Berawal dari foto yang ditunjukkan suami, kelurahan Jodipan yang bertransformasi menjadi Kampung Warna Warni. Awalnya nggak percaya, sepertinya editan, pikirku dan suami saat itu. Tapi semakin dilihat semakin nyata. Dan ada yang teman nge-share foto di sosial media bahwa rumah warna warni itu emang sudah ada.
Dulu sempat kepikiran mau foto bangunannya terus diwarnai pake sotoshop. Eh ternyata tanpa perlu repot-repot berkutat di depan komputer, malah sudah di cat rumah-rumahnya.
Akhirnya terjunlah aku ke kampung Jodipan, tempat Kampung Warna Warni ini berada, seperti layaknya wartawan yang berburu berita, hehehe. Sampai disana, kondisi jalan sekitar jembatan macet. Memang sih dari dulu padat merayap. Dari jauh sudah terlihat anak-anak muda yang sedang berfoto selfie di jembatan.
Anak muda yang berfoto selfie
Kampung Warna-Warni terlihat dari jembatan (atas) nggak jauh beda dengan rumah-rumah di Cinque Terre, Italia, kaan ... hehe (bawah)
Dua kelurahan yang berbeda dengan kekontrasan warna yang berbeda (sekarang sebelah kiri jadi Kamoung Tridiatau kampung 3D)
Setelah melewati tempat parkiran yang berada di pinggir jalan, aku memasuki gang kecil dengan gapura. Jalanannya menurun cukup terjal dengan tangga yang dicat warna warni. Sepanjang jalan turun, ada beberapa orang yang berfoto di tangga dengan pemandangan rumah warna-warni.
Setelah sempat berfoto-foto bangunannya, akhirnya aku bertemu dengan orang tua yang terlihat semangat bercengkrama mengobrol dengan dua orang pria baya lainnya. Dan baru tahu setelah iseng negur bapak2 ini, mereka adalah Pak RW dan Pak RT disana. Dari hasil "penimbrungan", akhirnya dapat informasi mengenai Kampung Warna Warni ini.
Kampung Jodipan baru selesai pengecatan sekitar 1 bulan, itupun masih 60%. Dan masih dalam proses penyelesaian. Awalnya mengira bahwa ini program pemerintah, ternyata biaya pengecatan ini disponsori oleh perusahaan cat produk decofresh. Tanpa ada biaya dari masyarakat. Tenaga yang mengecat pun dari pihak Indana Paint, bahkan ada Paskhas Auri (Pasukan Khas Angkatan Udara RI) juga ikut membantu. Warga hanya menyiapkan konsumsi bagi para pengecat.
Menurut cerita, program ini bermula dari ide mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang melakukan pewarnaan cat bangunan di kelurahan Jodipan. Setelah searching di internet, awalnya mahasiswa tersebut membuat tugas praktek Public Relation dan Event Management dengan clientnya yang sebenar-benarnya client. Hingga akhirnya dia datang ke Perusahaan Cat Indana Paint, dan ternyata perusahaan itu memiliki CSR yang biasa melakukan pengecatan di sekolah-sekolah. Tak disangka, proposal mahasiswa itu diterima hingga terlihat rumah-rumah warna yang menjadi spot wisata.
Ekspresi Pak RW benar-benar bersemangat dan masih tidak percaya kalau lingkungannya menjadi daya tarik pengunjung bahkan turis pun pernah datang ke kampung warna itu. Pandangannya seolah masih belum percaya terhadap kondisi yang saat ini terjadi.
Beliau merasa ini adalah keanehan sampai-sampai ia meminta pendapatku apa yang membuat ramai orang berkunjung? Kalau aku sih, memang karena uni, seperti di Cinque Terre, Italia. Rumah-rumah warna di kontur yang cukup terjal. Dulu, imej rumah pinggir sungai yang kumuh menjadi berubah menjadi lingkungan yang bersih dan memiliki daya tarik.
Tidak lama, seorang pria datang menghampiri kami dan baru aku ketahui dia adalah pegawai Indana Paint, bagian promotor dan yang bertanggung jawab atas jalannya kegiatan pengecatan. Dia memberi kabar bahwa mau pergi tugas ke Tuban sehingga pengawasan terhadap penyelesaian pengecatan dilakukan oleh temannya.
Dia pun bercerita rencana pengecatan sampai ke cagak rel (jika diijinkan) sehingga view dari jembatan terlihat bagus ke arah rumah dan rel. Ketika aku bertanya di sisi lain sungai Brantas apa juga akan di cat? Pak RW mengatakan belum tau karena sudah beda kelurahan. Kalau kita lihat view dari jembatan maka hanya ada satu sisi saja rumah-rumah yang berwarna itu.
Sebenarnya rumah warna-warni di kontur yang terjal ini bukanlah hal baru. Kalau di luar negeri sudah ada di Italia dan Brazilia, di Indonesia juga sudah ada sejak jaman dulu yaitu di bantaran Kali Code, Yogyakarta, yang merupakan ide dari Romomangun. Rumah Warna dengan segala lukisan-lukisan sederhana. Pembangunan yang tidak saja berfokus pada fisik tapi juga mental penduduknya, seperti tidak membuang sampah ke sungai serta pemberdayaan masyarakat bawah. Pengembangan Permukiman di Kali Code juga di Jodipan semoga bisa menjadi contoh bagi permukiman pinggir sungai lainnya.