Senangnya Jalan-Jalan Wisata Ke Bali

No Comments
Bulan Februari lalu, saat hari kejepit, kantor suami mengadakan tur wisata ke Bali. Saya yang baru melahirkan sebulan sebelumnya bingung apakah harus ikut atau tinggal. Kalau saya tinggal, saya rasanya nggak mampu melihat Raceqy mencari-cari ayahnya beberapa hari. Saya pun nggak bisa mengatasi sendirian kalau dia rewel. Kalau ikut, saya sebenarnya kasihan juga dengan bayi yang masih satu bulan harus perjalanan jauh. Saya pun menyuruh suami saja berangkat sama Raceqy tapi suami nggak mau.

Akhirnya saya minta pendapat bidan. Beliau berkata asal jangan mengarahkan AC ke muka bayi langsung. Mending dimatikan saja.
Baiklah. Saya pun merasa lega dan nekad tetap ikut. Kami pun berkumpul di kantor suami jam tiga sore tapi Bus baru berangkat jam setengah tujuh malam karena ada sesuatu hal. Ternyata di tol macet sekali.

Di Probolinggo, kami sampai di rumah makan untuk makan malam sekitar jam 11 malam. Kemudian lanjut ke pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Sampai di sana sekitar pukul empat pagi. Semua pun melaksanakan sholat di musholla pelabuhan.

Sekitar hampir satu jam kami menyeberangi selat Bali. Perjalanan pun dilanjutkan. Rencananya kami akan mengunjungi Tana Lot dan Pura apa gitu. Sayangnya karena terlalu sore, jadi perjalanan langsung menuju tempat makan sekaligus tempat jual oleh-oleh di Denpasar. Sampai di hotel di Legian sekitar jam setengah enam. Karena sudah masuk Waktu Indonesia Tengah, jadi jam segitu masih agak terang.

Setelah mendapatkan kunci kamar, kami pun segera masuk kamar. Betapa leganya kami sudah bisa membaringkan badan setelah perjalanan hampir 24 jam.

Setelah makan malam, panitia menyiapkan acara. Saya tidak ikut acaranya karena ingin membaringkan si kecil. Raceqy ikut ayahnya mengikuti acara walaupun tidak sampai selesai.

Besoknya, tujuan wisata selanjutnya ke Pantai Pandawa, Uluwatu, Tanjung Benoa, dan Pulau Penyu. Saya dan suami memilih tidak ikut dan tinggal di hotel untuk beristirahat. Resikonya kami tidak dapat makan siang. Paginya suami dan anak menikmati di kolam renang hotel Hardys Rofa.

Baca Juga : Hardys Rofa: Hotel Nyaman Tidak Jauh dari Pantai Kuta

Sewa Motor

Kami pun berencana pergi sendiri dengan nyewa motor yang banyak menyediakan jasa sewa kendaraan di Bali. Saya pun menelepon jasa-jasa yang ada di internet. Rata-rata minimal dua hari dengan harga 100an ribu per hari. Padahal kami rencana satu hari saja karena besoknya akan ke Danau Bratan.

Eh, karena minimal dua hari, akhirnya saya coba tanya resepsionis apakah hotel menyediakan sewa motor. Eh, ternyata memang menyediakan sewa motor dan mobil. Harganya 75 ribu per hari untuk satu motor. Setelah saya pesan ke satpam, pemilik sewa pun datang ke hotel sambil memberi kunci dan STNK.

Pantai Kuta dan Seminyak

Kami pun berkelana ke daerah Legian atau Kuta dan daerah Seminyak. Bermodal Google Map, kami pun menyelusuri jalan-jalan sempit di daerah Kuta. Banyak bule-bule dengan pakaian sedikit terbuka membuatku merasa seperti bukan di Indonesia. Beberapa toko didesain seperti di luar negeri dengan kanopi khas Eropa Amerika. Beberapa rumah khas tradisional dengan bangunan Pura nya yang terlihat di beberapa titik di wilayah Kuta menyadarkanku berada di negeri sendiri.

Daerah Kuta adalah daerah tujuan wisata internasional. Pantas saja kalau daerah ini cukup ramai bahkan macet di jam-jam tertentu. Toko-toko menjual pakaian yang terbuka untuk para turis, juga cinderamata atau kerajinan tangan karya lokal. Beberapa titik juga menyediakan jasa tukar uang asing.

Kami pun hendak belok kiri inginnya ke Pantai Kuta. Sayangnya jalannya ditutup dan dijaga beberapa petugas keamanan. Kami pun berbalik arah dan memilih belok kanan menuju jalan yang kami tak tahu itu dimana. Ternhata kami menelusuri jalan pinggir pantai di Seminyak.

Saya sedikit terpukau dengan hotel-hotel mewah di pinggir pantai. Dari jalanan terlihat bule-bule sedang berjemur di sebuah ruang terbuka yang saya duga sedang di pinggir kolam hotel. Saya pun baru tahu kalai Seminyak adalah kawasan hotel-hotel, villa, resort mewah walaupun jalannya sempit. Bahkan kami sempat nyasar ke sebuah wilayah resort atau hotel mewah yang berada di culdesac (jalan buntu).

Tragedi Ban Bocor

Begitu puas melewati pantai dan kawasan pinggir pantai, kami pun pulang ke hotel. Setelah maghrib, saat kami akan jalan-jalan lagi ternyata ban motornya bocor. Padahal tadi tidak kenapa-kenapa. Terpaksa kami menelepon si pemilik motor. Begitu mereka datang, mereka bilang jam segini nggak ada tambal ban. Ujung-ujungnya kami harus mengganti ban seharga tiga puluh ribu rupiah. Dengan harga segitu di Kuta apa wajar? Memang sih di bukti pembayaran ada perjanjian kalau kerusakan ban atau ban kempes tidak ditanggung. Lah kalau ada yang iseng dikempesin terus kita harus menanggung tiga puluh ribu? Walah. Yasudah deh. Saya juga tidak mau cari masalah. Jadinya jatuhnya sama saja tuh seperti agen-agen sewa yang ada di internet.

Pulang Mampir ke Joger

Besoknya kami bersiap-siap untuk check-out. Karena ada beberapa rekan kantor suami yang meneruskan bermalam di Bali jadinya panitia harus mengurus pendataan dan pemindahan penumpang di Bus lain.

Sepanjang perjalanan kami ditemani seorang pemandu yang benar-benar menyenangkan karena kelucuannya. Perjalanan menjadi tidak terasa. Saya juga benar-benar menikmati Bali dengan keunikan rumah tradisionalnya yang selalu menyisakan sedikit untuk ruang terbuka.

Kami juga melewati kantor Kabupaten Badung yang terkenal mewah karena memiliki pendapatan daerah tertinggi dibanding kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Maklum Kabupaten Badung memiliki, Kuta, Legian, Seminyak, Uluwatu, Tanjung Benoa, Jimbaran, Bandara Ngurah Rai yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara.

Tidak lama kami pun tiba di tempat belanja oleh-oleh Bali yang paling terkenal yaitu Joger. Sudah banyak Bus-Bus yang parkir di depan tempat belanja itu. Jalan yang sempit membuat banyak berhenti di pinggir jalan untuk menurunkan penumpng dan menyebabkan tundaan-tundaan kendaraan.

Masuk Joger juga ada syaratnya tuh. Bagi yang rombongan akan ditempeli stiker di bajunya dan harus antri sesuai rombongannya. Paling penting tidak boleh pakai kaos Joger palsu atau produk lainnya. Kalau tidak nanti disuruh lepas. Antisipasinya, dengan memakai jaket atau melepas produk palsu itu.
Begitu melewati pintu pemeriksaan, saya mengikuti pengunjung yang lain. Ternyata masuk ke ruang kaos-kaos. Banyak sekali pengunjung-pengunjung melihat kaos Joger. Duh, akhirnya saya putar balik karena saya bawa bayi. Kasihan. Apalagi suami kalau berada di kerumunan orang bakal pusing.
Akhirnya saya pun lihat sandal-sandal di atas. Ada satu sandal yang menarik hati tapi ukurannya kecil. Suami juga cari sandal ukurannya kecil-kecil sedangkan ukuran kaki suami sekitar 42. Akhirnya beli sandal ukuran 40. Alasannya nanti juga melar. Lah?!

Semakin siang Joger semakin ramai apalagi pas libur kejepit. Setelah semua selesai berbelanja, kami pun menaiki bus dan segera menuju ke Danau Beratan Bedugul.

Wisata Danau Bratan Bedugul

Udara dingin sejuk menerpa wajah. Danau Bratan Bedugul berada di daerah ketinggian dan dikelilingi pegunungan. Beberapa orang menuju masjid untuk shalat Dzuhur yang berada di ketinggian. Suami cerita sambil menawari cilok yang ternyata rasanya enak itu kalau pemandangan dari masjid bagus sekali. Pemandangan Danau Bratan dan Pura nya dikelilingi dengan pegunungan jelas terlihat. Walaupun saya tidak ke masjid tapi saya bisa membayangkan betapa indah pemandangan Danau Bratan.

Kami pun makan siang dulu di Bus dengan nasi kotak. Setelah itu kami masuk ke tempat wisata yang terkenal itu.

Taman-tamannya luas belum lagi ditambah pepohonan menambah keteduhan siang itu. Untungnya matahari tidak begitu menyengat. Saya dan suami sudah membawa payung khawatir kalau tiba-tiba hujan. Maklum kita liburannya saat musim hujan.

Taman di Tempat Wisata Danau Bratan


Ada area bermainnya juga yang dipenuhi anak-anak. Raceqy begitu semangat bermain di taman bermainnya.

Ada restaurant dan pujasera juga.


Saya melihat ke dermaga sudah banyak orang yang antri ingin naik perahu dan sepeda air. Ada juga jasa pembuatan tato dekat dermaga. Saya melihat beberapa orang dibuatkan tato-tato non permanen yang hanya menggunakan stiker.


Dermaga di Danau Bratan

Setelah puas bermain, saya dan suami menuju ke Pura yang menjadi ikon di uang 50.000 itu. Sudah lama saya ingin ke Bedugul, akhirnya kesampaian juga. Kami pun berfoto berlatar Pura dan Danau Bratan itu. Saya ingin mengetahui lebih dekat Pura itu tapi lautan manusia membuat saya mengurungkan niat melihatnya.

Pura di Danau Bratan


Tidak lama hujan mulai turun. Walaupun gerimis tapi sudah membuat para wisatawan yang sedang berfoto kelabakan mencari tempat berteduh.
Saya dan suami segera menuju Bis. Perjalanan selanjutnya pulang ke Surabaya sekitar pukul tiga sore.

Bus-bus kami melewati pegunungan dengan pemandangan Danau Beratan. Indah sekali terlihat dari atas. Sampai di Surabaya pukul tiga pagi hari senin. Kami pun segera bergegas pulang ke rumah karena suami harus berangkat lagi ke kantor.

0 comments

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower