Ceritaku di Gerakan Literasi Nasional 2017

1 comment
Aku kaget saat membaca pesan whatsapp dari Mas Danang kalau naskahku lolos saat mengikuti sayembara penulisan bahan bacaan untuk anak SD yang diselenggarakan Kemdikbud.




Wajarlah kalau aku kaget karena baru kali ini aku menulis cerita anak-anak dan lolos. Walaupun aku ada niatan untuk menulis cerita anak lagi dan dikirim penerbit. Ya, hanya sebatas niatan, belum kukirimkan.

Begitu dapat kabar itu, aku langsung membuka website Kemdikbud. Benar saja ada namaku tercantum dalam daftar penulis terpilih.

Kemudian aku mengecek email. Ternyata sudah ada email dari Kemdikbud yang mengatakan naskahku terpilih. Mereka mengirimi surat kesediaan untuk mengikuti pertemuan di Jakarta selama tiga hari untuk menindaklanjuti naskah. Semua akomodasi ditanggung.

Ada rasa senang tapi juga bingung. Senang karena menjadi penulis terpilih dan akan mengikuti kegiatan di Jakarta. Pengalaman baru ini nggak ingin aku lewati.

Sempat bingung karena saat itu Raceqy masih usia 15 bulan. Apakah aku harus meninggalkannya di mbahnya atau harus kubawa? Mengingat dia masih asi rasanya nggak mungkin kalau harus menitipkannya . Walaupun bisa saja di pumping dan asi disimpan freezer seperti ibu-ibu bekerja itu. Sayangnya aku nggak punya pengalaman tentang itu jadi aku nggak berani menitipkannya.

Setelah menanyakan ke pihak Kemdikbud bahwa anak boleh dibawa tapi biaya tiket pesawat nggak ditanggung. Alhamdulillah.. aku semakin senang karena bisa ikut kegiatan di Jakarta sambil membawa si kecil. Aku harap setiap kegiatan kepenulisan bisa “ramah terhadap anak”, hehe.

Setelah konfirmasi itu, aku langsung beli tiket pesawat dan menyiapkan semua berkas yang harus dibawa seperti surat SPPD seperti orang kantoran saja. Karena nggak mewakili instansi, akhirnya aku memakai nama FLP saja karena harus ada stempel dan tanda tangan organisasinya. Waktu itu aku minta tanda tangan Ketua FLP Wilayah, Pak Rafif. Sedangkan penulis lain yang tidak terikat instansi atau organisasi tertentu maka menggunakan tanda tangan Pak Lurah.

Ada rasa deg-degan juga karena baru kali ini perjalanan jauh membawa anak bayi. Sesampainya di Jakarta, aku langsung memesan taksi. Masih ada beberapa jam untuk persiapan. Setibanya di gedung LPMP Jakarta, Mbak Kity, sambil membantu membawakanku koper, menunjukkan kamarku menginap. Setiap penulis memang disediakan kamar. Aku pun beristirahat sebelum acara dimulai.

----------------
Setelah beristirahat dan menyusui sebentar, aku menuju gedung acara sambil menggendong si kecil dengan gendongan carrier. Satu kekhawatiranku adalah si kecil akan teriak-teriak, nangis atau bahkan berlari-lari. Akhirnya aku memilih duduk paling belakang biar memantaunya dengan mudah.

Pertemuan Pertama

Saat pertama-tama acara, si kecil bisa duduk anteng. Aku sudah bawa mainan dan snack biar dia duduk anteng. Tapi tetap saja sih namanya anak kecil pasti nggak betah berlama-lama duduk. Akhirnya dia mulai duduk di bawah, bermain kursi dan bermain-main di belakang.




Materi yang diberikan yaitu pembinaan generasi emas melalui Gerakan Literasi Nasional, penguatan penumbuhan budaya literasi 2017, kebijakan perbukuan, penilaian kelayakan bahan bacaan.

Sempat kaget juga ternyata yang mengikuti sayembara ini sebanyak 727 peserta dan terpilih 120 naskah. Sebanyak itu. Apalagi aki tidak pernah menulis cerita anak. Hanya modal tanya-tanya, baca referensi dari perpustakaan, sampai searching di internet.

Dari 4 tema (kuliner, bahasa daerah, arsitektur tradisional, dan tokoh),-oiya ada satu lagi: pergeseran sosial juga- saya memilih arsitektur tradisional. Alasannya karena saya tidak asing dengan tema itu mengingat saya pernah belajar di bangku kuliah. Satu bulan saya mencari referensi tentang arsitektur tradisional di daerah bencana gempa. Hal yang menarik yang ingin saya ceritakan kepada anak Indonesia adalah suku-suku kita di Indonesia itu sudah punya pengetahuan membangun rumah yang bisa beradaptasi dengan gempa. Dengan bahasa sederhana, saya uraikan di naskah yang saya tulis, dan saya padukan dengan kisah anak-anak tanpa melupakan pesan moralnya. Tentunya tanpa sifat yang menggurui.

Hari kedua, peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan masuk ke ruangan kelas masing-masing. Lagi-lagi saya berharap si kecil tidak rewel. Untungnya dia bisa anteng walau akhirnya tiga jam setelah Pak Maman, dosen FIB UI, memberi penjelasan, dia mulai gelisah, bosan di kelas.

Dengan segera saya menanyakan revisi yang dimaksud dan menunjukkan hasil revisian. Beliau bilang oke. Setelah itu saya langsung menuju kamar meninabobokan si kecil. Kemudian saya mengerjakan revisian yang belum selesai, tambahan pertanyaan pemantik, termasuk melayout naskah di InDesign yang baru saja saya pelajari. Pada akhirnya saya pun ikut ketiduran dengan si kecil, hahaha.

Tepat jam 8 malam, saya ditagih Bu Kity untuk menyerahkan hasil revisian dan menunjukkan pertanyaan pemantik yang baru dibuat. Selesailah tanggungan saya hari itu.

Keesokannya ternyata acara penutupan dilakukan lebih cepat. Si Raceqy (read: reski) sudah mulai kelelahan sepertinya hingga dia rewel selalu minta keluar aula. Baiklah, saya turuti walau saya juga mulai lelah. Akhirnya selesai juga acara, dan sesi foto-foto pun berlanjut. Alhamdulillah masih diberi kesempatan merasakan pengalaman baru ini.

insyaAllah setelah revisi ini akan ada evaluasi dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdiknas mengenai naskah yang ditulis sudah layakkah menjadi buku bahaan anak SD. Kalaupun belum layak, akan terus ada revisi. Kalaupun sudah, insyaAllah akan dicetak dan disebar di beberapa sekolah di Indonesia.

"Menulislah karena itu shodaqoh ilmu" (Ibu Suprihatin)




Hari kedua pun berjalan lancar. Kekhawatiran-kekhawatiranku dengan si kecil syukurnya bisa teratasi.

Esoknya adalah hari terakhir kegiatan yang diisi dengan beberapa patah kata dari pihak kemdikbud. Nggak terasa tiga hari rangkaian acara selesai juga.



Pertemuan kedua

Pertemuan kedua ini diselenggarakan di Hotel Santika TMII tanggal 5 – 7 Oktober 2017. Lamanya acara juga sama dengan pertemuan pertama, hanya saja pertemuan kedua ini adalah pertemuan terakhir dan dihadiri oleh Pak Muhadjir, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Acara dimulai pukul tiga sore dan semua penulis diwajibkan memakai baju batik. Materi yang diberikan sebelum Pak Muhadjir datang yaitu penumbuhan budi pekerti melalui membaca, kebijakan perbukuan. Kemudian setelah sholat maghrib dan makan malam acara pun dimulai.
Para hadirin diminta berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu ada penampilan seorang anak yang mendongeng.

Pak Dadang selaku Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga turut memberikan penjelasan terkait gerakan literasi nasional.

Pemberian hadiah pemenang sayembara secara simbolis diberikan kepada enam pemenang dari tiga wilayah. Setelah pemberian hadiah, kami harus menunggu kedatangan Pak Muhadjir.

Si kecil waktu itu sudah mulai mengantuk dan tertidur di kursi. Hehe.
Besoknya, setiap penulis harus berada di kelas dan menyelesaikan tugasnya. Untungnya revisi sudah kukerjakan saat malam hari jadi di kelas aku hanya mengedit layout di Indesign dengan bertanya-tanya Mbak Intan.
Untungnya si kecil bisa diajak kerjasama.

Revisi pun selesai kukerjakan dan kuberikan ke panitia di malam hari setelah si kecil tidur.

Besoknya, acara penutupan dan pemberian hadiah panitia. Setiap penulis dipanggil dan harus menandatangani surat bermaterai tentang hak dan kewajiban penulis. Semacam surat kerjasama.



Sekarang, naskah ku yang sudah selesai dinilai Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud sudah bisa diunduh di website Kemdikbud.
Sedangkan buku cetaknya dan penyebaran ke sekolah-sekolah nanti diurus oleh Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah).

1 komentar

  1. luar biasa semangat dan perjuangannya. Sambil berkarya si kecil tetap turut serta

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower