Culture shock saat di Prancis

No Comments
Aku mau cerita tentang culture shock di Paris. Budaya Prancis memang beda sama budaya Indonesia. Sebenarnya culture shock ini sudah dikasih tahu sebelum berangkat ke Prancis tapi tetap saja ketika merasakan lebih terkaget-kaget. Beberapa culture shock di Prancis yang aku rasakan yaitu.

Cuek dan minim senyum

Sebuah perasaan yg aneh ketika aku tiba di negara lain adalah kaget dengan budayanya.
Semenjak tiba di Paris, mungkin yg masih dirasakan sebuah euforia yang mengalahkan perbedaan budaya di Prancis dengan Indonesia.

Sedikit lupa sih bagaimana awal dulu pertama tiba di Prancis bagaimana kagetnya dengan budaya di sana. Yang kuingat kalo mau ngurus administrasi dll kalau mereka bilang ngga ya ngga. Mereka cuek.



Bayangkan kalo di Indonesia saat di terminal atau stasiun bertanya 'mau kemana mba'?naik kereta apa' adalah hal yang biasa karena keramahtamahan orang indo. Tapi di Prancis, jangan coba2 menjadi ramah begitu, yang ada diplengosin dan pergi.


Suatu ketika aku sedang menunggu bus, sekitar 10 menit lagi, tapi bagiku saat itu sangat lamaaaa. Padahal kalau di Indo nunggu bus 10 menit itu sebentar banget kan. Aku naik bus karena saat turun lebih dekat ke apartemen daripada pintu keluar stasiun apalagi aku bawa belanjaan banyak banget.

Kalo di Indonesia saat di terminal atau stasiun bertanya 'mau kemana mba'? naik kereta apa' adalah hal yang biasa karena keramahtamahan orang indo. Tapi di Prancis, jangan coba2 menjadi ramah begitu, yang ada diplengosin dan pergi, kenapa emang ? 

Di halte itu, ada seorang ibu-ibu mengamatiku dari atas sampe bawah, terang aja risih banget, tapi aku pura-pura aja cuek, trus aku sesekali lihat rute bus di papan halte, untuk memastikan aku ngga salah ambil bus.

Melihat aku bolak balik lihat papan rute bus, ibunya tiba2 negur aku, ''mau kemana?'' Terus terang aku kaget, jarang banget orang Paris nanya begitu, yang ada dipikiran saat itu, orang ini orang baik2 atau jahat ya? Tapi karena ibunya berjilbab, dalam hati jadi tenang, insyallah orangnya baik. 

Ternyata benar. Setelah ngasih tahu tujuanku, malah ditunjukkin detail banget, harus turun di halte mana, padahal sebelumnya udah nentuin mau turun di halte mana, akhirnya turun seperti yang disarankan ibunya. Tak lupa mengucapkan Merci sebagai ucapan terimakasih atas jasa orangnya.

Mungkin karena lihat aku berjilbab dan kasihan seperti anak hilang jadinya beliau bantu aku meski awalnya aku takut. Secara Paris terkenal juga dengan scam city.

Kalau masalah cuek, kalau udah lama disana, agaknya sedikit terpengaruh dengan budaya sana. Suatu ketika, aku ke Belanda, betapa mudahnya melihat orang tersenyum di sana, bahkan ketika kita nyebrang, orang di dalam mobil pun masih bisa tersenyum. Pas disenyumin sayangnya wajahku cuek banget. Terus ketika seorang kakek salah posisi me-scan kartu transportnya di bus Den Haag, dan melihat aku berhasil, kakek itu tersenyum seolah mengatakan 'oohh begituu!'.
Aku cuma melengos terus pergi ninggalin tu kakek seolah-olah nunjukin wajah 'capekdehh'. Pas duduk baru kerasa kalo ternyata aku cuek banget, kaya' Parisienne. Hahaha. Maaf banget ya Kek. Semoga Kakek paham.

Ucapan Merci

Satu hal yang membuat aku suka orang sana adalah seringnya mereka mengucapkan Merci. Sekecil apapun jasa orang itu pasti mengucapkan terimakasih. Seperti memberi jalan di eskalator, di metro, membukakan pintu keluar di stasiun metro, menahan pintu masuk utama apartemen tetap terbuka saat dibelakang kita masih ada yang ingin masuk, menunggu orang untuk masuk lift. Setibanya disana, memang agak aneh hal2 yang sangat kecil harus mengucapkan terimakasih, tapi mau ngga mau ya harus saya ikuti.


Dan akhirnya menjadi gampang bagiku untuk mengatakan Merci di sana. Setelah balik dari indo, sepertinya agak aneh kalau hal2 seperti itu diterapin. Contohnya saat ke bioskop 21, seorang satpam membuka pintu bioskop 21 trus aku bilang makasih, masnya sumringah banget, ngga tau kenapa, aku juga merasa aneh ngomong 'makasih' panjang bgt dibanding Merci :D dan setiap keluar masuk bioskopx aku selalu bilang seperti itu. Ngga salah sih, tp setelah lihat orang lain dibelakangku tidak mengucapkan seperti itu. Baru sadar keadaan udah berbeda.

Pardon! Excusez-moi! Maaf!

Selain merci, orang sana juga ngga segan untuk mengatakan pardon. Misalnya saja ngga sengaja nginjak kaki orang di transport umum, atau mau nglewati padatnya orang di transport umum maka kita cukup bilang Pardon atau Excusez-moi. Kalo di indo, kaki keinjak aja, syukur2 tu orang sadar ngeliat ke arah kaki kalo dia habis nginjak orang. Kalo ngga sadar tu, ya paling minta maafnya pake telepati.

Au Revoir

Ini dia kata yang juga sering diucapkan orang sana saat berpisah. Misal kita ke bank setelah selesai dengan CS bank kita lazimnya disana mengucapkan Merci Au revoir! (terimakasih, sampai jumpa).

Kalau di Indo paling mentok ya bilang Makasih ya mba... masak mau bilang "Makasih ya mbak, sampai jumpa lagi.." yang ada bisa diketawain. Jadinya sampe sana ya harus seringnya ngucapin kata itu saat berpisah, mau kita sebel sama orang sana mau ngga, ya kudunya ngucapin kata itu.

Malah banyak sekali ucapan perpisahan, seperti à bientôt, à toute à l'heure, à demain, à plus, salut, etc. dan itu juga tergantung dari jangka waktu kita bertemu lagi.

à demain ucapan perpisahan tapi besok ketemu lagi.

Au revoir itu kita ngga tau kapan bertemu.

A bientôt segera akan bertemu

à toute à l'heure itu akan bertemu lagi dalam waktu sangat singkat, misal 1 jam lagi ketemu lagi. Bahkan orang sana sudah dilatih dari kecil mengucapkan kata itu, pernah suatu ketika melewati toko kue dan ada ibu dan anaknya selesai membeli kue, terus sang ibu berkata "ayo gimana bilang sama madame nya?bilang merci au revoir madame" kata sang ibu kepada anaknya agar diikuti sang anak, akhirnya anaknya ngikutin.

Ngasih jalan saat di eskalator

Aku merasa agak aneh ketika ditegur sama orang-orang di eskalator. Saat itu aku naik eskalator yang untungnya ngga begitu ramai, dan aku berdiri di sebelah kiri. Dari belakang tiba-tiba orang melewatiku dan berkata ''Pardon'' (maaf) terus lewat di sebelah kiriku, dan itu berulang berkali-kali tiap naik eskalator. 


Baru setelah itu ku perhatikan, ternyata di eskalator juga punya jalur sendiri-sendiri. Sebelah kiri untuk mendahului, hehe. Jadi kalau ngga mau jalan cepat, ya di sebelah kanan aja. Jangan sampai menghalangi jalur cepat di sebelah kiri, hehe. 

Soalnya aku pernah mengalami, gara-gara satu orang di lajur kiri berhenti akhirnya ngga bisa gerak, jadi satu baris ke belakang pada ngomel-ngomel. Termasuk aku yang ada di barisan itu. Ya sebel juga sih, jadi ngga bisa cepat2, hehe. Itulah kenapa kecepatan jalan kaki pas di Paris meningkat. Hehe.

Bergaul

nah ini dia, problem yang bener-bener kerasa bedanya. Menjadi bagian dari mereka yang bukan budaya kita cukuplah susah untuk beradaptasi. Setiap orang punya karakteristik yang berbeda-beda. Mungkin dimana2 hampir sama, ada yang baikkk, ada yang ramaahh bangeett, ada yang cuekkk ampun-ampun, ada yang keliatannya serem tapi dia helpful banget, ada yang resek, ngeremehin, beda2 deh. 


Mungkin yang bikin susah itu ya bahasanya. Mau dipelototin sampe keluar bola mata, kalo yang dipakai bahasa gaul anak muda sana, ya tetep ngga paham.

Kuliahku ada di 2 kampus,dan mahasiswanya pun beda-beda, di kampus A sekelas sekitar 30an orang, di kampus B sekitar 15 orang emang kebanyakan juga ikut kuliah di kampus A. Nah aku agak susah bergaul ke 30orang itu. tapi bagiku berteman dengan orang dr Bretagne, Normandie dan selatan Prancis itu menyenangkan. Orangnya ramah-ramah. 

Kalau aku sih, kalau orangnya cuek ngga bisa diajak berteman, yaudah, masih ada yang lainnn. Dunia belum berakhir kok kalo dicuekin, hehe.

Cipika cipiki

Ini dia budaya Prancis banget, tapi ngga aku banget.. salam perpisahan dengan teman biasanya pake cipika cipiki itu menandakan satu kedekatan dengan teman. Terkadang aku bisa menghindari cipika cipiki dengan lawan jenis, karena mereka paham aku berjilbab, tapi kadang bagi teman yang ngga paham, mereka tetap saja melakukan cipika cipiki, yang membuat aku pun kaget. 

Jadi aku lebih baik menghindar, dan kalau pun ingin berpisah, aku menunjukkan gelagat kalau aku ngga cipika cipiki. Ngga cuma orang Prancis, orang Indo yang udah lama tinggal di sana pun sudah biasa melakukan hal itu, seperti halnya kita kalau melihat acara-acara di tv, artis-artis yang melakukan cipika cipiki dengan lawan jenis.

0 comments

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower