Hal Yang Saya Lakukan Sebelum Mengirim Cerpen Seleksi UWRF 2019

1 comment
Kalau ditanya kenapa bisa lolos UWRF, saya pasti bingung mau menjawab apa, karena saya pun nggak tahu. Mungkin memang lagi rezeki kali ya. hehe.

Beneran, deh. Saya tuh nggak punya cerpen yang dimuat di media tapi memang saya beberapa kali menulis cerpen meski cuma saya simpan saja di laptop. Belum ada keberanian lah buat kirim ke media. Saya ikut lomba saja kalah terus. Haha. Sampai suatu ketika, saya memberanikan diri merombak cerpen yang saya ikutkan lomba yang kalah. Hasil rombakan yang saya kirim ke UWRF juga berbeda jauuuhhhh, meski hampir sama tentang pemanen madu.


Hal Yang Saya Lakukan Sebelum Ikut Seleksi UWRF 2019


Meski saya nggak tahu kenapa saya bisa lolos, saya mau share aja apa yang saya lakukan sebelum saya mengirim cerpen ikut seleksi. Sekalian biar saya juga ingaat terus bagaimana saya bisa menghasilkan cerpen saya Nyanyian Pilu Meo Oni yang Terdengar dari Hutan Nunsulat.

1. Baca buku

Saya sudah tamat membaca buku Kompas Jurnalistik ke NTT, saya sangat tertarik pada bahasantentang Meo Oni, petani madu dari NTT. Menurut saya sangat unik karena mereka tidak boleh berbuat jahat sebelum memanen madu. Mereka punya ritual pembersihan diri Nakete sebelum memanen madu. Saya kebayang, betapa mendebarkannya saat mereka harus memanen madu di atas pohon Ankai yang sangat tinggi di hutan. Terus saya membayangkan bagaimana kalau mereka tidak benar-benar bertobat saat pembersihan diri itu? Katanya, mereka akan mendapat musibah, entah digigit tawon atau jatuh dari pohon. Nah, dari sini saya coba dramatisir cerita. Dari baca buku ini saya juga mengetahui kondisi lain bahwa orang sana begitu kesulitan sehingga kerja ke kampung lain. Namanya Sore-Kasih artinya kerja pagi dan upah dikasih saat sore hari.

2. Lihat Youtube

Karena saya belum yakin dengan kondisi di sana, jadi saya coba cari di Youtube tentang Meo Oni atau panen madu di NTT. Ternyata banyak sekali dokumentasi panen madu hutan. Jadi saya bisa terbayang bagaimana mereka berjalan ke hutan, mendengar suara hewan, bernyanyi, kemudian memanen. Menonton ini sebenarnya bertujuan untuk menempatkan diri saya sendiri di lokasi tersebut, meski saya belum pernah ke sana. Dengan begitu, cerita lebih hidup seolah-olah kita pernah mengalami memanen madu. Perasaan inilah saya tuangkan dalam cerita. Bagaimana mengerikannya mereka memanjat pohon yang tinggi di pinggir jurang. Jadi saya sudah punya bayangan saat akan mendeskripsikan latar dalam cerita saya.

3. Baca blog orang

Mungkin karena di pedalaman, jadi masih jarang sekali orang yang menuliskan pengalamannya saat berkunjung ke daerah tersebut. Tentang bagaimana perilaku masyarakat, makanan khas yang biasa mereka makan, atau mungkin bagaimana bentuk tempat tinggal mereka (jarak yang berjauhan, berdempetan, rumah kayu lantai tanah, dll). Itu semua menjadi penting, agar cerita menjadi sangat kental lokalitasnya. Dari baca-baca blog ini, saya jadi tahu makanan khas mereka (seperti yang ceritakan sedikit saat Rachel berbicara dengan ibunya yang merupakan sebuah konflik awal ketika waktu makan). Saya juga jadi tahu tempat tinggal mereka sehingga begitu kerasa bagaimana kondisi perekonomian mereka, yang kemudian saya hubungkan dengan pekerjaan Rachel dan ibunya menjadi pekerja Sore-Kasih. Kenapa harus ada jenis pekerjaan itu? Karena tidak mau terkesan menempel, jadi setelah mereka pulang kerja Sore-Kasih itulah si Rachel bertemu Victor. Nah, saya sungguh berterima kasih bagi kalian-kalian yang suka bepergian ke bagian belahan bumi mana pun dan menceritakannya lewat blog, media sosial yang bisa diakses umum, atau pun mendokumentasikannya lewat Youtube.

    

Saya pun menulis dengan bayangan yang sudah ada di kepala saya. Saya tulis aja lah pokoknya semua yang ada di kepala. Masalah utamanya adalah si ibu yang nggak setuju Rachel dengan kekasihnya yang jadi Meo Oni. Saya bahkan belum tahu cerita akhirnya tapi saya tulis. Sampai cerita akhirnya menggantung.

Cerita awalnya juga, hanya seorang wanita, Rachel yang menjalin kasih dengan seorang Meo Oni, Victor. Rachel ingin meminta kejelasan hubungan mereka tapi Victor belum tahu ke arah mana. Apalagi ibunya Rachel tidak setuju dengan pekerjaan Victor. Isu sosial ini sebenarnya sudah sering terjadi di lingkungan manapun. Ibu yang tidak setuju dengan pasangan anaknya hanya karena pekerjaan yang tidak jelas. Nah, saya tambahkan juga, kenapa ibunya tidak setuju? rupanya bapaknya Victor dulu juga Meo Oni dan meninggal karena jatuh. Terus saya hubungkan, apakah si suaminya itu melakukan kesalahan? dan saya pun memilih si suami selingkuh. Kemudian awalnya saya terbayang, Victor ini ternyata punya kekasih. Tapi saya rasa kurang kuat. Terus pas saya tahu tema UWRF ini karma, maka saya hubungkan saja. Apa yang dilakukan bapaknya Rachel kembali kepada Rachel. Jadi saya bayangkan Victor ini sudah punya istri. Dan istri ini adalah selingkuhan bapaknya Rachel dulu. Jadi karmanya, bapaknya selingkuh maka anaknya jadi diselingkuhi. Mbulet ya? :D

Plot

Awalnya plotnya maju saja. Tapi katanya awal yang memikat itu dari sebuah tragedi, atau misteri agar orang mau membaca terus. Jadi saya buat tragedi si istri Victor menangis2 melihat Victor berdarah-darah jatuh dari pohon. Setelah itu, saya pakai alur mundur ketika Rachel dan ibunya berdebat tentang pasangan Rachel. Kemudian mundur lagi tentang pertemuan Rachel dan Victor. Kemudian maju saat Rachel meminta kejelasan hubungan. Kemudian maju lagi saat tragedi Victor jatuh di pohon. Kemudian kembali saat tragedi istri Victor menangis-nangis saat warga sedang melayat ke rumah Victor yang memunculkan obrolan ibunya Rachel dan Rachel. Nah, disini saya baru membuka rahasia bahwa Rachel baru tahu kalau Victor sudah punya istri tapi ibunya tidak tahu kalau kekasihnya itu adalah Victor. Jadi jangan buka rahasia di awal cerita, ya! hehe.

5. Minta Kritik Saran, Menghapus, Menambah, Menulis

Setelah itu saya minta krisan dari teman saya, apa yang aneh dan kurang. Bahkan saya baru sadar temanya adalah Karma setelah cerpen yang belum dikritik teman saya itu selesai. Setelah itu, saya rombak lagi dan saya tambah lagi, sampai akhirnya menghasilkan tulisan yang saya kirim untuk seleksi UWRF dan pastinya sesuai tema.

6. Check persyaratan

Nah, ini sangat penting sekali. Setelah cerpen selesai dan akan dikirim saya buka lagi persyaratan yang diminta.
Coba kita lihat persyaratan seleksi UWRF 2020 ya...

- Karya dikirim dalam bentuk dokumen digital (Word atau PDF) yang dapat diunggah melalui formulir di bawah. -->Cerpennya diunggah yaa ..nggak pake email2an sama panitianya..

- Karya yang dikirim merupakan karya asli, bukan saduran, terjemahan, maupun tiruan. Panitia menggunakan piranti lunak untuk memeriksa kemungkinan karya tiruan. --> CHECK

- Karya yang dikirim merupakan karya fiksi berupa cerita pendek atau puisi. --> CHECK

- Karya yang dikirim merupakan karya yang belum pernah diterbitkan. --> CHECK

- Karya yang dikirim mencerminkan pergulatan manusia dengan isu-isu sosial, budaya, dan lingkungan. --> Nah, coba deh identifikasi mana isu sosial, isu budaya dan isu lingkungan di cerita kalian?

- Karya yang dikirim menunjukkan kreativitas dalam penggarapan cerita serta pelukisan karakter. --> Twist juga merupakan salah satu kreativitas dalam cerita ya (so jangan umbar semua rahasia ya!) CMIIW. Apa cerita kalian sudah menunjukkan kreativitas? Pelukisan karakter. Kalo ini sudah pasti jago semua ya.

- Peserta cukup mengirimkan satu karya untuk cerita pendek atau dua karya untuk puisi. --> CHECK

- Panjang maksimal untuk karya dengan kategori cerita pendek adalah 3.000 kata. --> CHECK

- Panjang maksimal untuk karya dengan kategori puisi adalah 300 kata. --> CHECK

- Panitia memiliki hak untuk menerjemahkan serta menerbitkan karya-karya yang terpilih ke dalam antologi tahunan festival. -->OK. kalian pasti menyetujui kan.

- Penulis yang mengikuti seleksi wajib mengisi formulir online melalui tautan di bawah. --> JANGAN LUPAKAN INI YA....

- Paling penting, PERHATIKAN HARI DAN JAM pengumpulan terakhir. Jumat, 6 Maret 2020 jam 5 sore ya..

Jadi jangan sampe ada yang ngirim jam 11 malam pas saat akan ganti hari (seperti saat ikut lomba2 lain yang deadline nya tengah malam).

Saya sendiri pun tak menyangka bisa menghasilkan cerpen begitu dalam semalam (meski persiapannya dari membaca dan menonton bisa sampai sebulan), tiga hari menjelang deadline. Jadi saya menulisnya mengalir saja.

Tapi bukan berarti kalian harus mengikuti plot saya yang maju mundur maju mundur cantik! Jika itu ternyataa membuat ceritamu malah nggak seru ya nggak usah dipaksain plot itu. Dan kalian juga nggak perlu cerita budaya kalau misal kalian sendiri nggak menguasai permasalahan sosialnya. Kalian bisa cerita tentang isu sosial, budaya, lingkungan di daerah urban. Yang paling penting sesuai persyaratan yang diminta.

Saya juga nggak yakin apa saya bisa membuat cerita budaya seperti itu lagi? Sungguh itu kelangkaan yang benar-benar langka. XD


Cerita saya tentang Ubud Writers and Readers Festival.

1 komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower