Sebagian orang mungkin belum banyak mengenal profesi ini. Termasuk aku saat memilih pilihan jurusan untuk ujian masuk Universitas (9 tahun lalu). Memang awalnya mau ambil teknik, tapi mikir, teknik apa yang kira-kira aku mampu. Di Universitas Brawijaya saat itu ada teknik mesin, elektro, sipil, arsitektur dan perencanaan wilayah kota (pwk).
Aku nggak mau ambil teknik mesin, karena kebayang isinya cowok semua. Ngebayangin kuliah diantara sarang penyamun aja udah serem, gimana ngelakoninya. Akhirnya nggak milih.
Nggak mau ambil elektro, pasti berhubungan sama listrik2. Ogah. Soalnya megang stopkontak yang goyang aja kayak megang kulit kodok. Serem.
Arsitek? Aku nggak bisa gambar (semakin kesini semakin tahu masuk arsitek nggak harus pintar gambar loh karena bisa dilatih saat kuliah).
Cuma ada dua pilihan, sipil dan pwk. Terpilihlah dua jurusan itu. Dan ternyata, aku lulus jadi mahasiswa pwk.
Sebutan Lain
Profesi ini dikenal dengan sebutan planologi, PWK (perencanaan wilayah dan kota), tata kota, atau planner. Ada yang mengira, planologi itu adalah ilmu tentang tumbuh-tumbuhan. Bukan. Yang benar, planologi itu ilmu tentang perencanaan wilayah dan kota.
Lambang PWK UB
Perkuliahan
Nggak disangka nggak diduga, perkuliahan anak pwk memang harus butuh tenaga ekstra dan pikiran.
Tidur empat jam adalah anugerah. Bisa mandi sehari sekali adalah kenikmatan. Bisa pulang kekos sebelum diomeli pemilik kos adalah keberuntungan. Menikmati weekend tanpa ditelpon teman kelompok adalah keajaiban. Membuat kamar rapi tanpa printer dengan kertas bertebaran adalah mustahil. Bisa standby di kos selama seharian adalah mukjizat. Kayaknya kehidupan pwk nggak pernah tenang. Yang jelas itu pengalaman pribadiku, dan kebanyakan teman juga merasakan hal yang sama. Walau sebenarnya tidak semua seperti itu.
Jangan heran juga bila akhirnya aku -- yang kulitnya nggak menyentuh sunblock -- menghitam setelah survey menghitung kendaraan di pinggir jalan selama beberapa hari. Bahkan survey -- perumahan, drainase, sampah, air bersih, listrik, kendaraan, jalan -- beberapa minggu di kota lain.
Entah kenapa, kehidupan tugas anak pwk membuat wanitanya stay strong. Nggak kalah sama kelompok pria. Bayangin, ada yang mengendara motor ke kota lain dengan motor. Pasuruan-Malang, Madiun-Malang, Gresik-Malang, bahkan Yogya-Malang pun dijabanin! Kalau yang Yogya-Malang emang kondisi motor yang diangkut truk udah penuh. Sisanya harus dikendarai sendiri. Iya, karena kita butuh motor buat survey, lebih murah kalau kita mengangkut motor-motor satu angkatan dengan truk. Pokoknya survey itu hal menyenangkan, karena selain survey tugas juga jalan-jalan mengenal sudut kota. Asek..
Tim yang mengendara motor Yogya-Malang
Nah dari survey itu kita buat laporan namanya Laporan Hasil Survey, semua mencakup data-data yang disurvey. Dan itu banyak banget. Bisa sampai 250an halaman. Syukur-syukur bisa 100 halaman. Mata kuliah ini bernama STUDIO (Ada studio permukiman kota, perencanaan kota, desa, transportasi, wilayah, perancangan kota).
Istirahat sejenak saat survey
Itu kenapa kerjaannya nggak selesai-selesai. Belum lagi buat petanya yang merupakan proses terlama dalam pembuatan laporan. Hambatannya adaaa aja, maklum pakai aplikasi semacam Autocad/ArcGis, kadang tiba-tiba error saat belum ke save atau lampu mati saat pakai komputer akhirnya harus ulang gambar (sambil nangis-nangis lebay). Yang jelas komputer/laptop harus spek tinggi biar bisa diinstal macam-macam. Karena sesungguhnya program pemetaan itu berat. Walau nggak seberat cobaan hidup para pembaca. Huhu...
Kalau sudah selesai, baru dipresentasikan. Ajang juga ni buat tiap kelompok untuk menampilkan yang terbaik, baik dari kualitas peta, kelengkapan data, kerapian penyajian, animasi powerpoint yang dibuat semenarik mungkin, bahkan teknik presentasi yang menyenangkan.
Selanjutnya, bikin Laporan Antara/Analisis. Nah disini tahapan yang mulai sulit, karena menganalisis data tidak hanya sampai pada satu aspek, tapi bagaimana berdampak pada aspek lain. Dari hasil analisis ini yang akan melahirkan konsep perencanaan kota yang -- harusnya -- komprehensif, terintegrasi, berkelanjutan, ramah lingkungan, etc.
Setelah survey, kita mewarnai kondisi eksisting dengan spidol warna di kertas A3 (studio pertama:mata kuliah permukiman kota). Kalau studio lain, sudah diwarnai langsung di software pemetaan.
koordinasi kelompok setelah survey
Nggak sedikit juga konflik kelompok atau antar kelompok muncul, mulai dari jobdesk seseorang yang terbengkalai, karena tiba-tiba tidak bisa dihubungi, atau konflik antar kelompok yang salah paham. Bahkan saat diawal pembagian kelompok pun bisa terjadi konflik, pikirnya koordinator nggak adil karena anak yang pintar (sregep2) kok dikelompokkan jadi satu, atau pembagian kelompok sesuai fasilitas tidak adil (seperti motor, laptop, komputer, printer). Dan nggak sedikit juga, karena intensitas bertemu cukup sering, terjadilah cilok alias cinta lokasi.
Tahap terakhir setelah presentasi analisis (sesudah revisi laporan loh ya), yaitu Laporan Rencana. Dari konsep tadi kemudian dibuat rencana per sektor. Semua tergantung detail skala tiap studio ya. Kalau studio perancangan harus skala besar (1:1000) kalau wilayah skala kecil (1:25000)--jangan kebalik ya hehe.
Itu baru tugas studio, belum lagi tugas lain yang juga butuh kerja kelompok atau harus survey juga, walau tidak seberat studio. Itu kenapa dikos seharian aja mukjizat. Kerjaannya kerja kelompok dan survey. Kalau malam dikos, saatnya ngerjain tugas sampai pagi.
Apa yang disurvey?
Wah, banyak.
Kalau studio permukiman kota lingkupnya kelurahan, tiap kelompok dibagi per sektor, ada perumahan, drainase, air bersih, jalan, sanitasi sampah.
Kalau perumahan ya survey kondisi rumah (jenis bangunan), luas bangunan, lantai bangunan, jarak bangunan, sempadan bangunan, etc.
Drainase survey lebar saluran, kedalaman saluran, kondisi saluran, perkerasan saluran, titik banjir, penyebabnya, etc. Sektor ini termasuk sektor yang berat. Belum lagi perhitungannya, ribet.
Air bersih survey lokasi kran umum, sumber air, perpipaan, distribusinya, sistem penyediaan, dll. Kesulitan sektor air bersih harus mencari data di PDAM mengenai jalur perpipaannya, karena dibagi per dim saluran.
Jalan survey hitung kendaraan, titik kemacetan, penyebab, lebar jalan, etc.
Sanitasi sampah survey jumlah penduduk yang ada MCK pribadi, umum, septictank komunal, pribadi, TPS, TPA, pengumpulan sampah, pengelolaan sampah, etc.
Sektor Sampah, survey di Tempat Penampungan Sampah
Kalau studio perencanaan desa (lingkup desa) biasanya ditambah identifikasi kegiatan budidaya seperti pertanian, perkebunan, perikanan, etc, juga kegiatan non budidaya.
Studio perancangan kota lebih ke arsitek, jadi benar-benar desain kawasan dalam bentuk 3D jadi harus tahu ketinggian bangunan, jarak bangunan, luas bangunan, lebar jalan, façade, estetika, dan sektor2 seperti dalam permukiman kota, etc.
Studio transportasi adalah studio yang membuat kita anak pwk harus duduk dipinggir jalan untuk hitung kendaraan tiap hari, pagi siang dan sore selama satu jam. Satu orang satu arah. Bayangkan, pas peak hour, jalanan ramai, menghitung mobil, motor, truk, sepeda, becak, dengan tangan cuma dua, dan dengan kertas juga pulpen. Jangan sampai melamun, kalau nggak itungannya hilang!
Survey jalan, ngukur jalan setelah hitung kendaraan pagi-pagi di Yogya
Kalau studio wilayah cakupannya lebih ke kabupaten, dan biasanya per sektor, seperti sektor industri.
Survey di kawasan industri. Tak lupa foto-foto,hehe
Lulusannya?
Karena sekolah perencanaan ini masih jarang sekali. Di Indonesia, pwk di universitas negeri hanya ada di ITB, Undip, UGM, UNS, ITS, ITK, ITERA, UB, UNHAS, Unsrat, UIN makassar.
Itu kenapa lulusannya --sebenarnya-- dicari walau jarang lowongannya, biasanya kerja di pemerintahan seperti Bappeda, kemenpupr, kemen ATR/BPN, bappenas, dll, di BUMN, seperti perumnas, pengembang, etc. Atau di swasta seperti LSM, konsultan perencana.
Dan memang lapangan pekerjaannya juga tidak jauh beda dengan kuliahnya. Begadang tetap ada, survey tetap ada, keluar kota seringkali, koordinasi dengan pemerintah juga.
Di konsultan tetap sama kok seperti kuliah. Pengalamanku, bisa pulang dari kantor jam dua pagi. Bahkan pernah jam 9 pagi masih dikantor, kemudian pulang, sejam kemudian balik kantor karena harus berangkat ke kota lain untuk presentasi. Pasti bingung apa yang dilakuin? Iya menyiapkan presentasi itu nggak gampang. Harus membuat peta, simpel dari google earth kemudian digambar2 pake power point sebagai analisisnya. Dan analisisnya semua sektor seperti yang udah dijelaskan diawal.
Belum lagi pulang dari luar kota, dikejar deadline selanjutnya, presentasi di kota berbeda dengan proyek yang berbeda. Dengan sektor yang bisa sama bisa juga beda jauh.
Kalau suka jalan-jalan sih, jurusan ini emang enak banget ya.. apalagi kalau akhir tahun begini, pasti riwa-riwinya banyak. Bagi kebanyakan teman sih sangat menikmati job jadi planner, karena jalan-jalannya itu menyenangkan. Apalagi ditugaskan ke pelosok, petualangannya lebih seruuu. Naik pesawat kecil, naik perahu kecil, naik-naik ke puncak gunung deh. Hehe..
Survey dengan naik kapal di Pasuruan
Lingkup Pekerjaan PWK
Pekerjaan yang dilakukan tentunya terkait pengembangan kota, seperti tugasnya Pak Ridwan Kamil deh, membuat kota menjadi lebih teratur, indah dipandang, layak dihuni.
Setiap pekerjaan pemerintah dalam pengerjaan teknis pengembangan kota diserahkan ke konsultan, kemudian pemerintah harus koordinasi dengan konsultan dan mengevaluasi atau mengoreksi pekerjaan konsultan,
Tapi terkadang semua pekerjaan konsultan tidak selalu diterima pemerintah atau bahkan walikota. Kenapa? ada aspek-aspek lain yang membuat proyek sulit dilaksanakan mengingat kondisi di masyarakat yang, misalnya, mudah bergejolak dengan rencana-rencana yang ada.
Kenyataannya seperti itu, rencana yang dibuat sebisa mungkin bisa fleksibel, tidak kaku, dan mudah diterapkan, tapi harus mencapai tujuan yang ingin dicapai, walau terkadang itu sangat sulit. Banyark tantangannya bekerja di bidang perencanaan kota.
Selain itu, planner juga tidak bisa lepas dari jurusan lain seperti sipil, arsitek, ahli ekonomi, ahli drainase, dll. Karena dari sana hasil rencana kita bisa saling terintegrasi. Walaupun nggak memungkiri masih ada yang missed, dari sana tahap evaluasi dilakukan.
Keanggotaan Ahli Perencana
Selain itu, kita bisa menjadi anggota IAP (Ikatan Ahli Perencana) yang ada di setiao provinsi (18 cabang). Ada sertifikasinya juga lohh.. sertifikasi untuk tenaga ahli perencana muda, perencana madya, dan perencana utama. Masing-masing tergantung berapa lama pengalamannya. Dari sertifikasi ini yang menjadi syarat dalam rekrutmen personil suatu proyek dan juga penentuan team leader.
Tentunya kalau sudah bersertifikat tenaga ahli bayarannya juga beda, hehe.