Harapannya anak mau makan banyakkk eh tapii...kok yaaa....
Ini pengalamanku nyuapin anak dari yang mulus-mulus aja sampai bergeronjal-geronjal.
Sebelum MPASI, persiapan yang aku lakukan tidak cukup ribet, paling-paling membaca teori MPASI dari WHO (entah saya belum dapat link langsung di web WHO).
Dari awal perjalanan memberi Makanan Pendamping ASI (MPASI) memang bisa dibilang cukup mulus. Teori-teori MPASI dari WHO pun sudah habis dibaca dan walaupun tidak semua dilakukan. hehe..
Apalagi godaan-godaan dari lingkungan sekitar yang ingin memberi makanan macam-macam membuatku banyak menolak bahkan mungkin terlihat "berlebihan".
Nah perjuangan memberi makan anak MPASI hingga dia bisa makan nasi utuh itu perjuangan. Kadang bikin dilema. Dilema mengolahnya, dilema menunya.
Tekstur dan Rasa
Saat usia enam bulan, bayi masih berkenalan dengan tekstur baru. Tingkat kecairannya masih seperti asi. Encer. Jadinya saya blender dengan air sedikit. Atau bisa pakai saringan ditekan-tekan. Kekurangannya saringan jadi cepat rusak. Haha.Kalau sudah mulai terbiasa baru dinaikkan tingkat kekentalannya sampai jadi bubur halus. Nah, pas saat bikin bubur halus ini kebanyakan di blender. Nah, galaunya itu kalau buat cuma sedikit, blender bisa rusak. Tapi kalau banyak-banyak malah nggak habis. Lagipula, hasil blender pagi hari, nanti pas sore udah encer. Kalau encer jadi kasihan bayinya, bisa kembung.
Semakin lama bayi sudah mulai bisa makan makanan dengan tekstur yang agak kasar. Jadi aku coba masak nasi tim. Dan paling malas masak nasi tim ini, soalnya lama bangettt. Setengah jam aja belum halus. Yah, pastinya ngehabis-habisin gas. Haha. Akhirnya sesekali aku beli bubur bayi tim di tempat jual khusus makanan bayi. Itu juga mentok-mentok kalau anaknya lagi bosen masakan emaknya dan susah makan. Suka nggak suka memang lebih milih masak sendiri, sih. Padahal kalau dihitung-hitung biaya gas dan tenaganya juga lebih besar dibanding beli. Tapi homemade kayaknya lebih terjamin.
Karena kata panduannya sebelum satu tahun, makanan anak jangan dicampur dengan gula dan garam dulu. Kalaupun mau dicampur itu sedikit sekali. Tapi aku ngasih gula garam pas usia 11 bulanan itu pun cuma sejumput aja. Soalnya si kecil udah mulai kenal rasa macam-macam dan mulai milih-milih. Kalau nggak ada rasa sama sekali, malah nggak mau. Mungkin karena udah ngerasain makanan yang beli diluar jadi pas ngerasain makanan emaknya nggak mau hambar. Kalau udah begitu, emaknya yang pusing mau masak apa.
Saat gigi depan sudah mulai tumbuh (pertama tumbuh gigi usia 8 bulan), bawaannya anak ingin mengasah gigi, menggigit-gigit makanan. Padahal belum bisa mengunyah, ini yang kadang perlu diawasi agar anak tidak tersedak. Karena anakku sering sekali keselek.
Menu 1 bintang sampai 4 bintang
Nah menurut panduan WHO, sih, pertama dikasih menu 1 bintang misal buah atau sayur. Saya lupa MPASI pertama anak saya apa ya, mungkin buah, tapi saya lupa buah apa. Seringnya sih alpukat karena kandungan nutrisinya yang besar.Walaupun menu tunggal, ini yang membuat saya kadang bingung mau membuatkan apa. Kadang saya buatkan apa saja yang ada si kulkas.
Apalagi beralih dari menu tunggal ke menu 4 bintang. Tambah bingung lagi menentukan menu. Yah paling sering sih makan nasi, sayur, tahu, ikan/ayam yang diolah dengan di blender atau di tim. Anak saya tidak begitu suka tempe mungkin teksturnya yang keras. Sampai usia 1,5 tahun pun dia tidak suka.
Kadang kalau pas nggak ada protein nabati ya nggak dikasih, atau pas lagi tnggak ada protein hewani ya nggak ditambahkan. Jadi nggak melulu komplit sih. Seadanya di kulkas. Bahkan anakku nggak pernah kukasih evoo, ub (unsalted butter), atau bahan-bahan mahal lainnya. Selain mahal juga susah dicari karena tidak dijual di tukang sayur gerobakan, hehe.
Alhamdulillah sih tiap bulan timbangan masih naik kadang sampai sekilo. Pokoknya ya nggak memberatkan diri, karena menyiapkan makan sesuai panduan WHO saja udah penuh perjuangan. Itu belum menyuapinya loh.
Setelah 1 tahun
Setelah lewat satu tahun ada rasa hati lega. Lega karena boleh makan gula garam walaupun kadarnya juga tidak berlebihan. Setelah satu tahun ini aku tetap memasakkan nasi tim khusus. Sayur atau lauknya ikut masakan keluarga. Kadang kalau masak makanan pedas akhirnya saya memasakkan khusus buat si kecil. Setidaknya setelah satu tahun sudah tidak sesulit sebelumnya.Nah, karena dia sudah mulai makan macam-macam, emak-emak perlu hati-hati loh. Dalam waktu 4 bulan dia kena radang tenggorokan sampai tiga kali. Setelah diingat-ingat, radang pertama karena kebanyakan kerupuk. Kedua juga gitu, makan kerupuk terus. Sampai bolak balik ke dokter. Pas ketiga, kayaknya kebanyakan beli makan diluar, kondisinya waktu itu baru pindah rumah, belum ada kompor, akhirnya aku kasih minyak jintan hitam sehari sampai 3 kali. Eh, alhamdulillah tiga harian gitu membaik. Anak mulai mau makan.
Emang kalau sudah umur segitu, walaupun sudah boleh makan gula garam tapi perlu diperhatikan juga. Bahkan awalnya saya agak berat kalau dia makan makanan yang dijual diluar tapi karena terpaksa habis pindahan akhirnya beli deh. Ya gitu, hasilnya, nggak lama anak kena sakit tenggorokan. Kita kan mana tahu ya bahan-bahan yang dipakai.
Kesulitan menyuapi
Pada usia 8 bulan, anak seperti mengalami kejenuhan makan. Apalagi waktu itu anak tergolong telat duduk. Belum bisa duduk sendiri jadi masih disangga termasuk makan. Alhasil kadang aku harus nyuapin bayi sambil berbaring. Karena mulai jenuh, anak sering menolak makan. Untungnya, masih bisa dimasukin mulut. Nah, itupun harus diajak ngomong, ketawa-ketawa, atau diajak main-main biar mau membuka mulut.Setelah satu tahun apalagi setelah bisa jalan (usia 14 bulan), wah sudah bisa menolak makanan. Geleng-geleng sambil tutup mulut. Aku juga bingung darimana dia bisa tahu cara menolak. Haha. Setelah diingat-ingat, ternyata dia ikut ayah ibunya. Kadang dia sok-sokan nyuapin ayah ibunya tapi aku dan suami menolak dengan menutup mulut dan menggeleng-geleng kepala. Dari situlah si anak belajar menolak makanan. makanya Mom jangan geleng-geleng kepala dan tutup mulut kalau anak nyuapi sesuatu biar nggak ditiru. Eh, ngga tau deh ngefek nggak ya...
Agar Anak Mau Makan
Ini hal-hal yang sudah saya coba biar anak mau makan.- Makan sambil bermain. Semenjak dia sudah bisa jalan, dia lebih suka makan sambil main. Jelas perhatiannya teralihkan. Jadi membuka mulutnya semakain mudah.
- Makan sambil jalan naik stroller. Apalagi ini, suka sekali dia jalan-jalan naik stroller. Sekitar hampir dua bulan dia makan sambil jalan naik stroller. Hampir setiap pagi. Walaupun tidak setiap pagi. Memang berpengaruh sih. Sebulan pertama bisa habis nasinya. Eh, bulan selanjutnya kayaknya sudah mulai ngerti jadi kadang udah muter jauh cm habis separuh.
- Memasakkan makanan yang berkuah. Kita aja kalau makan makanan berkuah pasti cepat nelennya dibandingkan makanan tanpa kuah. Aku sering membuatkan semacam sop. Pokoknya ada kuahnya jadi mudah buat nelen.
- Mencari pengganti nasi. Karbohidrat memang tidak melulu nasi. Kadang aku ganti dengan kentang, makaroni, oatmeal, jagung, kalau mie hampir tidak pernah saya kasih (lupa sih pernah ngasih apa nggak hehe). Biasanya aku buatkan macaroni schotel atau sop makaroni. Kalau makaroni schotel kan larena pakai susu jadi dikasihnya setelah satu tahun. Begitu juga makanan lain seperti klappertart atau oatmeal yang bersusu dan bergula. Pas sebelum satu tahun, biasanya aku cuma kasih oatmeal aja nanti campur sayur atau buah.
- Mencoba menu baru. Ini jelas menjadi tantangan buat emak-emak. Mencoba menu baru yang kira-kira cocok di lidah itu tidak mudah. Aku sering sekali kepoin akun-akun instagram tentang MPASI juga artikel-artikel yang sering di share di Facebook terus simpan atau screen capture. Eh, malah nggak dilakukan. Kebanyakan bahan yang digunakan susah dicari alias harus ke supermarket. Selain itu, harganya juga lumayan. Sayang belinya sudah mahal, capek-capek dimasakin eh nggak dimakan..bisa stres dobel hehe...
- Menyuapi lauk dan sayur secara terpisah
Di usia satu tahun, si bayi sering banget radang tenggorokan. Mungkin dia sudah mulai makan macam-macam. Jadi kalau aku buatkan makanan, nasi, lauk dan sayur sudah nggak diblender. Alhasil kadang pas disuapi ikannya aja malah mau, atau sayurnya aja. Kadang nasinya nggak mau, atau makaroni aja baru mau.
- Membuatkan fingerfood
Semakin lama si kecil semakin penasaran dengan benda-benda yang bisa digenggam dan dimasukkan mulut. Nah, itu kadang aku manfaatin memegang buah apel atau pepaya untuk dimakan. Kadang dia nggak bisa ngunyah, kalau udah keselek aku ambil. Biasanya aku kasih pepaya yang sudah matang banget kan agak lembek jadi dia bisa ngunyah.
- Memberi vitamin/nafsu makan (diatas satu tahun)
Setelah satu tahun akhirnya aku kasih vitamin nafsu makan. Rata-rata vitamin nafsu makan itu untuk anak di atas dua tahun. Jadi coba tanyakan sama petugas apotek vitamin untuk anak satu tahun. Biasanya aku kasih madu nafsu makan. Emang efeknya dia jadi suka makan, tapi kalau berhenti ya jadi berhenti juga.
- Biarkan makan sendiri
Kadang dia penasaran sih pengen makan sendiri. Jadinya, aku biarin aja sambil diawasi. Kadang dia malah lahap, loh. Selain memang belajar megang sendok sendiri, yang pasti lantai jadi kotor karena makanan berceceran. Demi bisa makan sendiri, ya...
- Membiarkan saja tidak makan sampai lapar
Kondisi ini dimana aku sudah nggak tahu mau ngapain lagi biar anak mau makan. Jadi kalau sudah capek, ya aku biarin saja deh dia asyik main dan nggak mau makan. Hasilnya emang akhirnya dia cari-cari sesuatu buat dimakan. Rewel gitu. Nah, setelah itu baru deh disuapin. Biasanya dia lebih lahap dan makan banyak.
Dan sekarang diusianya sudah mau dua tahun, kadang masih juga susah makan, kadang lahap banget. Tapi udah nggak se-stres dulu kalau dia nggak mau makan.
Anak kedua ini soal MPASI aku agak slow mbak, gak seperfect zaman anak pertama. Kalau mudik atau pergi kemana2 bekalnya mpasi homemade :D
BalasHapusWow keren itu mbak... wkt ank pertama sy malah jarang bepergian, kalopun bepergian kluar kota pas mlm hari jadi ga pas waktu makan..hehe..kalo mba ivon udh jam terbang tinggi sih ya hehe...
Hapus