Ketika tiba di Semarang, suami langsung bertemu temannya yang sudah membuat janji. Setelah selesai, masih ada waktu untuk jalan-jalan sebelum melanjutkan acara di sore hari. Tapi kami tak punya tujuan untuk dikunjungi karena panasnya matahari siang membuat kami enggan untuk jalan-jalan. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Masjid Agung Jawa Tengah yang tak jauh dari tempat teman suami.
Walaupun saya pernah tinggal di Semarang hampir dua tahun tapi saya belum pernah mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah, tempat wisata religi yang cukup terkenal bagi penduduk luar kota Semarang.
Dalam perjalanan menuju ke Masjid, kami melihat banyak sekali bus-bus yang lewat dari lajur yang berlawanan. Saya menduga mereka telah selesai berwisata ke Masjid.
Begitu saya memasuki gerbang, saya melihat dari kejauhan kemegahan Masjid Agung Jawa Tengah yang memiliki perpaduan arsitektur Arab, Jawa dan Romawi. Masjid ini dibangun tahun 2001 kemudian diresmikan oleh Mantan Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 14 November 2006. Luas kawasan Masjid Agung Jawa Tengah seluas sekitar 10 hektar.
Adzan dzuhur berkumandang. Kami pun mencari tempat berteduh dan suami memarkirkan mobilnya di bawah teduhnya pepohonan parkiran. Dari area parkiran saja, saya bisa melihat area Masjid Agung Jawa tengah di bawah terik matahari yang membuat kulit panas. Beberapa pengunjung tak peduli panasnya terik matahari, mereka tetap berfoto di teras depan masjid yang luas.
Saat tiba di parkiran Masjid, saya melihat ada tenda yang terpasang di gedung sebelah masjid. Saya melihat sudah banyak sekali mobil yang parkir. Banyak juga pengunjung yang pakai kemeja batik untuk laki-laki. Begitu saya jalan menuju ke gedungnya, ternyata ada acara resepsi pernikahan. Gedung di samping masjid Agung Jawa Tengah ini juga bisa disewakan untuk acara-acara seperti pernikahan. Ketika pintu terbuka, AC gedungnya kerasa dingin banget.
Saya, suami dan anak segera mencari tempat wudhu. Tempat wudhu wanita ada di bagian bawah. Ketika masuk ruangannya rasanya sejuk banget. Banyak orang duduk-duduk di sana. Saya juga merasa seperti di era tahun 90-an karena lantai keramiknya jadul. Kamar mandinya juga bersih.
Saya lihat orang-orang yang sholat dan mencoba menerka-nerka mana yang memakai mukenah masjid. Maksud hati ingin mendatangi. Sayangnya, saya juga nggak bisa membedakan mana mukenah yang punya masjid mana yang punya pribadi.
Saya melihat pengunjung pada duduk-duduj dekat lemari mukenah. Terus seseorang baru datang dan tiba-tiba mengambil mukenah yang mau dikembalikan orang. Yah, keduluan deh.
Ini bener-bener kesalahan, saya tidak membawa mukenah. Kalau di masjid Istiqlal setiap orang bisa menyewa mukenah pada seorang ibu.
Saya pun stand by berdiri melihat orang-orang yang akan mengembalikan mukenah. Akhirnya ada satu yang akan mengembalikan mukenah ke lemari. Saya pun langsung mencegatnya dan meminjamnya. Wkwkwk. Akhirnya dapat deh!
Setelah selesai sholat, kamera saya bersiap untuk mengambil gambar-gambar masjid. Beberapa rombongan berseragam juga asyik mengambil foto di dalam masjid. Saya mencoba ke depan masjid memakai kaos kaki untuk mengambil foto. Dannn... panassss bangetttt kaki saayaaa... Langsung saya berlari-lari kembali ke masjid karena panas.
Karena tak kunjung dibuka, akhirnya saya mengajak suami balik ke mobil dan memakan bekal kami seperti orang lagi piknik dengan membuka bagasi belakang mobil. Lumayan untuk mengganjal perut kami.
Setengah jam kemudian, begitu selesai makan, anak saya minta pipis ke kamar mandi. Saya pun mengantarnya ke kamar mandi masjid. Eehhh, ternyataaaa payung masjidnya sudah dibukaa! Huwaah, sedih saya nggak bisa menyaksikan payungnya dibuka. Huks. Nggak kelihatan dari parkiran.
Yaudah, deh. Semoga bisa melihat langsung di masjid Nabawi, AMMIIINNNNN yang kenceng!!!!
Sayangnya, saya nggak masuk dan nggak kepikiran naik ke dalam karena keburu-buru mau ke tempat acara. Katanya sih tiket masuk menara Asmaul Husna ini sekitar 3.000-5.000 rupiah. Jam buka Menara Asmaul Husna dari jam 08.00-21.00. Saat malam hari kayaknya lebih seru karena lampu-lampu Kota Semarang jadi terlihat.
Bagi kalian yang sedang travelling ke Semarang, sepertinya sesekali boleh lah sholat di Masjid Agung Jawa Tengah dan mencoba menaiki menara Asmaul Husna. Lebih bagus lagi kalau pas malam hari. Dan jangan lupa bawa mukenah sendiri yah!
Walaupun saya pernah tinggal di Semarang hampir dua tahun tapi saya belum pernah mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah, tempat wisata religi yang cukup terkenal bagi penduduk luar kota Semarang.
Sekilas Tentang Masjid Agung Jawa Tengah
Berbekal Google Map, kami pun menuju ke Masjid Agung Jawa Tengah yang berada di Jl. Gajah Raya, Sambirejo, Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.Dalam perjalanan menuju ke Masjid, kami melihat banyak sekali bus-bus yang lewat dari lajur yang berlawanan. Saya menduga mereka telah selesai berwisata ke Masjid.
Masjid Agung Jawa Tengah Di Kota Semarang |
Begitu saya memasuki gerbang, saya melihat dari kejauhan kemegahan Masjid Agung Jawa Tengah yang memiliki perpaduan arsitektur Arab, Jawa dan Romawi. Masjid ini dibangun tahun 2001 kemudian diresmikan oleh Mantan Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 14 November 2006. Luas kawasan Masjid Agung Jawa Tengah seluas sekitar 10 hektar.
Adzan dzuhur berkumandang. Kami pun mencari tempat berteduh dan suami memarkirkan mobilnya di bawah teduhnya pepohonan parkiran. Dari area parkiran saja, saya bisa melihat area Masjid Agung Jawa tengah di bawah terik matahari yang membuat kulit panas. Beberapa pengunjung tak peduli panasnya terik matahari, mereka tetap berfoto di teras depan masjid yang luas.
Saat tiba di parkiran Masjid, saya melihat ada tenda yang terpasang di gedung sebelah masjid. Saya melihat sudah banyak sekali mobil yang parkir. Banyak juga pengunjung yang pakai kemeja batik untuk laki-laki. Begitu saya jalan menuju ke gedungnya, ternyata ada acara resepsi pernikahan. Gedung di samping masjid Agung Jawa Tengah ini juga bisa disewakan untuk acara-acara seperti pernikahan. Ketika pintu terbuka, AC gedungnya kerasa dingin banget.
Saya, suami dan anak segera mencari tempat wudhu. Tempat wudhu wanita ada di bagian bawah. Ketika masuk ruangannya rasanya sejuk banget. Banyak orang duduk-duduk di sana. Saya juga merasa seperti di era tahun 90-an karena lantai keramiknya jadul. Kamar mandinya juga bersih.
Lupa Bawa Mukenah!
Saya naik dua lantai untuk sholat. Sudah banyak orang yang melaksanakan sholat dzuhur. Saya mencari-cari lemari yang menaruh mukena. Sayangnya hanya ada dua lemari kecil di tempat wanita. Isinya juga nggak ada mukenah-nya.Saya lihat orang-orang yang sholat dan mencoba menerka-nerka mana yang memakai mukenah masjid. Maksud hati ingin mendatangi. Sayangnya, saya juga nggak bisa membedakan mana mukenah yang punya masjid mana yang punya pribadi.
Saya melihat pengunjung pada duduk-duduj dekat lemari mukenah. Terus seseorang baru datang dan tiba-tiba mengambil mukenah yang mau dikembalikan orang. Yah, keduluan deh.
Ini bener-bener kesalahan, saya tidak membawa mukenah. Kalau di masjid Istiqlal setiap orang bisa menyewa mukenah pada seorang ibu.
Saya pun stand by berdiri melihat orang-orang yang akan mengembalikan mukenah. Akhirnya ada satu yang akan mengembalikan mukenah ke lemari. Saya pun langsung mencegatnya dan meminjamnya. Wkwkwk. Akhirnya dapat deh!
Setelah selesai sholat, kamera saya bersiap untuk mengambil gambar-gambar masjid. Beberapa rombongan berseragam juga asyik mengambil foto di dalam masjid. Saya mencoba ke depan masjid memakai kaos kaki untuk mengambil foto. Dannn... panassss bangetttt kaki saayaaa... Langsung saya berlari-lari kembali ke masjid karena panas.
Menanti-Nanti Payung Masjid Dibuka Sambil Piknik Kecil
Saya menunggu-nunggu payung Masjid Agung Jawa Tengah dibuka seperti di Masjid Nabawi. Tak ada takmir masjid yang bisa ditanya-tanya kapan akan dibuka. Saya cari di internet harusnya jam 1 siang sudah dibuka sampai jam 2 siang.Payung Masjid Agung Jawa Tengah Masih Tertutup |
Karena tak kunjung dibuka, akhirnya saya mengajak suami balik ke mobil dan memakan bekal kami seperti orang lagi piknik dengan membuka bagasi belakang mobil. Lumayan untuk mengganjal perut kami.
Setengah jam kemudian, begitu selesai makan, anak saya minta pipis ke kamar mandi. Saya pun mengantarnya ke kamar mandi masjid. Eehhh, ternyataaaa payung masjidnya sudah dibukaa! Huwaah, sedih saya nggak bisa menyaksikan payungnya dibuka. Huks. Nggak kelihatan dari parkiran.
Yaudah, deh. Semoga bisa melihat langsung di masjid Nabawi, AMMIIINNNNN yang kenceng!!!!
Penjual Oleh-oleh
Karena sudah jam setengah dua, kami pun memutuskan segera check in ke hotel. Menuju keluar kompleks masjid kami sempat berhenti dulu untuk mengambil beberapa foto. Di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ini juga disediakan toko-toko penjual oleh-oleh baik di samping gedung (convention hall) maupun di depan masjid. Saya hanya foto toko oleh-oleh saja ya, hihi.Souvenir Shop Masjid Agung Jawa Tengah |
Menara Asmaul Husna
Di depan masjid, ada menara yang tingginya 99 meter dan bernama Asmaul Husna. Sama seperti nama-nama Allah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 nama. Infonya di dalam menara ada restoran, museum, dan gardu pandang yang dilengkapi teleskop untuk melihat pemandangan Kota Semarang.Menara Asmaul Husna |
Sayangnya, saya nggak masuk dan nggak kepikiran naik ke dalam karena keburu-buru mau ke tempat acara. Katanya sih tiket masuk menara Asmaul Husna ini sekitar 3.000-5.000 rupiah. Jam buka Menara Asmaul Husna dari jam 08.00-21.00. Saat malam hari kayaknya lebih seru karena lampu-lampu Kota Semarang jadi terlihat.
Poliklinik
Eh, poliklinik? Beneran saya juga baru tahu di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ada poliklinik (poli umum dan poli gigi). Jam bukanya hari Senin-Jumat.Bagi kalian yang sedang travelling ke Semarang, sepertinya sesekali boleh lah sholat di Masjid Agung Jawa Tengah dan mencoba menaiki menara Asmaul Husna. Lebih bagus lagi kalau pas malam hari. Dan jangan lupa bawa mukenah sendiri yah!