Momen Tak Terlupakan dari Pencapaian Yang Luar Biasa

2 comments

"Ngapain aja di rumah? Kok gini-gini aja rumahnya?"

Kalimat itu memang terdengar sedikit sarkasme saat suami pulang kerja dan melihat rumah berantakan tak karuan sedangkan makanan yang dimasak nggak menarik.

Kadang saya bingung juga kenapa isi rumah juga nggak beres-beres. Setiap saya bersihkan kotor lagi. Bersihkan lagi. Kotor lagi. Siapa lagi kalau bukan si anak kecil yang ngotorin.

Sampai suatu ketika saat lagi nggak mood, akhirnya saya bilang, "Ya udah pasang cctv aja, biar tahu di rumah ngapain aja." Saya galak ya? Hahaa.

Pernah juga saat bapak datang ke rumah terus komentar, "Ya ampun kotor banget."

Kadang sih kepikiran artikel yang pernah saya baca di media sosial. Alhamdulillah rumah berantakan. Pertanda anak masih sehat. Hehe. Tapi kalau seperti ortu sama suami yang capek habis dari luar ngelihat rumah berantakan pasti rasanya risih.

Saya sih senyum aja. Mau gimana lagi punya anak cowok. Baru diberesin bentar sudah diacak-acak lagi. Apalagi si anak kelihatan bingung kalau kamar bersih. Pasti langsung bongkar-bongkar mainan padahal sih nggak dimainin. Wkwkwk.

Sampai-sampai saya mengajak dia bermain yang membuat dia anteng (diam) sejenak. Nggak cuma bisa membuat dia anteng saja, tapi juga bisa melatih motorik kasar dan halusnya.

Awalnya, saya pikir, toh anak akan belajar sendiri tanpa harus diajari. Ternyata saya salah, masa kritis perkembangan anak justru harus dilatih agar tidak terjadi disfungsi otak minor, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara, termasuk gangguan perkembangan motorik halus dan kasar seperti yang dijelaskan oleh WHO (World Health Organitation) dan Depkes RI (2006).

Serem, ya!

Sebenarnya tiap hari aktivitas anak saya, Raceqy yang akhir tahun ini berusia 3 tahun, juga sudah mengasah motorik kasar dan halusnya, seperti berlari, melompat, atau bahkan mencoret-coret.

Katanya, motorik kasar anak yang sudah biasa dilatih maka akan lebih mudah menstimulasi motorik halusnya. Makanya, anak-anak akan lebih sering melakukan aktivitas motorik kasarnya dibanding motorik halus karena motorik kasar lebih mudah dilakukan dibanding motorik halus.

Aktivitas dengan menggunakan motorik kasar ini dilakukan dengan otot-otot tubuh seperti berlari, melompat, bersepeda, dan lain-lain.

Ternyata melatih motorik anak tak hanya bisa membantu perkembangan otak anak usianya tapi juga bisa menggapai prestasi. Asal kita sebagai orang tua mengarahkan dengan baik. Banyak sekali aktivitas-aktivitas anak yang melatih motoriknya sekaligus sebagai ajang untuk menggali bakat anak.
Di golden age ini saya tidak ingin melewatkan satu golden moment pun untuk melatih motorik kasar dan halus anak.

Perbedaan Motorik Kasar dan Motorik Halus

MOTORIK HALUS

Buah Kesabaran Mengajak Menggambar

Momen yang tak terlupakan bagi saya saat melatih motorik halusnya adalah saat saya mengajaknya menggambar walaupun saya nggak jago gambar. Saya merasa semakin lama anak saya semakin kebingungan dengan aktivitas yang dia jalani. Mungkin mainannya kurang bervariasi kali ya. Hehe.
Saya membuatkan gambar yang mudah seperti ikan, rumah, mobil, sepeda, motor. Maklum nggak bisa yang sulit-sulit. Kebetulan ada spidol warna jadi sekalian saya warnai.

Saya ajarkan dia juga untuk memegang spidol. Pertama memang kesusahan memegang spidol atau pulpen tapi akhirnya dia jadi terbiasa.

Lama-lama kok Raceqy ketagihan yaa. Bukan ketagihan gambar sendiri tapi minta digambarin. Wkwkwk. Iya kalau gambarinnya dua gambar udah, lah ini minta gambarinnya itu-itu aja. Berkali-kali pula.

Untungnya saya masih punya stok sabar jadi saya sabar aja walau kadang capek juga. Saya mau masak, dia minta gambarin dulu. Saya mau sholat, dia minta gambarin dulu.

Sampai-sampai saya googling cara menggambar hewan-hewan dan transportasi. Terus saya ikutin caranya bagaimana, hehe.

Kadang saya nolak karena benar-benar harus masak, bisa kelaperan. Sampai akhirnya, dia mau gambar sendiri walau gambarnya corat-coret nggak jelas. Dia juga mewarnai hasil gambarnya atau gambar saya walau harus keluar dari garis.

Aktivitas begitu aja sudah bikin dia anteng sekali. Emaknya juga senang banget dong karena bisa disambi macam-macam, hehe.

Pencapaian
Sampai suatu ketika, saya sempat kaget. Di rumah mertua ada papan tulis dan spidol. Dia pun menggambar. Mungkin karena saya sering menggambar ikan ditambah dengan matanya jadi dia ngikuti membuat bentuk ikan disertai dengan matanya walaupun gambar ikannya belum sempurna. Hanya saja sudah terlihat bentuk badan dan matanya.

Hasil Melatih Motorik Halus


Dia bilang sendiri, "Bu, ini ikan. Ini mata. Bagus, kan?"

Saya pun kaget, ternyata selama ini dia minta gambar ikan berulang-ulang ternyata terekam di memori otaknya. Kemudian dia pun menirunya. Saya sempat menyesal kenapa saya menolaknya saat dia minta gambarin ikan, mobil dan motor karena saat itu saya bosan dan lelah. Kalau saya telaten menurutinya, mungkin dia sudah bisa gambar mobil dan motor kali ya. Hehe.


Melukis Ikan

Suatu saat, saya mengajaknya melukis ikan di gerabah yang diselenggarakan oleh salah satu toko asesoris. Pihak penyelenggara menyediakan pensil, gerabah berbentuk ikan dan cat minyak. Peserta tinggal mengecat dari fasilitas yang diberikan.

Untuk melukis, saya pun nggak punya bakat. Motivasi saya mengikutsertakan anak saya dalam latihan melukis biar dia punya aktivitas lain yang menarik dan mengasah motorik halusnya.

Dan anak saya adalah peserta termuda. Saya pun tak pernah mengajarkan dia melukis. Makanya saat ibu-ibu lain mengajari anak-anak mereka melukis dengan harapan hasilnya indah, saya malah membiarkan dia melukis sesuka hatinya.

Cat yang sudah saya tuang di palette dengan warna yang berbeda akhirnya tercampur juga gara-gara anak saya ngecat nggak dibersihkan di air dulu. Cat merah tercampur dengan cat kuning. Biru dengan merah. Putih dengan biru.
Hasilnya? Jangan ditanya. Namanya "ikan kelunturan cat". Hehe.

Melatih Motorik Halus Dengan Melukis


Pencapaian
Untuk melukis, memang Raceqy belum menunjukkan pencapaian yang luar biasa. Tapi bagi saya, dia mampu menyelesaikan lukisannya tanpa bantuan orang dewasa adalah pencapaian yang cukup menyenangkan hati saya. Dia sudah menunjukkan kemandirian dan kepercayaan dirinya dengan lukisan yang dia buat. Saya dan suami tentu tak lupa memberikan pujian atas lukisan yang sudah dia selesaikan.


MOTORIK KASAR

Tetap Having Fun dengan Bersepeda

Momen yang tak terlupakan lainnya bagi saya adalah mengajarkan dia bersepeda sampai dia berhasil naik podium walaupun mengajarkan bersepeda juga tidak mudah.

Sejak bayi, suami sudah membelikan anak saya sepeda. Hanya saja sepeda yang dibelikan roda tiga seperti sepeda dalam film kartun Sinchan. Jadi sampai anak usia 2,5 tahun, dia bermain sepeda tua itu.

Awalnya dia kesulitan untuk mengayuh pedalnya. Maklum sepeda tua tapi lama-lama dia terbiasa dengan sendirinya tanpa harus diajarin atau dilatih.
Setelah itu, suami saya membelikan sepeda yang bukan sepeda biasa. Sepeda ini tanpa pedal!

Saya juga sempat kaget, sepeda macam apa ini??

Saya pun tahu kalau sepeda itu bernama balance bike atau push bike.
Anak saya pun belum terbiasa dengan sepeda tanpa pedal itu. Jadi pertama dia takut-takut naik sepeda push bike. Suami tetap mengajari naik sepeda itu dan menenangkan dia untuk tidak perlu takut.

Saat suami kerja, giliran saya yang mengajarinya naik sepeda walau hanya di dalam rumah. Dia memang masih takut-takut. Saya cari cara agar dia nggak takut. Mau tahu apa?

Saya menaiki sepeda kecilnya! Haha. Untung saja saya kurus. Dia melihat saya dengan rasa penasaran tinggi. Lama-lama dia pun memberanikan diri walaupun saya harus membujuknya sampai gregetan. Pernah juga saya bilang, "Ya sudah, saya kasih Pak De saja, ya.”

Langsung saja dia menolak, "Nggak mau.” 

Setelah itu, dia mau deh naik sepedanya, hehe.

Melatih Motorik Kasar dengan Bersepeda

Tak sedikit juga anak saya nangis gara-gara jatuh padahal sepeda balance bike ini harusnya nggak sampai jatuh. Ia jatuh saat dia sedang berbelok di dalam terus nggak seimbang. Pernah juga saat latihan di Rampal ternyata lapangan rumputnya nggak rata dan ada lubang, anak saya pun terjatuh sampai menangis.

Gara-gara sering jatuh, dia sempat mogok naik sepeda. Dia maunya naik sepeda roda tiganya. Waduh! Saya membujukinya terus agar dia mau naik sepedanya. Lah, gimana sudah beli mahal-mahal nggak dipakai. Hehe. Untungnya mogoknya cuma beberapa hari aja. Setelah itu, dia mulai menikmati sepedanya.

Kompetisi pertama

Suatu ketika, ada push bike competition di Gondanglegi, Kabupaten Malang. Sekitar 45 menit dari kota Malang. Suami sangat bersemangat sekali mengajak anak saya ikut lomba itu. Sedangkan saya sendiri nggak terlalu berminat. Toh, anak saya mau bersepeda saja sudah senang. Apalagi biaya pendaftarannya juga tidak murah. Sempat juga saya bilang, "Walah, nanti aja kalau udah sering latihan.”

Tapi suami saya tetap ingin anak saya ikut kompetisi itu. Sedangkan anak saya sih mana tahu kalau dia sedang lomba. Yang dia tahu cuma main sama kakak-kakak dan balapan.

Sampai di tempatnya, suami menuntunnya untuk latihan di sirkuit sederhana. Saya hanya melihat dari tempat penonton.

Balapan pun di mulai. Anak saya yang nggak mengerti tentang dunia kompetisi balap sepeda. Saat lomba dimulai, saya berteriak histeris di pinggir sirkuit. Meneriakkan dan memberinya semangat untuk bisa melaju.

Pencapaian
Tak disangka, ternyata anak saya bisa menjadi juara 2. Alhamdulillah.
Sedangkan Raceqy, dia senang sekali bisa naik podium walaupun dia belum tahu makna kemenangan dan podium. Tapi melihat dia mau bermain bersama teman-teman yang belum dia kenal adalah sebuah pencapaian dalam menunjukkan keberaniannya.



Dia mampu menyelesaikan kompetisi sampai selesai dengan mood yang bagus adalah sebuah pencapaian dalam pengendalian emosinya.
Dia mampu menuruti apa yang menjadi aturan dalam kompetisi adalah sebuah pencapaiannya menunjukkan bentuk kerja samanya.

Melatih kemampuan motorik kasar memang menghabiskan energi. Apalagi saat kompetisi, anak saya cuma mau makan sedikit. Sedih sih tapi sudah sering begitu. Susah makan. Alhasil, saya selalu memberi apapun yang dia suka yang penting ada yang masuk ke perut. Waktu itu saat saya beli degan dia minta es campur. Baiklah saya turuti.

Waktu selesai melukis ikan, saya dan suami cari makan siang. Anak saya hanya mau makan sedikit. Maunya cemilan, kue atau snack.

Pentingnya Kemampuan Oromotorik

Ternyata, saya baru tahu kalau salah satu penyebab anak picky eater (memilih makanan) adalah stimulasi oromotor yang kurang. Menurut detik.com, oromotor atau oral motorik artinya sistem gerak otot yang mencakup area rongga mulut, termasuk rahang, gigi, lidah, langit-langit, bibir dan pipi.

Menurut dr. Damayanti pada detik.com, stimulasi oromotor berfungsi untuk mendukung kemampuan makan anak dan berbicara pada anak. Tak hanya picky eater, gangguan oromotor bisa dilihat dari kemampuan anak untuk makan yang sering tersedak, kesulitan menghisap air dari sedotan, sulit beralih ke tekstur makanan yang sesuai perkembangannya. Kalau sudah ada tanda begini maka lebih baik segera berkonsultasi pada dokter.



Suatu ketika saya dapat informasi di internet, kalau kukis Monde Boromon adalah kukis yang bisa melatih motorik anak yang ada di lidah dan mulut bayi.

Membantu melatih motorik

Kukis Monde Boromon  sudah menjawab masalah oromotor ini pada anak bayi.  Kukis ini punya tekstur yang lembut sehingga mudah meleleh saat kena air liur di mulut dan pastinya mudah dicerna. Dengan mengkonsumsi ini, maka akan melatih motorik yang ada pada lidah dan mulut bayi sehingga akan membantu bayi mengeksplorasi rasa, bentuk, tekstur dan kemampuan untuk makan.

Gluten free

Gluten adalah kandungan yang ada dalam tepung terigu. Tahu sendiri kan biasanya untuk membuat kukis itu pakai tepung terigu. Sedangkan kukis Monde Boromon ini bebas gluten (gluten-free).

Kenapa harus bebas gluten? Di beberapa anak yang mengalami alergi gluten, orang tua tidak memberikan makanan yang mengandung gluten, seperti makanan dari gandum, tepung, oat, cracker, biskuit, pasta, roti, kue, kukis, karena mengalami masalah pada usus halusnya.

Kandungan Bergizi Kukis Monde Boromon 

Kukis Monde Boromon ini terbuat dari sari pati kentang, gula dan telor dengan tambahan madu. Tepung yang digunakan pun bukan tepung terigu yang mengandung gluten tapi tepung kentang yang mengandung karbohidrat tinggi selain nasi. Adanya DHA pada kukis ini sangat bagus untuk perkembangan otak anak.



Kelebihan kukis Monde Boromon untuk melatih oromotorik ini memang bagus untuk perkembangan bayi. Karena terkadang, picky eater itu membuat emak-emak macam saya ini mudah emosi.

Nah, udah pasti ya kita sebagai orang tua nggak hanya melatih motorik kasar dan halus anak saja tapi juga oral motorik (oromotor) anak. Melatih tiga kemampuan ini akan memudahkan anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Pencapaian-pencapaian luar biasa yang ditunjukkan anak kita jangan sampai kita lewatkan. Lelah yang kita rasa pastinya segera sirna melihat pencapaian yang mereka tunjukkan.

Ada yang juga punya pengalaman seru saat menemani anak menstimulasi motorik mereka?




Sumber :
http://www.parenting.co.id/bayi/-bayi-sulit-makan-akibat-gangguan-fungsi-oromotor
https://m.detik.com/health/ibu-dan-anak/d-1647039/melatih-oral-motor-anak-agar-bisa-makan-dengan-benar
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar

  1. Jadi, tetap lebih baik punya anak aktif dan rumah berantakan dibandingkan yang diem tapi nggak bisa ngapa-ngapain kan ya...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower