Sampai Kapan Cuek pada Penampilan dan Perawatan Diri?

2 comments
Sejak dulu, saat masih kuliah, saya paling sulit berhias diri. Tak hanya urusan make-up wajah tapi juga untuk urusan penampilan. Terkadang adik saya gregetan melihat saya berpakaian seadanya.

"Bajumu itu nah. Kayak orang rembes!"

Begitu protesnya setiap saya dan adik saya akan pergi ke Mall dan saya memakai baju 'rembes' di mata dia. Maksudnya, saya seperti -maaf- pemulung. Sadis kan!

Meskipun menurut saya, penampilan saya itu biasa saja. Pakai celana jeans dan kaos lengan panjang serta jilbab segiempat. Tak cuma sekali, berkali-kali dia suka protes dengan penampilan saya. Tak jarang, ibu juga ikut mengomentari pakaian yang saya kenakan.

Waktu itu, saya ketawa saja. Karena ketika saya nyaman akan sesuatu ternyata menurut pandangan orang itu jelek. Pada akhirnya, saya memasrahkan diri. Saya biarkan adik atau ibu saya memilihkan pakaian jalan untuk saya. Kadang, saya protes dengan pakaian yang mereka pilih karena saya merasa semakin kurus, semakin hitam, dan semakin semakin lah memakai baju yang mereka pilih. Terkadang juga saya menurut saja apa yang mereka pilihkan.

Betapa cueknya saya padahal saya sudah cukup dewasa untuk bisa memilih pakaian yang saya inginkan. Nyatanya, tidak juga.

Ketika di kampus, saya sudah terlepas dari penglihatan adik dan ibu saya, otomatis saya makin bebas dong memakai pakaian yang nyaman menurut saya. Tidak ada lagi yang protes-protes saya mau pakai baju apa.

Namun, kecuekan saya itu tidak berlangsung lama. Saya suka melihat teman-teman saya yang bajunya mengikuti perkembangan jaman. Meski di fakultas teknik, banyak teman-teman saya yang perempuan penampilannya fashionable. Semua chic mulai dari jilbab, baju, tas dan sepatu. Misal hari ini pakai baju hijau, besok baju pink, lusa baju biru.

Sedangkan saya? Baju, jilbab dan sepatu saya banyak sekali yang berwarna netral, seperti hitam, coklat, biru navy. Karena saya ingin menjadi seperti mereka, saya pun pergi ke toko baju.

Lima menit. Sepuluh menit. Lihat baju model A. Lihat baju mode B. Lihat baju berwarna A. Lihat baju berwarna B. Selama satu jam akhirnya saya memutuskan untuk beli baju model Z dengan warna yang tidak jauh beda dengan warna-warna pakaian yang ada di lemari saya. Cokelat muda.
Begitu saya pakai ke kampus, saya merasa aneh karena tidak bisa jadi diri sendiri. Kenapa pula harus mengikuti jaman kalau memang tidak nyaman dan tidak percaya diri?

Sampai suatu ketika, saya penasaran mau coba kosmetik di dokter kecantikan. Dengan biaya cukup murah, kulit wajah saya yang kusam bisa menjadi kinclong, segar dan terasa kenyal seperti karet. #eh. Ada perasaan yang berbeda setiap saya melihat wajah saya saat melewati kaca. Seperti ada yang bersinar. Ciyeh. Beneran.

Wisuda pun tiba. Saya harus memakai kosmetik dari periasnya. Dan kalian tahu apa? Dua hari setelah wisuda, wajah saya langsung jerawatan. BANYAK. Merah-merah. Sampai satu wajah. Jerawat membandel pokoknya. Saya mulai bingung bagaimana menghilangkan jerawat yang banyak dan parah ini.

Saya pun ke dokter kulit (namanya Dokter Rofiq, dokter kulit yang ramai dan terkenal di Malang) dan menceritakan semuanya. Dokter pun menyuruh saya menghentikan memakai kosmetik dari dokter kecantikan itu. Kata beliau, itu yang menyebabkan jerawat. Saya tidak percaya. Masak sih? Namun, karena saya dalam masa pengobatan, saya pun menurutinya. Selama 1,5 tahun akhirnya jerawat saya sembuh!

Semenjak itu, saya tidak berani memakai kosmetik macam-macam. Saya pun kembali ke perawatan sederhana saya. Facial foam, krim siang dan bedak. Setiap saya mau jalan jauh, saya masih bisa pakai krim siang dan bedak. Terkadang juga lipstik. Sama seperti memilih warna baju, saya memilih warna lipstik pun beraninya cuma warna natural.

Setelah menikah, kecuekan saya semakin menjadi-jadi soal penampilan. Awal-awal saya memang masih bisa memperhatikan penampilan setiap mau keluar rumah atau jalan-jalan. Lama-lama saya semakin tak perduli. Saya masih sangat nyaman memakai kaos panjang, celana kain (dulunya celana jeans), jilbab segiempat dan kadang sandal jepit. Apalagi ada dua anak yang aktif, memakai baju yang nyaman dan membuat bebas bergerak masih menjadi pilihan utama.

Urusan berdandan wajah lain lagi. Meski saat SMA, sekolah pernah mengadakan beauty class, saya tidak benar-benar bisa berdandan. Paling-paling pakai facial foam, krim siang, dan bedak. Saat kuliah pun masih bertahan pakai tiga benda itu.


Namun, semenjak 2 tahun belakangan ini, saya jarang pakai facial foam atau krim siang. Bahkan bedak sekalipun. Saya sudah tidak telaten padahal perawatan diri adalah salah satu cara bersyukur kita pada Allah kan ya.

Untungnya, ketidaktelatenan saya tidak diprotes suami. Dia justru tidak suka kalau saya dandan. Pakai lipstik saja diketawain. Katanya aneh. Lah padahal saya pakai lipstik dengan warna natural meski menurut saya warna natural tetap muncul warna merahnya.

Kemudian, beberapa hari lalu, saya  diajak suami ke Tunjungan Plaza. Sebenarnya suami ingin nyari sesuatu di toys kingdom tapi tidak ada. Jadi kami jalan-jalan dari TP 3 ke TP 1. Setiap saya melewati kaca, saya melihat diri saya yang benar-benar 'rembes'. Sepertinya kalau adik saya ada, dia bakal ngomel-ngomel melihat penampilan saya. Tidak cuma masalah pakaian saja, tapi juga kulit wajah.

Tuh kan penampilan saya (kanan) wkwkwk

Saya lihat wajah saya semakin hitam dan kusam, seperti kembali ke jaman SMP. Padahal saya jarang sekali keluar rumah. Saya sampai malu sendiri. Sampai saya bilang ke suami.

"Weh. Weh. Aku kaya keluar dari goa. Kok bisa hitam kayak gini padahal jarang keluar rumah," kataku pada suami. Seperti biasa, suami cuma mesem saja. Dia juga sama. Cuek saja.

Setelah sampai di rumah, saya langsung pakai facial foam, cream cleansing sama tonic. Sepertinya saya harus jalan-jalan begitu dulu biar tergerak hati saya buat membersihkan wajah. Wkwkwk.

Melihat ketidaktelatenan saya, apa teman-teman punya resep khusus biar wajah tetap kinclong tanpa harus ribet perawatan wajah?

Kalau masalah pakaian, sepertinya saya memang belum tergerak untuk bisa tampil fashionable seperti orang-orang di Mall. Wkwkwkwk.

Kalau begitu, sampai kapan saya mulai tergerak memperhatikan penampilan dan merawat kulit wajah?

2 komentar

  1. hihi...sama mba aku pun tim perawatan yes make no, intinya kl dandan ya seadanya cukup pelembab, bedak, lipstik tipis2. perawatan juga standar facial wash aja kl rajin krim siang malam hehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower