Sebenarnya
ini adalah ceritaku yang ingin aku ikutkan lomba menulis di platform Cabaca.
Sayangnya, laptop tiga hari ngambek dan tidak mau menyala. Pas mau menyala pun ketika deadline sudah ditutup wkwkwk. Jadi aku posting di sini saja ya. Pertama-tama, aku cerita tentang pengalaman
mengerikan saat jadi anak kost.
Pengalaman Mengerikan Menjadi Anak Kos di Malang
“Manusia dengan otak kriminal itu
lebih menyeramkan daripada hantu buruk rupa.” – Lita L.-
Mengerikan memang ketika kita bertemu manusia jahat dengan
pikiran kriminalnya dibandingkan makhluk halus yang berwajah seram. Aku pernah
mengalami hal yang mengerikan dan mengancam keselamatan ketika aku menjadi anak
kos.
Kejadian ini bermula ketika aku mulai kelaparan karena
menunggu kekasih yang tak kunjung tiba menjemput ke kos. Aku pun memutuskan
untuk mencari makan sendiri yang tidak jauh dari kos. Waktu itu, proyek
pembangunan gerbang Universitas Brawijaya dekat kuburan Betek baru mulai
berjalan. Beberapa bangunan kos yang akan menjadi lokasi gerbang kampus sudah
dibeli pihak kampus. Hanya tinggal beberapa bangunan kos yang memang tidak
dibeli pihak kampus. Akibat proyek pembangunan itu, beberapa bangunan kos sudah
tidak dihuni dan tidak ada penerangan. Sementara penerangan dari bangunan kos
yang masih dihuni pun masih kurang.
Dari ujung jalan, aku sebenarnya ragu. Apakah aku akan mencari
makan di dekat kuburan? Melihat jalanan yang gelap dengan pohon-pohon yang
besar, aku sempat bimbang. Sementara pukul delapan malam, kendaraan bermotor
sudah mulai sepi. Agak heran sebenarnya karena jalanan dekat kampus itu selalu
ramai. Namun, malam itu sudah sepi hanya beberapa kendaraan bermotor yang
melintas. Mungkin banyak yang menonton pertandingan sepak bola tingkat Asia.
Perutku sudah tak kuasa menahan lapar. Aku terpaksa melewati
jalan itu karena kalau aku tidak makan, penyakit maag akan kambuh.
Ketika memasuki jalanan yang gelap tepat di depan kuburan dan bangunan kos yang
tak berpenghuni, aku membaca ayat kursi sebanyak-banyaknya. Aku pun tak berani
melirik ke sebelah kiri. Kuburan dengan pohon besar yang sepi dan gelap. Tak
berani pula melirik ke arah bangunan kos yang sudah ditinggal pemiliknya.
Mataku terus tertuju ke depan.
Angin dingin kota Malang membuatku harus merapatkan jaket dan
mendekap dompet serta ponsel dengan chasing
hijau di dadaku. Tiba-tiba aku mendengar suara lompatan di belakang. Yang
awalnya tidak ada orang di belakang, tiba-tiba saja muncul seorang pria
kurus. Meski aku berhasil menyembunyikan keterkejutanku, tetap saja aku merasa
aneh.
Pria itu terus berada di belakang. Perasaanku mulai tidak
enak. Sementara perjalanan yang gelap itu masih panjang. Jalanan terang masih
ada sekitar empat puluh meter di depanku. Ketika aku mempercepat langkah, pria itu
pun mempercepat langkahnya.
Aku mulai berpikiran macam-macam. Jantungku pun sudah mulai
berdetak keras tak karuan. Aku mengatur nafas agar terkesan tenang dan tidak
berprasangka buruk. Pria itu masih mengikuti irama langkahku.
Dalam hitungan beberapa detik dia memang sudah cukup dekat. Tanpa menoleh ke belakang, ternyata tangan kanannya sudah membekap mulutku! Betapa terkejutnya! Beruntung tangan kanannya tidak begitu kuat mendekap. Tangan kirinya tidak juga menahan perutku.
Wajah Panik Saat disekap (freepik) |
Tanpa pikir panjang, aku menangkis tangan kanannya. Mungkin
dia juga kaget sampai tanpa sadar terlepas dan membuatku bisa merosot ke bawahnya.
Dengan menjatuhkan diri ke jalanan adalah caraku untuk bisa melepaskanku
darinya.
Ponsel dan dompetku masih kupegang erat sambil terduduk
menatapnya. Tidak ada sama sekali kendaraan yang lewat. Pria itu berdiri membalas
tatapanku. Kami saling menatap. Beruntung baginya, akibat gelap aku tidak
begitu jelas melihat wajahnya.
Aku sempat berpikir kalau dia orang gila. Kuanggap saja dia
gila. Dan aku langsung berteriak minta tolong sekuat-kuatnya. Setelah itu, satu
motor melewati kami dan meneriaki pria tadi karena sepertinya pria di kendaraan
bermotor itu melihat kami dari kejauhan meski mungkin mereka tidak melihat
dengan jelas.
Aku pun berdiri dan segera melarikan diri ke arah warung
makan tujuanku. Sambil berlari, aku menoleh ke belakang dan melihat pria itu
masuk ke dalam bangunan kos yang tidak dihuni itu. Entah dia akan bersembunyi
di tempat itu terus atau tidak.
Begitu sampai di bawah lampu jalanan yang terang dan ramai
orang, aku berhenti dan menahan diri untuk tidak menangis di tempat umum. Aku
langsung menelepon kekasihku. Sayangnya, ia tidak mengangkat. Namun, dalam
waktu dua menit, kekasihku langsung berhenti di depanku karena memang waktu
sebelum berangkat dia sudah tahu tujuan warung yang akan aku datangi.
Dalam hati aku ingin memarahinya akibat terlambat menjemput.
Kalau saja dia tidak terlambat mungkin aku tidak akan mengalami kejadian
seperti tadi. Namun, aku hanya bisa menceritakan dengan nafas naik turun. Entah
dia percaya atau tidak. Yang jelas, aku langsung minta antar pulang dan tidak
jadi membeli makanan.
Saat melewati tempat kejadian tadi, aku tidak melihat
tanda-tanda pria itu masih ada di bangunan kos yang kosong. Aku juga tidak tahu
apakah pria itu menungguku di sana atau tidak.
Sungguh, kejadian itu tidak akan aku lupa. Semenjak itu, aku
tidak mau melewati tempat-tempat dengan penerangan minim bahkan tak ada sama
sekali. Aku juga tidak mau jalan sendiri ketika melewati tempat yang gelap.
Lebih baik mencari tempat makan yang tidak jauh dari kos. Yang pasti dengan
kondisi jalanan yang terang. Aku juga tidak mau lagi membawa barang berharga
dengan tangan terbuka atau tanpa perlindungan. Sekarang aku selalu membawa tas
untuk menaruh dompet dan ponsel. Tidak membawanya di tangan. Aku tidak mau lagi
dompet dan ponsel yang kubawa memberi kesempatan bagi orang yang ingin
memanfaatkan kesempatan dengan mencopet.
Bagi para penghuni kos, perhatikanlah hal itu sebelum menjadi
bumerang bagi kalian sendiri. Benarlah jika otak kriminal itu lebih berbahaya
daripada penampakan hantu.
Pengalaman Menyeramkan Menjadi Anak Kos di Semarang
Kos-kosan yang terlihat aman belum tentu sepenuhnya aman.
Ketika aku mencari kos-kosan dengan kriteria lebih baik dari kos-kosan
sebelumnya, ternyata belum tentu memberi keamanan bagi penghuninya.
Kriteria mencari kos untukku sebenarnya tidak sulit, seperti
harga murah, tidak jauh dari kampus, akses mobil gampang, sirkulasi udara
bagus, pencahayaan bagus, tidak berada di jalan sempit dan gelap, dan terdapat
parkir motor. Namun, ternyata kriteriaku itu masih kurang. Soal keamanan. Aku
tidak tahu sebenarnya bagaimana mencari tahu kondisi keamanan kos-kosan di
jaman waktu aku kuliah dulu. Waktu itu, masih sangat jarang kos-kosan yang
memasang fitur kamera CCTV. Rasanya juga tidak mungkin wawancara dengan orang
di sekitar. Akhirnya aku memilih salah satu kos yang dekat kampus, harga murah,
akses mobil gampang, ada parkir motor dan sirkulasi udara bagus.
Tiga bulan pertama tinggal di kos, tidak ada sesuatu yang
aneh. Sampai suatu ketika, aku merasa aneh dengan atap kamar kosku. Di bulan
Januari, aku melihat ada dua lubang kecil sebesar jari jempol di plafon atap
kamar. Posisinya di sebelah timur kamar. Sebulan kemudian, lubang itu bertambah
banyak. Tiga lubang kecil di sebelah barat kamar. Posisinya sejajar dengan
tempat tidur. Jadi kalau aku tidur malam, aku bisa melihat lima lubang itu
dengan sangat jelas. Namun, tidak ada pikiran buruk sangka tentang lubang itu. Anggapan
tikus lapar atau tikus yang sedang mengasah giginya lebih mendominasi
pikiranku. Suara berisik di malam hari juga kuanggap dari tingkah laku tikus.
Satu bulan kemudian, ketenanganku terusik. Lubang itu
bertambah banyak. Setiap malam dan siang, saat tidak sedang ke kampus,
perhatianku tertuju pada lubang aneh itu. Bunyi berisik yang kuanggap tikus
mulai kudengarkan dengan seksama. Langkah kakinya tidak seperti tikus yang
sedang berlari cepat tapi lebih lambat, keras dan jauh lebih berisik.
Mungkinkah ada orang yang sedang mengintai di atas kamarku? Pikiran
burukku mulai memenuhi kepala. Aku pun langsung turun dari tempat tidur dan
mengubah posisi tempat tidur menjauh dari lubang pengintai itu. Aku khawatir
jika memang benar ada orang di sana. Setidaknya, aku ingin mencoba apakah
lubang itu semakin banyak?
Badanku sedikit bergidik membayangkan jika pikiranku itu
benar. Setelah itu, aku selalu tidur dengan perasaan was-was sambil menghapal
posisi lubang itu. Seminggu kemudian, aku melihat lubang lain yang lebih jauh
posisinya, tepat di atas tempat tidur yang sudah aku pindah.
Teka-teki itu tak bisa kujawab. Tikus atau orang? Benarkah
ada orang di atap dan mengintai? Rasanya tidak mungkin? Pikirku lagi. Aku tetap
mencoba berpikiran positif.
Sampai suatu ketika, kosku digegerkan dengan berita buruk. Seorang
pencuri mengambil laptop salah satu anak kos lewat atap!
Tanpa basa-basi aku langsung melihat ke kamarnya. Kamarnya berantakan
bekas kayu-kayu atap berjatuhan. Atapnya pun berlubang seukuran badan manusia. Sudah
bisa diduga bahwa si maling masuk ke kamar lewat atap.
Aku pun langsung teringat dengan atap kamarku yang
bolong-bolong. Oh! Ternyata dia sudah mengintai kamarku sejak lama. Mungkin juga
mengintai teman-teman yang kamarnya sederet denganku. Dan si maling memilih
kamar dengan laptop yang tergeletak di kamar. memang sih laptopku tak pernah
aku tinggal di kos. Selalu aku bawa ke kampus. Sementara laptop temanku
ditinggal di kamar saat dia pergi ke kampus.
Malam-malam setelah kejadian itu sedikit mengerikan bagi
anak-anak kos. Kamar temanku itu dikunci dan ditutup gordin. Malamnya, kami
melihat gordin itu sedikit berayun-ayun. Kami menduga si maling masih ada di
kamar itu dan masuk ke atap plafon. Teman kosku pun memilih pindah kamar. Aku
dan temanku yang lain yang kamarnya sederet tidak bisa berbuat apa-apa. Kami makan
dengan perasaan was-was sambil melihat ke arah atap. Kami tidur tak nyenyak dan
tanpa merasa aman.
Esoknya, seorang kawan yang menempati kamar pojokan dan kamar
yang bersebelahan dengan kebun melihat ke arah lubang ventilasi kamarnya. Ia terkejut
karena melihat sesuatu turun melewati ventilasi. Dengan segera ia langsung
melaporkan kepada pemilik kos.
Setelah diusut, kami pun jadi tahu bahwa kamar paling pojok
yang kosong ternyata sudah menjadi markas si maling beberapa bulan ini. Atap juga
sudah berlubang tepat di atas lemari. Kamar berantakan dengan sampah. Setelah ditelusuri
oleh pemilik kos. Di plafon sudah banyak sampah bungkus makanan. Herannya, dia
sudah melakukan itu berbulan-bulan.
Rupanya dia masuk ke dalam plafon lewat ujung atap yang
terhubung dengan tempat jemuran. Karena kamar berada di lantai dua, si maling
masuk tempat jemuran dengan tangga dari kebun sebelah kos. Maling itu masuk dan
keluar lewat tangga ke arah kebun dan melewati ventilasi kamar temanku.
Oh!
Beberapa bulan kemudian, kosku ramai tidak seperti biasanya. Teman
kosku bercerita kalau baru saja terjadi reka adegan pencuri yang dulu mengambil
laptop temanku.
Si pencuri rupanya seorang remaja kecil pendek keterbelakangan
mental. Dia sudah sering melakukan pencurian barang berharga di daerah kosku. Dia
juga sudah bolak-balik masuk keluar penjara.
Aku pun merasa lega karena akhirnya si pencuri sudah
tertangkap. Namun, laptop temanku juga tak jua kembali.
Serem sekali ya!
Tips Mencari Kost Yang Nyaman dan Aman
Memang sih mencari kos yang aman itu susah-susah gampang. Tapi aku coba memberikan tips mencari kost yang nyaman dan aman yaitu:
Pencurian di kost tetap saja menjadi trauma ya. Untungnya 5 tahun kos di Malang pas kuliah di Brawijaya baik baik saja. Malah pas kecurian itu pas awal ngekos di Jakarta buat kerja 18 tahun lalu. Beli hp baru sampai rumah isya. Trus malam aku cash biar besok bisa dipakai. Jaman dulu hp dicash 8 jam dulu ya. Eh subuh subuh dah hilang tuh hp. Baru aja beli semalam. Dipakai aja belum. Huhuhu
BalasHapusYa ampun ngeri banget sih mba pengalaman ngekosnya.
BalasHapusApalagi kalo daerah UB tuh banyak banget eksihibisionis. Banyak mahasiswi jadi korban. Tiba2 ada yang lepas celana di tengah jalan. Dihhh ngeri juga kan..
Pertama kali menjejakkan kaki di Semarang, aku nggak bisa memilih tempat kos. Teman kerjaku yang mencarikannya. Walhasil aku mendapatkan kamar kos yang sempit dan lembab. Nggak ada sinar matahari yang masuk. Pun sirkulasi udara nggak bebas berganti.
BalasHapusAku cuma bertahan tiga bulan di sana. Karena pertama masuk bayarnya langsung 3 bulan.
Setelah itu cari kosan lain yang nggak lembab dan pengap. Biar makin asyik gitu.
Saya pernah ngekost dulu beberapa tahun karena pengin mendekati tempat kerja. Alhamdulillah selama itu enggak ada masalah. Dan memang mencari kost yang nyaman dan aman itu penting. Tipsnya sangat menbantu nih buat temen-temen yang sedang cari kost.
BalasHapusWah mbak,serem juga pengalamannya. Aku belum pernah ngekost sih,, tapi pernah tidur di kost teman karena kemalaman. Memang faktor utama itu keamanan ya. Syukur lagi ada CCTVnya...
BalasHapusKalau aku sih mau kosnya sebagus apa kalo ngga bersih dan ngga ada wifi rasanya susah untuk bisa nyaman hihiihi.
BalasHapusiya saat memilih tempat kos banyak yang harus dipertikbangkan ya mbak
BalasHapusAku dulu juga seperti ini saat mencari kos di Jakarta dulu
Penting banget memilih kosan yang nyaman dan aman pastinya. Kejadian pencurian kamar kos udah nggak terhitung lagi. Jadi sebaiknya mending barang berharga dibawa pergi aja, jangan ditinggal di kosan.
BalasHapusDeg-degan pastinya ya kak, dan juga gak tenang saat tidur malam. Semoga dimana pun berada nggak ada kejadian seperti itu lagi ya. Amankan barang, tenangkan jiwa
BalasHapusPengalaman yg pertama mengerikan ya mb dibekap dari belakang tp untung MB bs melepaskan diri. Iya sih mending lihat hantu didoakan bs ilang ketimbang ketemu org jahat. Tp pilih tdk terjasi apa2...
BalasHapusAku dulu juga pernah kos mba tapi parah banget sekeluarga dalam kamar kecil endingnya aku jadi sakit. Sejak saat itu aku cita2 banget untuk punya rumah sendiri sedini mungkin. Trauma diusir dan trauma tinggal di kos sempit.
BalasHapusmilih kosan itu gampang-gampang susah ya, dulu syaa cari kosan susah alias lama eh abis itu dapat yang enak banget, Malang kayaknya nyaman banget ya adem
BalasHapusdulu waktu aku masih awal jadi maba, mbak2 kosku itu suka ngebully banget dah. konyoolll pol. aku sangat ga nyaman di sana. untuk teman sekamarku asyik.. tapi karena situasi di rumah kos sangat ga nyaman, belum sampai setahun aku pindah deh cari yang lebih oke suasananya dan gak ada yang bully2 heheh
BalasHapussaya sebagai pemilik kost memang menyarankan tempat yang ada wifi, free listrik, free pdam
BalasHapusAlhamdulillah selama kost di Jogja aman. Area dosen sih, cuma sepiiiii banget krn orang sepuh-sepuh pensiunan dosen. pernah juga di area mahasiswa, kalau itu ramenya minta ampun. Saya kalau nyari kost gak banyak kriteria yg penting bersih, teramang dan tamu laki-laki gak boleh masuk kamar.
BalasHapusPengen banget jadi anak kos dari dulu. Tapi Tuhan belum menghendaki karena selalu kepikiran ibu mu jika keluar dari rumah. Alhasil, nunggu diajak merantau suami aja biar tahu rasanya hidup jauh dari rumah 😀
BalasHapusThx tipsnya. Sekarang orang jahat dan juga gangguan jiwa dimana2. Idealnya kos kosan memiliki cctv dan security. Pastinya biaya kos lebih tinggi. Kalau tidak ada, mau ga mau kita yang harus menciptakan sistem keamanan tsb, minimal pasang cctv sendiri atau alarm khusus. Oh ya, saya follow blog ini. Thx
BalasHapusYa Allah mbaa,.. aku jadi ikutan bergidik pas membacanya. Memang memilih kost itu harus benar benar teliti namun kalau terlalu milih2 juga nanti ga bakal dapat2 ya. Mungkin kalau udah keburu dapat 1, sementara tinggal disitu lalu pelan2 nyari yg lebih nyaman.
BalasHapusKadang nyari kos-kosan emang jadi dilema tersendiri ya. Tapi yang paling utama sih menurutku faktor keamanan sih ya, apalgi kl dekat dr tempat kita beraktifitas, sesuatu banget pokoknya
BalasHapusMbaak aku bacanya ikut deg degan apalagi pas kos di brawijaya, maling yang di semarang itu gemesin banget yaa diem diem ngintip kamar kita dunk.
BalasHapusMemang kalau mencari tempat kos ini kudu aman dan nyaman. Nggak bisa sembarangan... apalagi jadi anak rantau
BalasHapusMencari kost itu emang gampang-gampang susah ya... sampai kejadian yang lumayan bikin takut seperti pengalaman mbak Lita di atas. Alhamdulillah selama aku kuliah di Malang tidak terlalu sulit mencari kost karena ada kenalan
BalasHapusDulu saya milih tempat kos yang pertama adalah kamarmandinya harus ada di dalam kamar, jadi nggak usah bolak balik keluar pakai kerudung.. mkaasih infonya ya
BalasHapusYa ampun serem amat ya pengalamannya dibekap orang di tengah jalan yang sepi. Memang iya siy harus pilih tempat kost yang aman apalagi buat perempuan ya.
BalasHapusYa ampun ngeri banget pengalamannya mba, alhamdulillah selama ngekos ga pernah mengalami kejadian spt itu. Saya yg penting kamar mandi di dalam, sirkulasi bagus dan kos tidak campur. Kalau dulu tidak ada CCTV sih jadi modal percaya aja
BalasHapusSebuah sharing pengalaman yang menarik mbk. Semoga bisa membantu teman-teman yang ingin mencari kos. Untungnya dulu saya selama ngekost aman-aman saja. Oh yah, untuk teman-teman yang ingin mencari tempat untuk guest post bisa banget loh, di web kami Yoexplore . co . id
BalasHapus