Awalnya saya kira Surabaya Carnival Park ternyata Surabaya-nya pakai huruf 'O'. Jadi Suroboyo Carnival Park.
Taman hiburan malam ini sudah didirikan sejak tahun 2014 dan sebutan lainya adalah Surabaya Carnival Night Market (SCNM). Luasnya sekitar delapan hektar! Bayangkan betapa pegelnya jalan-jalan di taman hiburan itu. Ada sekitar 50 jenis wahana rekreasi yang disediakan seperti Kincir angin (ferrish wheel), roller coaster, Bioskop 360, taman lampion, 3D Art, dan lainnya.
Wahana di Suroboyo Carnival Park |
Lokasi
Wahana permainan sebenarnya sangat strategis karena dekat dengan tol Waru menuju Bandara Juanda. Selain dekat tol, wahana ini juga dekat stasiun dan terminal Purabaya (Bungurasih).Lokasi wahana ini ada di Jalan Ahmad Yani No. 333. Kalau dari pintu keluar bis terminal Bungurasih jalan ke arah bundaran Waru nanti ketemu Mall Cito (City of Tomorrow) ambil ke arah kiri (bukan ke arah surabaya ya tapi ke arah Sidoarjo). Ikuti jalan sepanjang rel kereta, kemudian belok kiri ke arah Jl. Bridgjen Katamso, menyeberangi jalan kereta, belok kiri lagi mengikuti jalan kereta. Sampai melewati bawah jalan tol belok kanan. Tempat wisatanya di sebelah kiri.
Tempat parkir luas
Sampai disana, kami pun bayar tiket parkir motor. Saya lupa waktu itu berapa ya. Kalau nggak 2000 ya 3000. Kalau tempat parkir motor ke pintu masuk harus jalan dulu. Siap-siap pemanasan jalan sebelum masuk wahananya. Kalau parkir mobil sih bisa dekat dengan tempat masuknya. Dan parkirnya luaasss banget.Harga Tiket Masuk
Suasana malam itu memang sedikit sepi, mungkin karena hari kerja. Ada dua harga tiket masuk di dua tempat berbeda yaitu wahana Suroboyo Carnival dan Kids Play. Harga tiket masuk wahananya 60 ribu per orang sudah masuk hampir semua wahana (weekday) dan 80 ribu per orang (weekend). Selain itu, kita dapat dua free tiket bermain di area tembak-tembakan.Sedangkan kalau kids play zone nya sudah tutup lrena hanya sampai jam 4 sore. Tiketnya 50ribu (weekday) dan 60ribu (weekend). Untuk kids play zone mirip play ground anak-anak di mall-mall. Hanya saja lebih beraneka macam permainannya. Kalau masuk ke Kids Play, pendamping cuma dikenakan 35 ribu rupiah. Karena Kids Play nya sudah tutup, ya sudah akhirnya kami beli tiket bermain ke wahananya langsung. Jadi kalau mau ngajak anak bermain di Kids Play lebih baik datang siangan aja.
Wahana Terluas di Surabaya
Begitu masuk pintu loket, kita diarahkan ke Galeri Suroboyo, semacam museum tempo dulu surabaya. Yang ngebahas Surabaya dari awal sampai akhir termasuk masalah perkotaannya. Beberapa informasi menggunakan bahasa Inggris. Jadi kalau mau mengasah skill bahasa Inggris bisa dicoba menerjemahkan artinya, hehe.Galeri Suroboyo (dok. pribadi) |
Setelah keluar dari Galerinya, kita melewati area dolanan tembak-tembakan yang sebenarnya gratis, tapi sayang kita nggak memanfaatkan padahal sudah ada yang nawarin.
Wahana di Suroboyo Carnival Park (dok. pribadi) |
Ada panggung karaoke gratis juga loh. Panggungnya besar dan kapasitas penontonnya banyak. Sudah seperti di tempat-tempat konser.
Wahana pertama yang ingin kunaiki adalah ferrish wheel. Soalnya wahana yang paling aman buat ibu hamil insyallah. Hehe. Antrinya pun tidak banyak, paling hanya dua kelompok. Pemandangan dari atas ferrish wheel bikin seneng soalnya kelihatan banget jalan tol dan bangunan-bangunan tinggi Surabaya.
Sebenarnya banyak banget wahana yang pengen kunaiki, termasuk naik coaster dan tornado itu. Sayang lah ibu hamil dilarang naik.
Wahana dan Food Court (Dok. Pribadi) |
Dan rasanya muter-muter separuh wahana saja sudah bikin kaki pegel. Ada go-kart juga tapi harus bayar. Lupa tapi bayar berapa. Akhirnya sampai juga di Bioskop 360. Penasaran dengan bioskop ini, aku membayangkan seperti nonton galaksi dsn bintang-bintang dengan posisi kursi yang rebahan. Ternyata berbedaa. Dan menurutku unikk. Sayang nggak difoto karena pencahayaan yang kurang.
Jadi setelah antri, aku, suami dan anak pun masuk. Suasana gelap saat pertama masuk ruangan. Kemudian ada latar kecil dengan pencahayaan seperti foto studio dan ada kamera yang disangga. Aku bertanya-tanya, apa mungkin kita di foto kaya di studio? Bukannya ini bioskop ya? Aku penasaran kira-kira seperti apa wujud bioskop 360 ini.
Ketika petugas datang, sekelompok rombongan dipersilakan mengambil video. Di ujung panggung ada kursi dengan beberapa jumlah bendera yang dipasang di bambu. Mereka pun mengambilnya. Setelah itu mereka disuruh hormat kemudian melambai-lambaikan tongkat bendera itu dengan ekspresi penuh merdeka. Aku ketawa-ketiwi melihat aksi mereka.
Begitu giliran kelompokku dan satu kelompok lainnya, ternyata aku merasakaan kegilaan sama seperti kelompokku sebelumnya. Setelah hormat, kami melompat-lompat kegirangan sambil mengibar-ngibarkan bendera. Apalagi si suami dan anak. Heboh bener, deh!
Setelah kegilaan kami direkam oleh petugas, kami pun disuruh masuk ke ruang bioskopnya. Pencahayaan yang kurang membuatku harus berhati-hati. Ruangannya tidak begitu besar tapi bentuknya hemisphere atau setengah lingkaran yang menjadi layar utamanya jadi kita bisa melihat video dari depan dan belakang kita seolah-olah kita berada di tengah-tengah film. Tidak ada tempat duduk hanya ada besi-besi penahan badan.
Ternyata dalam bioskop diputar tentang perang melawan tentara Belanda di Surabaya termasuk bangunan-bangunan bersejarah yang masih ada sampai sekarang contohnya Hotel Majapahit yang dulunya bernama hotel Yamato. Seolah-olah kita sedang ikut perang karena berdiri di tengah-tengah gedung. Saat Indonesia merdeka, hasil rekaman yang loncat-loncat tadi diputar ulang ditambah dengan background di lapangan monumen Tugu Surabaya. Nontonnya bikin ketawa-ketiwi. Haha.
Setelah nonton bioskop 360, aku, suami dan anak naik kereta mengelilingi taman lampion dan beberapa wahana.
Bioskop 360, Lampion Garden, dan Kereta (dok. pribadi) |
Saat naik kereta itu, aku lihat ada sepeda udara. Jadi kepengen naik. Pintu masuknya harus naik tangga yang lumayan tingggiiii. Dan untungnya nggak ada yang antri. Langsung deh ambil giliran mau naik sepedanya. Eh, ternyata masnya tahu aja kalau lagi hamil (padahal perutku ngga begitu keliatan hehe) dan akhirnya melarangku naik.
Memang setiap wahana selalu ada papan petunjuk mengenai siapa saja yang boleh dan tidak boleh naik. Sebelum naik tangga ke wahana sepeda udara aku nggak nemuin papannya. Yah, sayang sekali. Terpaksa nunggu suami dan anak aja yang main.
Setelah selesai, dengan kaki yang sudah mulai pegel-pegel, kami melewati bangunan bertuliskan 3D art. Wah, kaya di Madame Tussaud, donk! Kami pun masuk. Isinya patung-patung dari tokoh terkenal, salah satunya Einstein. Selain tokoh-tokoh terkenal, yang membuat saya tertarik adalah lukisan-lukisan yang terlihat seperti 3D.
3D Art |
Akhirnya usai sudah wisata malam kami. Pulang dengan hati senang walau kaki pegal-pegal.
0 comments
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.