Bintik Merah, Trombosit Turun, Apa Demam Berdarah?

10 comments

Sebenarnya ini cerita 1 tahun yang lalu, tepatnya awal bulan Februari 2020. Cerita yang bikin aku galau dan mewek.


Waktu itu anakku tiba-tiba demam dan nggak mau makan. Aku lupa siapa yang duluan sakit. Anak pertama (Raceqy) atau anak kedua (Ghalib). Yang kuingat mereka sama-sama sakit demam. 


Aku kira mereka mau batuk pilek. Jadi aku kasih Sanmol. Biasanya setelah  satu hari, demam akan turun. 


Demam Raceqy turun di siang hari, pas malamnya malah panas nggak karuan. Sampe menggigil. Belum lagi dia mengeluh sakit perut. Nggak mau makan. Jadi aku belikan makanan kesukaannya, yang penting ada makanan masuk termasuk susu. Sanmol juga tetap kuberikan. Tapi sakit tak kunjung turun. Nggak ada tanda-tanda dia pilek atau batuk seperti biasanya. Eh, apa batuk juga ya. Aku agak lupa. Seingatku nggak batuk atau batuk tapi nggak parah. 


Belum sembuh si kakak, adiknya juga ikutan sakit. Ghalib juga cuma tidur-tiduran di tempat tidur. Demam. Lemas. Menggigil. Nggak mau makan, maunya minum susu formula. Dia sudah lepas menyusui satu bulan sebelum itu. Yang agak aneh itu dia selalu menatap satu sudut kamar tanpa mengerlipkan mata. Aku coba ajak dia ngmong tapi dia cuma emnoleh sebentar terus kembali lagi menatap sudut kamar. Aku agak merinding sih.


Di hari ketiga ternyata Raceqy masih demam naik turun, lemas, nggak mau makan. Cuma dari kondisi mereka berdua, kondisi Raceqy yang agak memperihatinkan. Aku mulai khawatir nih. Tapi pas aku lihat kulitnya nggak ada bintik-bintik merah. Terus dia mengeluh sakit perut di bagian bawah. Kupikir dia mencret tahunya nggak. 


Pas hari ketiga juga aku cek kulit Ghalib ternyata malah muncul bintik-bintik merah. Duh, langsung khawatir deh. Akhirnya aku ajak dia cek darah lengkap dan widal di klinik dekat rumah. Aku cek darah dinKlinik Geo Medika, Waru, Sidoarjo. Harganya 120-40ribu, aku lupa tepatnya. Maaf. Sementara Raceqy di rumah sama ayahnya.



Saat itu Ghalib lagi lemas. Saking lemasnya, saat jarum suntik dimasukkan ke dalam kulit, dia nggak menjerit, tapi nangis aja pasrah gitu. Duh, baru ini lihat anakku diambil darahnya rasanya gimanaaa gitu.


Terus aku minta petugas kesehatan untuk ke rumah, maunya periksa anakku yang pertama di rumah aja. Karena setahuku petugas klinik bisa datang ke rumah. Home Visit gitu. Kayaknya aku nggak mungkin ajak mereka berdua ke klinik pas periksa anak kedua. Maklim anakku yang kedua masih nggak bisa pisah sama mboknya. 


Ternyata dokternya lagi keluar jadi aku harus menunggu dokter bisa datang ke rumah. Aku pun pulang dan menunggu di rumah. Sayangnya dokter nggak kunjung datang, jadi aku nggak ngarep lagi dokter datang ke rumah. Aku kesana lagi untuk ambil hasil tes darah.


Satu kekhawatiranku saat baca hasil tes darah pertama Ghalib adalah aku nggak paham isinya. Setelah aku buka amplopnya, aku tanya sama petugas klinik di sana. Dia pun menjelaskan kalau trombosit anakku Ghalib masih normal sekitar 222.000 jadi kemungkinan demam berdarah rendah. Tiphoid negatif. Semua normal kecuali Hb dan Hematokrit. Aku tanya Hematrokit apa. Dia menjelaskan dengan bahasa awam intinya karena kurang air jadi darah pekat. 






Oh. Ok. Aku lega karena bintik-bintik itu berarti bukan demam berdarah. Tapi aku penasaran terus kenapa? Akhirnya aku minta ketemu dokter.


Terus dokternya bilang kalau tes darahnya masih terhitung 2 hari karena aku tes hari ketiga dia sakit. Bukan seperti hitungan dokter.


Kalau menurut dokternya, harusnya 3 hari setelah demam. Bukan hari ketiga ya. Jadi 24 jam setelah dia demam berarti dihitung satu hari. Jadi hari keempat baru valid kelihatan hasilnya. Dokternya minta aku datang lagi besok lagi. 


Dia juga bilang kalau bintik-bintik demam berdarah bukan begitu. Kalau bintik demam berdarah itu, kalau kita tekan jari kita ke bintiknya dan mengusapnya bintik merahnya masih kelihatan berarti DB tapi kalau ditekan kencang dan nggak kelihatan bintik merah berarti bukan seperti pada kulit Ghalib. Jadi dokternya menekan kulit Ghalib dan bintiknya memang nggak kelihatan. Lega sih. 


Akhirnya aku besok datang lagi dan membawa anakku Raceqy untuk ambil tes darah juga. Jadi ku harus kebal lah mendengar mereka berdua nangis. Rasanya teriris banget lah. Hiks. Mewek.


Kami pun pulang lagi. Dan aku mengambil hasilnya dua jam kemudian. Ketika kulihat hasil tes darah  Raceqy hasil tiphoid nya postif 1/80 yang artinya anakku kena tifus kalau kata mbak petugasnya. Langsung deh aku minta ketemu dokter. 


Benarlah kata petugasnya, menurut dokter Raceqy kena tifus. Pengen nangis rasanya. Tapi dokter bilang tingkatnya masih rendah, jadi masih bisa dirawat di rumah dengan resep dari dokternya. Nggak perlu diopname di rumah sakit. Legalah akhirnya.


Ketika melihat hasil tes darah Ghalib yang trombositnya makin menurun menjadi 110.000 meskipun masih di atas normal sedikit. Sayang, aku lupa foto dan aku lupa taruh dimana.


Aku khawatir. Aku jadi tanya ke dokternya. Memang sih turunnya dalam seminggu sakit nggak seperti DB yang bisa sehari saja drop banget. Itu yang dikatakan dokternya. Dia bilang besok tes lagi aja, kalau misal turun lagi ya terpaksa harus diopname. Pas pulang, aku belikan minuman jus jambu. Pokoknya semua makanan yang dia suka dan yang bisa menambah trombosit. Sari kurma, madu. Tapi aku nggak yakin bisa nambah trombosit dalam waktu satu hari.


Karena besoknya Ghalib masih lemes, sementara Raceqy meski masih tidur-tiduran, tapi suaranya sudah muali bersemangat. Kuanggap dia mulai baikan, jadi aku tes darah lagi untuk Ghalib. Duh, kasihan banget bolak-balik tes darah gara-gara salah perhitungan hari. Maklum sudah khawatir duluan ngelihat bintik-bintik merahnya.


Aku bilang sama suami. Kalau misal trombositnya masih turun lagi, aku nyerah. Aku sudah berupaya buat trombositnya naik, tapi kalau belum berhasil, aku terpaksa ke rumah sakit.


Besok pagi-pagi setelah mendapat hasil tes lab darah yang ketiga kalinya, aku cukup sedih. Hasil trombositnya semakin turun sekitar 80.000. Sayangnya hasil tes ini aku kasih ke dokter di rumah sakit jadi belum sempat foto karena sudah kalut.


Ingetku aku langsung pulang ke rumah dan memberitahukan hasilnya kepada suami. Kami sempat bingung mau ke rumah sakit mana. Apalagi Ghalib belum sempat dibuatkan BPJS. Ada rumah sakit besar A tapi biayanya pasti besar banget. Ada juga rumah sakit kecil B semacam ruko gitu, parkir mobil susah, tapi katanya sih lumayan dibanding rumah sakit C. Sedangkan rumah sakit C katanya pelayanan jelek, di dekat kampung, pasar, tapi parkir besar dan lebih besar dari rumah sakit B. Harganya juga murah kalo aku lihat-lihat di internet. Memang aku sempat searching malam sebelumnya.


Akhirnya kami memutuskan ke rumah sakit C. Rumah Sakit Bunda Waru. Bismillah aja. 


Aku pun masukkan baju ke dalam tas. Bajuku dan Ghalib. Aku minta suami jagain anak pertama di rumah, sedangkan aku pergi ke rumah sakit dengan Go-Car. Dia juga pasrah aja waktu itu. Sepanjang perjalanan rasanya campur aduk.


Sampai sana aku langsung ke IGD,petugas IGD bilang memang harus opname kalo trombosit segitu. Disuruh tanya dulu ada kamar atau nggak. Setelah itu urus administrasi.


Pas ke administrasi, banyak banget pengunjungnya. Aku menunggu antrianku. Untuk cerita selanjutnya, aku ceritain kapan-kapan ya. Pegel juga nih ngetiknya. Haha.


Beberapa pelajaran yang bisa diambil sebagai orang tua ketika anak sakit adalah :


1. Jangan biarkan anak terbiasa makan snack terus-terusan tanpa asupan protein, karbohidrat, serat yang cukup. Hasilnya bisa dilihat pada anakku Ghalib. Ia mengalami hemoglobin rendah, trombosit turun dan berdampak banget sama berat badan.


2. Kepanikan saat anak sakit malah membuat kita tidak bisa berpikir jernih. 


3. Tiga hari adalah batas yang bisa ditolerir memberikan obat anak selama di rumah. Kalau lebih dari tiga hari, maka harus dibawa ke dokter. Kalau bisa sampai hari keempat. Karena biasanya dokter juga belum bisa mendiagnosis penyakit apa. Karena biasanya setelah tiga hari, tanda2 spesifik akan terlihat. Apalagi saat bintik merah terlihat, mending cek darah untuk menenangkan diri.


4. Setiap detik kita harus peka terhadap perubahan kondisi anak. Kalau bisa diperiksa seluruh badannya setiap hari.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

10 komentar

  1. Ternyata trombosit turun gejalanya sama dengan DBD ya, Mba. Apalagi adik sama kakak mengalamk gejala yang sama, wajar kalau kita berfikir karena DBD. Cek ke dokter memang perlu banget untuk hasil yang lebih jelas. Dan, memang harus jaga asupan makan si kecil. Aku masih berjuang ngasih makan sehat karena anakku susah banget sama makannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak setelah sakit pun masih berjuang banget nih kasih makan sehat dan bergizi. semoga anak kita sehat2 terus ya

      Hapus
  2. Ya Allah kebayang pas bawa anak ke IGD perasaannya kaya apa mbak. khawatir memang kalau trombositnya segitu mbak, beberapa bulan yang lalu ibuku pun DBD. semoga keluarga kita diberi kesehatan ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sedih mba.. ammiinn semoga kita semua sehat2..

      Hapus
  3. kalau anak sakit apalagi udah sampai 3 hari pasti panik banget, saya juga pernah bawa anak cek lab gegara udah lebih 3 hari demam, meski gak ada bintik-bintik sih waktu itu,, eeh ternyata anemia hasil labnya, sedih lihatnyaa, waktu diambil darah dia nangis menjerit :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget mbak.. sedih rasanya lihat jerit2 diambil darahnya

      Hapus
  4. Sehat2 ya nak kanak. Anakku sdh 19 th, msh teringat wkt dia kecil, aku kena tifus dan dia tertular dariku.
    Aku diopname di RS kmd bed rest d rmh. Ternyata nular ke anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. oalaah ya Allah.. semova sehat2 terus ya mba

      Hapus
  5. Duh jadi kebayang kalau anak dua sakit dalam waktu bersamaan gitu, sedih dan khawatir pastinya. Ya semoga kakak dan adik segera pulih ya dan bisa kembali bersemangat lagi

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower