Setelah tiba di bandara Halim Perdanakusuma,
Jakarta, pukul enam sore, aku sempat bingung mau naik apa ke tempat acara.
Kalau dari bandara sih yang murah biasanya pakai bus DAMRI tapi ya gitu harus
menunggu cukup lama. Apalagi jam acara dimulai pukul tujuh malam. Jadi aku
harus pilih kendaraan yang bisa cepat. Apalagi kalau bukan taksi? Tinggal
memutuskan taksi online atau taksi bandara.
Begitu keluar pintu kedatangan, aku nggak
melihat counter-counter taksi bandara walaupun banyak taksi bandara
berkeliaran. Di tempat lain, kulihat beberapa orang memenuhi counter taksi
online.
Apa ikut antri taksi online kali ya? Duh, tapi
aku nggak punya aplikasi taksi online soalnya tabletku nggak support untuk
aplikasi macam itu. Sebenarnya bisa aja sih ngehubungi saudara yang bisa
pesankan taksi online, tapi kok ekspresi orang-orang yang berdiri di counter
taksi online pada bete ya. Apa nunggunya lama? Mungkin saja sangat lama.
Akhirnya aku ikut masuk antrian orang-orang
yang ingin menaiki taksi bandara. Antriannya memang mengular. Tapi taksi yang
datang pun banyak langsung tiga taksi jadi sebenarnya tidak terasa juga.
Sekitar 15 menit tiba juga giliranku yang naik taksi.
Kali ini tujuanku ke Hotel Kartika Chandra adalah untuk mengikuti Pertemuan Penulis Tahap
Pertama. Pertemuan ini merupakan pertemuan para penulis yang menang sayembara
bahan bacaan SD oleh Badan Bahasa Kemdikbud.
Lokasi Hotel Kartika Chandra
Hotel Kartika Chandra
ini berada di Jl. Jendral Gatot Subroto
Kav. 18-20, Karet Semanggi, Setia Budi, RT.8/RW.2,
Jakarta Selatan.
Ternyata hotel ini berada di deretan bangunan-bangunan penting di ibukota. Jadi nggak begitu sulit mencarinya. Hanya saja waktu itu lagi jam pulang kantor sekitar jam setengah tujuh malam. Alhasil, jalanan di google map berwarna merah. Banyak titik-titik macet. Sempat khawatir juga karena jam tujuh malam acara selanjutnya dimulai.
Ternyata hotel ini berada di deretan bangunan-bangunan penting di ibukota. Jadi nggak begitu sulit mencarinya. Hanya saja waktu itu lagi jam pulang kantor sekitar jam setengah tujuh malam. Alhasil, jalanan di google map berwarna merah. Banyak titik-titik macet. Sempat khawatir juga karena jam tujuh malam acara selanjutnya dimulai.
Sebenarnya
Pak Sopir menyarankan lewat tol saja biar cepat tapi kami sama-sama nggak
punya e-money. Bapaknya sempat bilang
nekad aja lewat tol tanpa e-money tapi nanti pinjam e-money mobil belakang.
Haduh,
repot banget deh. Akhirnya aku bilang lewat bawah aja. Nggak usah lewat tol.
Alhamdulillah walaupun
melewati macet setidaknya nggak telat-telat banget sampai tempat acara.
Begitu sampai hotel, aku takjub. Dari luar bangunannya mewah banget dan besar.
Begitu sampai hotel, aku takjub. Dari luar bangunannya mewah banget dan besar.
Hotel Kartika Chandra dari depan (traveloka.com) |
Parkir hotel
Parkir hotelnya luas
banget. Kalau aku disuruh jalan kaki dari depan gerbang hotel ke lobby hotel
dengan bawa anak dan tas mungkin aku sudah pingsan kali saking luasnya.
Di sebelah hotel ada
bioskop XXI juga. Wah, kebayang nih kalau sudah selesai acara pada nonton di
bioskop. Tapi aku nggak mungkin sih soalnya bawa bayi, hehe.
Bangunan Hotel
Kalau dilihat-lihat
dari luar, bangunan hotel Kartika Chandra seperti bangunan tua. Kutebak hotel
itu dibangun sekitar tahun 1980/1990-an. Walaupun begitu, bangunan ini terlihat
mewah dari luar.
Keramahan Pegawai Hotel
Taksi pun menurunkan
aku di depan pintu lobby. Seorang pegawai hotel berpakaian jas hitam dan kopi
hitam menyambutku dengan senyuman ramah.
Kubilang, “Saya mau
ikut acara badan bahasa.”
Ia pun mempersilakanku
untuk check in terlebih dahulu. Aku pun setuju karena ingin menaruh
barang-barang di kamar.
Di resepsionis,
seseorang menerimaku dan memberikan sebuah daftar nama setelah tahu bahwa aku
salah satu peserta pertemuan. Aku menandatangani daftar nama itu. Aku sekamar
dengan teman yang sudah cukup kukenal. Namanya Mbak Ira Diana.
Aku pun menuju ke
kamar setelah mendapatkan kunci yang berupa kartu dari pegawai resepsionis.
Kamar Old-fashioned dan Elegant
Begitu masuk
kamar, lampu redup kamar hotel bintang 4 ini membuat mataku ingin terlelap. Ups, aku ingat
kalau harus ikut materi. Aku rebahkan si kecil di tempat tidur yang lagi
tertidur pulas.
Tempat tidur twin-bed
memang diperuntukkan untuk aku dan Mbak Ira. Tapi aku nggak lihat barang-barang
Mbak Ira. Mungkin Mbak Ira nggak nginep di hotel? Soalnya Mbaknya memang
tinggal di Jakarta.
Aku mencoba mengatur
suhu kamar agar tidak kedinginan. Tapi aku kaget karena AC nya nggak seperti AC
masa kini. Tombolnya juga berbeda. Semua tombol di kamar benar-benar tombol
old-fashioned!
Aku seperti sedang
memecahkan teka-teki. Kulihat dan kuperhatikan dengan seksama tombol AC kamar.
Kuharap ada petunjuk yang jelas untuk mengurangi dan menambah suhu. Mungkin
karena sudah malam dan lelah jadinya aku nggak begitu teliti.
Setelah selesai acara, aku penasaran dengan tombol AC. Begitu kulihat lagi, eh ternyata tinggal memutar saja seperti putaran kipas angin. Hehe.
Setelah selesai acara, aku penasaran dengan tombol AC. Begitu kulihat lagi, eh ternyata tinggal memutar saja seperti putaran kipas angin. Hehe.
Tombol-tombol lampu
pun begitu. Inginnya mematikan salah satu lampu kamar tapi aku nggak menemukan
tombolnya. Yang kulihat hanya tombol tua yang kuanggap sebagai tombol lampu
kamar. Kutekan-tekan tombolnya, tak ada perubahan. Kucari tombol-tombol lain di
setiap sudut kamar tapi hanya tombol tadilah yang kutemukan.
Aku menghembuskan
nafas. Sepertinya hotel old-fashioned ini benar-benar membuatku kebingungan. Jadinya aku membiarkan lampu-lampu itu menyala sepanjang siang dan malam hari.
Kamar Mandi
Aku mencoba melihat
kamar mandi. Jangan-jangan aku harus mencari tombol-tombol ajaib untuk
menyalakan air. Ketika kubuka pintu kamar mandi, kulihat wastafel di sebelah
pintu kamar mandi dengan tempat tisu berbahan besi tertempel di dinding. Kamar
mandinya cukup luas. Di sebelah kiri, ada bathtub dengan shower terletak di
atas kran air. Kloset berada di ujung.
Memang hotel-hotel
baru dan modern hampir nggak menggunakan bathtub lagi. Katanya penggunaan
bathtub itu membuat air boros dibanding shower.
Melihat kamar mandi
sejenak ternyata membuat aku memutuskan untuk mandi saja sebelum ikut acara.
Secepat kilat, aku mandi. Untung si bayi masih terlelap. Segera aku gendong
lagi dan pergi ke tempat acara.
Hall
Tempat acaranya berada
di Gedung sebelah. Jadi aku berjalan kaki melewati restoran hotel yang sudah
tutup. Aku baru ingat kalau aku belum makan malam hanya roti dari pesawat untuk
mengganjal perutku. Itu belum cukup. Aku berdoa semoga maag ku nggak kambuh.
Begitu aku tiba di
ruang acara dan melengkapi keperluan administrasi, aku pun membuka pintu kayu
yang berat dengan ukir-ukiran bunga. Aku lupa nama Hall nya apa ya, hehe.
Acara-acara sudah
dimulai. Kursi-kursi sudah penuh terisi peserta. Ada beberapa kursi yang kosong
tapi di tengah-tengah. Aku harus blusuk untuk bisa duduk disitu. Akhirnya aku
memilih kursi di pojok ruangan. Mungkin kursi untuk panitia.
Lebih nyaman karena aku bisa menyusui dengan mudah kalau anakku menangis. Dan
lagi aku langsung bisa ngeloyor pergi kalau tangisan anakku tak kunjung
berhenti.
Hall hotel Kartika
Chandra kubilang cukup mewah. Mungkin karena ada ukir-ukirannya. Dengan jumlah
peserta sekitar 150 orang, Hall itu cukup untuk menampung peserta tanpa
overload dan masih lowong. Yang pasti AC-nya nggak panas.
Musholla
Musholla juga
disediakan bagi peserta yang ingin sholat tanpa harus ke kamar. Letaknya di
sebelah Hall. Ruangannya cukup luas untuk sebuah musholla hotel. Biasanya
Musholla ini tempatku menyusui si bayi.
Karena anakku masih 7 bulan. Jadinya aku belikan dia jus buah pepaya tanpa gula dan tanpa konsentrat di resto hotel. Harganya lumayan bowkk. 45 ribu. Wkakaka. Dan anaknya malah makan sedikiitttt. Sedihh.
Breakfast
Dengan rate per kamar 800an ribu, aku merasa sangat worth it mendapatkan segala fasilitas yang diberikan termasuk sarapannya. Menurutku selama sarapan di beberapa hotel, menu sarapan di Hotel Kartika Chandra sangat beragam. Ada masakan Indonesia dan masakan Eropa. Tak perlu bingung buat turis asing yang nggak terbiasa dengan makanan kaya rempah bisa menikmati makanan dari negaranya seperti salad sayur, salad buah, roti-roti, wafel. Bagi orang Indonesia juga nggak perlu risau karena makanannya sudah disesuaikan dengan lidah orang indo yang kaya rempah seperti bubur ayam, nasi goreng, capcay, ayam, ikan fillet. Aku kayak orang kalap pas sarapan di sana. Semua menu kucoba. Wkwkwk.Karena anakku masih 7 bulan. Jadinya aku belikan dia jus buah pepaya tanpa gula dan tanpa konsentrat di resto hotel. Harganya lumayan bowkk. 45 ribu. Wkakaka. Dan anaknya malah makan sedikiitttt. Sedihh.
Oiya, ternyata pas ketemu Mbak Ira katanya nginep di kamar satunya karena dapat jatah dari kantor dan sekalian bawa anaknya, hehe.
Selesai sudah menginap di hotel yang old-fashioned tapi elegant. Acara pun selesai. Tanggungan selesai. Tapi masih ada pertemuan kedua lagi.
Selesai sudah menginap di hotel yang old-fashioned tapi elegant. Acara pun selesai. Tanggungan selesai. Tapi masih ada pertemuan kedua lagi.