa mengimpor minyak jelantah begitu besar? Karena Eropa mempunyai visi untuk dekarbonisasi pada sektor transportasi sehingga penggunaan bahan bakar fosil diganti menjadi bahan bakar nabati. BBN yang digunakan itulah berasal dari minyak bekas yang diperoleh dari China (34%), Indonesia dan Malaysia (20%) (Michalopoulos, 2020).
Bagaimana dengan Indonesia?
Minyak Jelantah dan Kebijakan Biofuel
Di Indonesia sebenarnya sudah mulai ada pengembangan minyak bekas jelantah yang diolah menjadi biofuel atau bahan bakar nabati (BBN). Sebenarnya BBN ini telah menjadi kebijakan pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar energi lewat Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 2006.
Di tahun 2015, target BBN ini setidaknya merupakan bauran energy dari 30 persen dari bahan bakar nabati dan 70 persen dari solar. Harapannya, kelak Indonesia akan bisa menerapkan B100 dimana 100% bahan bakar berasal dari nabati.
Mungkin kita bisa memandang kebijakan ini adalah kebijakan yang bagus karena dengan penerapan BBN berarti Indonesia mulai fokus dengan kemandirian energi.
Sampai saat ini bahan bakar nabati yang diterapkan dalam program pengembangan B30 berasal dari minyak kelapa sawit. Belum ada sumber nabati lain dalam penggunaan bahan bakar yang dipasarkan secara nasional.
Sebenarnya, kebijakan itu bisa menjadi berita baik tapi juga bisa menjadi ancaman. Berita baik karena penggunaan bahan bakar nabati berarti pemerintah serius dengan mengimplementasikan Komitmen Iklim yang digaungkan PBB.
Peralihan bahan bakar minyak berasal dari fosil menjadi bahan bakar nabati sebenarnya bisa mengurangi dekarbonisasi atau efek gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.
Namun, apakah benar komitmen iklim akan tercapai?
Dengan penerapan BBN bisa mencapai kemandirian energi. Indonesia tidak perlu lagi bergantung dengan harga minyak bumi dunia yang sering naik turun dan berpengaruh terhadap harga BBM nasional. Indonesia tidak perlu lagi impor bahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan energy nasional.
Berita baik lainnya, ketika B30 mulai diterapkan dengan menggunakan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) maka ada potensi petani kelapa sawit setidaknya mulai diperhatikan.
Tak hanya itu, penggunaan bahan bakar nabati tentu akan memenuhi kebutuhan dua sektor yaitu pangan dan energi. Apakah kelapa sawit yang akan memenuhi kebutuhan energi dulu kah ataukah kebutuhan pangan dulu?
Ancamannya, ketika permintaan akan kelapa sawit meningkat maka pembukaan lahan baru untuk kelapa sawit bisa saja akan terjadi.
Deforestasi yang akan terjadi untuk penyediaan lahan kepala sawit justru malah menyumbang emisi gas rumah kaca dan menyebabkan peningkatan suhu global.
Apa yang harus dilakukan?
Kalau menurut Kak Kukuh dari Madani Berkelanjutan, jika kelapa sawit akan menjadi sumber bahan bakar nabati untuk biodiesel maka yang perlu diperhatikan ada tiga hal yaitu diversifikasi stok pangan, peningkatan produktivitas feedstock dan peningkatan ketelusuran feedstock.
Sementara jika dari Kak Ricky dari Traction Energy Asia, pekebun sawit mandiri perlu menjadi bagian dari rantai pasok biodiesel. Terdapat kekhawatiran jika kebijakan BBN dari kelapa sawit ini berlanjut maka petani sawit tidak memperoleh keuntungan besar. Sedangkan perusahaan besar yang justru memperoleh keuntungan besar. Rantai pasok yang panjang membuat harga sawit semakin tinggi dan petani sawit hanya mendapat keuntungan kecil.
Ditambah potensi GRK dari perusahaan besar kelapa sawit akan menyumbang GRK lebih besar dibanding dengan petani sawit mandiri. Oleh karena itu, pemerintah harus memberi perhatian kepada petani sawit mandiri sehingga petani kecil ini tetap memperoleh keuntungan dari kebijakan BBN. Selain mensejahterakan petani, menghindari deforestasi juga menjaga agar komitmen iklim tetap tercapai.
Sama seperti yang dikatakan Kompas.com, bahwa perbaikan tata kelola sawit ini harus dilakukan terus sehingga petani kecil sawit akan mendapatkan keuntungan bagi petani sawit.
“Intervensi di sektor hulu dengan menghentikan ekspansi sawit skala besar dan melakukan reforma agraria pada lahan sawit yang bermasalah. Dengan cara ini, akan terjadi keseimbangan antara hulu dan hilir. Sehingga pada akhirnya memberi dampak positif bagi petani kelapa sawit (Kompas.com, 2020)."
Nah, coba mulai sekarang teman-teman mengumpulkan minyak jelantah dan menjualnya ke pengepul minyak jelantah. Selain memberi keuntungan untuk teman-teman sendiri, teman-teman secara tidak langsung berkontribusi pada kemandirian energi dan kelestarian lingkungan. Yuk, kumpulkan minyak jelantahmu!
Referensi
Daud, M. S., Ngadiman, N. I., & Suliman, M. S.
(2020). The Awareness of Recycling The Used Cooking Oil. Journal of
Critical Review, 7(8), 30-32. doi:http://dx.doi.org/10.31838/jcr.07.07.01
Environmental, M. (2021). 15 Creative Uses of Used
Cooking Oil You Never Knew About. Retrieved from
https://www.mahoneyes.com/blog/15-creative-uses-of-used-cooking-oil-you-never-knew/
Kompas.com. (2020, September 10). Program B30 dan
Nasib Petani Sawit. Retrieved from https://money.kompas.com/read/2020/09/10/115938126/program-b30-dan-nasib-petani-sawit?page=all.
Michalopoulos, S. (2020, July 2). Report: Europe's
imported UCO mainly comes from China and palm oil producer countries.
Retrieved from https://www.euractiv.com/section/agriculture-food/news/report-europes-imported-uco-mainly-comes-from-china-and-palm-oil-producer-countries/
Novianti, C. (2021, November 6). 7 Manfaat Minyak
Jelantah Yang Tak Pernah Diketahui. Banyak Banget Ternyata! Retrieved from
https://www.99.co/blog/indonesia/manfaat-minyak-jelantah/
Panadare, D. C., & Rathod, V. K. (2015).
Applications of Waste Cooking Oil Other Than Biodiesel: A Review. Iranian
Journal of Chemical Engineering, 12(3), 55-76. Retrieved from
http://www.ijche.com/article_11253_54b41ee620eb7a8972ee3e37776dad5f.pdf
Muhtarom, Iqbal. (2021, April 21). Olah Minyak Jelantah Jadi Biodiesel, Pemuda Ini Raup Omzet Rp 200 Juta Sebulan. Retrieved from https://tekno.tempo.co/amp/1454781/olah-minyak-jelantah-jadi-biodiesel-pemuda-ini-raup-omzet-rp-200-juta-sebulan.
https://memorandum.co.id/di-tangan-warga-tarik-sidoarjo-minyak-jelantah-jadi-bernilai-ekonomis-tinggi/
iya mbak, minyak jelantah emang nggak boleh dibuang sembarangan
BalasHapusBisa mencemari lingkungan
klo di kompleks ku, setiap satu bulan sekali diambil oleh pengempul
seliter minyak jelantah dihargai 5 rb rupiah
Minyak jelantah yang biasanya dibuang ternyata bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam ya. Bisa juga untuk bahan bakar biodiesel
BalasHapusmanfaatnya bnyak sekali ya minyak jelantah yang kita anggap gak berguna lagi di rumah. Saya juga sudah mulai kupulin minyak jelantah dan nanti kalau sudah banyak diberikan ke lembaga yg menerima minyak jelantah ini
BalasHapusTernyata minyak jelantah cukup berbahaya ya kak bila dibuang sembarangan. Namun dibalik itu semua ternyata bila benar pemanfaatannya malah bisa dijadikan bahan bakar yang ramah lingkungan.
BalasHapusMulai sekarang nabung minyak jelantah deh. Gak dibuang sembarangan.
di sini juga udah jalan. kumpulin minyak jelantah seember ditukar dengan emas, lo. semoga para ibu jadi makin semangat mengumpulkan.
BalasHapusTernyata banyak sekali manfaat dari minyak jelantah ini ya Mbak. Jadi jangan dibuang karena bisa merusak lingkungan, dan sebaiknya diolah kembali. Apalagi masyarakat Indonesia sangat menyukai makanan digoreng. Termasuk saya hehehe.
BalasHapusWaduh, selama ini saya buang aja minyak jelantahnya... Sempet ngumpulin sedikit tapi bingung dikasihin ke mana... Padahal ternyata bisa dimanfaatkan ya...
BalasHapusTernyata minyak jelantah masih bisa diolah kembali dan mampu memberikan penghasilan
BalasHapusAku ingat bgt pas di belanda temanku sampe kudu bayar jutaan gara2 septitenknya macet karena suka buang minyak jelantah kesitu.. Pshl jelantah bisa diolah ya
BalasHapusDari pada dibuang begitu saja, memang lebih baik minyak jelantah dikumpulkan untuk hal yang bermanfaat. Pastinya tiap rumah ada aja bertemu minyak jelantah
BalasHapusPR banget buat keluargaku. Masih sering buang minyak jelantah ke saluran pembuangan air gitu. Setauku di sini mah belum ada pengepulnya..
BalasHapusaku masih suka buang sembarangan, padahal di grup UMKM ada yang bersedia menampung. Duh.. gegara masih suka gorengan nih malah jadi limbah, huhu
BalasHapusMinyak jelantah yang banyak dikira oleh orang2 gak bernilai lagi setelah habis dipakai ternyata justru banyak potensi pemanfaatannya ya, Kak.
BalasHapusJadi mulai sekarang baiknya stop membuang minyak jelantah selain krn memiliki resiko bisa mencemarkan lingkungan, juga minyak jelantah justru bisa beri manfaat yg lebih.
Banyak banget ya manfaat dari minyak jelantah. Sejauh pengetahuanku, hanya bisa jadi pelumas dan bahan membuat sabun. Eh ternyata lebih jauh daripada itu dong.
BalasHapusTaunya Eropa malah mengimpor minyak jelantah dari negeri kita ya.
Anggapan minyak jelantah adalah minyak bekas goreng yang sudah tidak bisa dipakai lagi ternyata salah ya. Padahal jika kita dapat mengolahnya kembali, maka dari minyak bekas tersebut dapat digunakan lagi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan juga
BalasHapusHuhu..aku masih sering buang minyak jelantah di tepat cuci piring. Dan aku jadi lupa kalau terus-menerus bisa menghambat lubang cuci juga yaa..
BalasHapusManfaatkan minyak jelantah dengan bijak.
Wah jadi minyak jelantah tuh sebaiknya nggak dibuang sembarangan ya maaak.. Selain supaya ga mencemari lingkungan, tapi juga karena masih bisa dimanfaatkan jadi biofuel yaaaa
BalasHapusKarena aku bukan orang yang masak di dapur, sejauh ini cuma kasih saran ke Ibu aja sih untuk nyimpan minyak jelantah dan dijual ke pengepul yang ternyata diubah menjadi biodiesel. Semoga supply minyak jelantah makin banyak dan mengganti ketergantungan akan sawit yah kak
BalasHapusSelama ini saya juga buang minyak jelantah yang sudah sama sekali nggak terpakai. Ternyata masih bisa dimanfaatkan ya? Dan yang lebih penting lagi, efek dari minyak jelantah yang dibuang sembarangan bisa mencemari lingkungan sekitar. Noted!!. Soalnya di tempat saya nggak ada pengepul minyak jelantah, jadi ya main buang saja deh... Apa saya jadi pengepul aja kali yak, wkwkwkwk....
BalasHapusIya sekarang sudah banyak yang concern soal limbah minyak jelantah..di perumahanku juga rutin jual minyak jelantah
BalasHapusItu sidoarjo sebelah mana ya mbak, pengin tau lokasinya. Kalau di sini ada tetangga yg ngumpulin minya jelantah, saat itu belum tau diolah kayak gimana, ternyata hasilnya bisa dijadikan peluang bisnis juga
BalasHapusWah ternyata minyak jelantah bisa jadi bermanfaat ya, bisa jadi sumber penghasilan juga. Selama ini saya selalu membuangnya duh salah ya
BalasHapusSetuju mbak, minyak jelantah emang harusnya nggak dibuang sembarangan. Namun kadang di beberapa daerah blm ada pengepul minyam jelantah jadi bingunh juga mau digimanain minyak jelantahnya.
BalasHapusBaru tahu nih mbak. Saya juga suka buang minyak jelantah sembarangan. Seringnya ke pembuangan wastafel. Pantas saja pembuangan di wastafel saya sering meluap keluar. Mungkin pipa kebawahnya sudah tertutup kerak minyak itu ya. Wah...harusnya kita ikut mencintai alam kita ya, tidak buang minyak jelantah sembarangan tetapi memanfaatkan minyak ini untuk hal lain yang lebih berguna. Terimakasih sharing informasinya.
BalasHapusWidiiiih...keren banget itu yang sampai dapat 100 juta dari bisnis minyak jelantah. Sayangnya nih di Bandung aku nggak tau pengepul minyak jelantah yang deket dari rumahku.
BalasHapusSejauh ini jadi lebih bisa bijak dalam penggunaan minyak. Kayak pakai seperlunya dan kalau ada sisanya si minyak jelantahnya ini gak langsung dibuang gitu aja. Soalnya bisa dimanfaatkan kembali ya, Mbak
BalasHapusgara2 ikut gathering ini, Mba, aku pun jadi browsing.. ternyata memang beberapa negara2 di eropa meneirma minyak jelantah kita. kok aku jadi malu ya.. masa di INdonesia malah engga dikelola dengan baik huhu kan eman2 ya..
BalasHapusEropa berpikir beberapa langkah dari kita untuk biofuel. tentu saja, selain lebih mapan, lebih memperhatikan kesehatan, juga karena biofuel akan lebih hemat nantinya.
BalasHapusSemoga kita bisa segera bergerak berssama ke arah sana
Waaaah, dari minyak jelantah bisa dapet 100 jeti??
BalasHapusTernyata selain masih bisa dimanfaatkan, juga berguna untuk kompos dan pelumas ya? Asyiiik. Coba juga ah
wahhhh gokil yaa minyak jelantah bisa di daur ulang jadi biodiesel dan bisa dijadiin cuan lagi, mayan banget buat urusan dapur lagi. Selain jadi biodiesel juga ternyata banyak yaa manfaatnya buat urusan rumah tangga, biasanya klo di kampung juga dipake buat pelumas retsleting yang macet, mempercepat pembakaran kayu bakar, dioles ke tangan juga kalau mau belah nangka biar ga lengket mba
BalasHapusmembuang minyak jelantah sembarangan nggak boleh
BalasHapusBisa merusak lingkungan
makanya klo aku, aku kumpulin di botol lalu jual ke pengepul, biasanya jelantahnya buat bikin sabun
Harus tau cara membuang minyak jelantah nih. Di Malang sudah ada penampung minyak jelantah. Semoga bumi makin terselamatkan
BalasHapusMinyak jelantah masi bisa dimanfaatkan dengan baik. Tinggal dikumpulin dan biasanya ada yang mengepul dan bisa dimanfaatkan untuk yang lain
BalasHapusAku jg dah mulai woro2 nih mba ke ibu dan org2 rumah kalau minyak jelantah jangan dibuang hehehe alhamdulillah sedikit demi sedikit dimulai dari rumah yah
BalasHapusAhh iya benar banget ini. Jangan sampai kita tidak bertanggung jawab dan membuang minyak jelantah sembarangan ya. Lebih baik ke pengepul minyak jelantah.
BalasHapusWah, ternyata bida diolah lagi ya minyak jelantah ini. Selain bisa berdaya guna, yang terpenting bisa menghindari kerusakan lingkungan juga. Mulai besok, kumpulin minyak jelantah ah..
BalasHapusSedih sekali dengan fakta bahwa minyak jelantah bisa mencemari lingkungan. Padahal air bersih bagi beberapa lokasi di Indonesia masih sangat langka. Dan ini pentingnya edukasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan dengan hal sederhana.
BalasHapusTetangga saya dulu kerja di lapangan golf. Seminggu sekali suka bawa pulang minyak jelantah dari resto yang ada di lingkungan golf tersebut. Masih bening dan seperti baru dipakai dua atau tiga kali menggoreng, nggak hitam keruh seperti jelantah pada umumnya. Tapi karena nggak tau riwayat minyak itu di resto bekas menggoreng apa saja, jadi nggak ada yang berani pakai buat masak. Dijual ke pengepul memang laku ternyata.
BalasHapusBanyak banget manfaat minyak jelantah ya. Baru tahu sy.
BalasHapusJadi pengin mengumpulkan juga, supaya lebih bermanfaat.