Setelah puas makan durian di pinggir telaga Ngebel, naik perahu santai, dan menikmati sajian laut di rumah makan pinggir telaga, kami pun pergi ke Mloko Sewu. Katanya Mloko Sewu ini tempatnya bagus. Pengunjung bisa melihat telaga Ngebel dari ketinggian. Saya dan keluarga sempat penasaran, sebagus apakah? Memang ada apa di sana?
Setelah diberi petunjuk oleh teman Bapak yang kebetulan ke
Ngebel, kami pun pergi ke Mloko Sewu. Kami melewati jalan-jalan yang di
sampingnya banyak sekali hotel dan villa. Kemudian kami masuk ke dalam hutan.
Di kanan kiri banyak sekali pohon durian. Ada yang siap jatuh dan ada juga yang
masih kecil.
Akses jalan Mloko Sewu
Jalan menuju ke Mloko Sewu cukup jelek, muat dua mobil
ngepres, dan jalanan terus menanjak. Bagi yang ingin kesini harus jeli melihat
papan penunjuk jalan menuju Mloko Sewu. 500 meter dari jalur masuk telaga sebelah selatan ada pertigaan masuk
desa gondowido (arah air terjun toyomerto). dari situ naik sekitar 3 km
melewati hutan, sampai ketemu jalur bercabang setelah makam ambil kiri
(gapura masuk desa pupus)
dari gapura sekitar 50 meter mentok pertigaan belok kiri (jalan cor)
sekitar 15 meter masuk jalan tanah
Terkadang, kami bisa melihat telaga Ngebel dari jalanan. Namun, kami belum sampai Mloko Sewu. Perjalanan sampai ke Mloko Sewu sekitar 15-20 menit. Andaikan jalannya bagus mungkin lebih cepat.
Terkadang, kami bisa melihat telaga Ngebel dari jalanan. Namun, kami belum sampai Mloko Sewu. Perjalanan sampai ke Mloko Sewu sekitar 15-20 menit. Andaikan jalannya bagus mungkin lebih cepat.
Saya pun membatin dalam hati, duh jalan sejelek begini kalau
obyek wisatanya juga kurang menarik sih sama saja. Sayang banget sudah
jauh-jauh, ternyata cuma gitu-gitu aja. Tapi kalau saya lihat di foto yang ada
di penunjuk jalan sih kayaknya lumayan bagus tempatnya.
Kami pun sampai di perkampungan penduduk. Jalanannya yang
cukup sempit baru saja selesai di plester. Sayangnya, parit di kiri kanan jalan
terbuka sehingga kalau ada dua mobil berpapasan, maka dua mobil itu nggak bisa
jalan karena ada parit yang terbuka.
Parkir Kendaraan
Setelah tidak terlihat ada penunjuk jalan, kami bertanya
pada warga yang ada di sana. Ternyata lokasinya tidak jauh dari tempat kami. Setelah
itu, kami menanyakan tempat parkir mobil. Ternyata tempat parkirnya masih
berupa tanah dan di lapangan kecil sebelah rumah penduduk. Kapasitasnya cukup
kecil mungkin hanya sekitar 5 mobil.
Tiket Masuk dan Jam Buka Mloko Sewu
Tiket masuknya menurut saya cukup murah. Tiket masuk dibagi
menjadi tiket masuk, tiket selfie dan tiket terusan. Kalau tiket masuk ke Mloko
Sewu cukup murah hanya 5.000 rupiah. Tiket selfie Mloko Sewu juga 8.000 rupiah.
Tiket terusan hanya 10.000 rupiah.
Tiket selfie untuk berfoto di balon udara, pintu langit dan
ayunan. Sedangkan tiket terusan itu untuk selfie tapi juga tiket masuk. Nah, bapak
saya belinya tiket terusan. Saat saya masih asyik berfoto, saya sempat melihat
sekilas bapak mempertanyakan jenis tiketnya itu. Waktu itu saya sempat melihat
bapak bingung tapi akhirnya bayar tiket terusan. Lah saya baru ngeh juga saat
saya nulis blog ini. Apa bedanya tiket selfie dengan tiket terusan? Toh tiket
selfie juga pasti bisa masuk. Saya juga nggak tanya waktu itu masuk itu
maksudnya masuk kemana. Haha. Ambigu ya.
Taman bunga
Kalau lihat konsepnya, wisata Mloko Sewu ini sama seperti wisata
Coban Rais hanya saja jauh lebih sederhana dan lebih murah. Setelah kita
membayar tiket di loket, kita akan melihat taman bunga. Sayangnya, waktu saya
kesana bunganya belum bermekaran, jadi masih kuncup begitu. Tapi tak apalah,
namanya juga penasaran. Taman bunga ini berada di antara pohon-pohon pinus.
Jadi tetap tidak panas walau berkunjung saat siang hari.
Gardu Pandang
Saya juga melihat ada dua gardu pandang dari kayu, kalau nggak
salah. Yang pertama untuk melihat taman bunga dan sekitarnya. Yang kedua kedua
untuk melihat telaga Ngebel dari atas. Untuk naik ke atas, pakai tangga bambu.
Warung kecil
Di dekat gardu pandang itu ada warung ngopi dengan tempat
duduk berupa kayu. Bagi yang ingin menghangatkan badan atau mengisi perut bisa
beli di warung ini.
Balon Udara, Pintu Langit dan Ayunan
Saya belum sempat menjelajah Pintu Langit dan Ayunan yang
katanya bagus buat foto selfie. Saya cuma sempat lihat Balon Udara sampai satu
kejadian yang membuat kami harus segera keluar dari tempat wisata itu.
Sumber www.tripzilla.id |
Gara-gara saya nyuruh orang tua saya berfoto di balon udara
bersama anak-anak saya. Balon udara ini bagus banget buat foto-foto. Si kakak
sudah digendong mbahnya. Si adek masih belum digendong. Saya sedang pegang
kamera hape untuk mengambil foto agak jauh dari mereka. Pintu balon udara udah
saya tutup tapi ternyata didorong anak saya hingga dia terjatuh dan giginya
menatap bebatuan di bawah. Sedihhhh. Giginya goyang. Gusi dan bibirnya berdarah.
Huaahhh...
Pada akhirnya kami membawanya ke rumah sakit di kota yang waktu
tempuhnya sekitar 1 jam. Dalam perjalanan itu, dia nangis-nangis karena nggak
bisa menyusu. Darahnya nggak berhenti-henti. Miris lihatnya.
Saat di rumah sakit, dokternya nggak ada dan untungnya
ditelepon. Dokternya mau datang sekitar 15 menit. Dan terpaksa dokter gigi harus
mencabut giginya yang baru tumbuh. Hiks. Setelah itu, dia udah nggak merasa
kesakitan lagi jadi udah nggak nangis lagi setelah dikasih balon berbentuk
tangan. Padahal waktu pertama datang ke Mloko Sewu, si kecil senang banget berjalan
dengan ketawa-ketiwi. Pulang-pulang udah nangis-nangis. Hiksss...
Jadinya nggak bisa menikmati rekreasi di Mloko Sewu. Kalau
saya ke Ngebel, kira-kira perlu datang lagi nggak ya ke Mloko Sewu? Apalagi
jalannya menanjak dan cukup rusak. Mengingat kejadian itu yang bikin
miriissss.... #crying