Seminar yang mengesankan – Walikota Surakarta (Pak Joko Widodo)

No Comments
Sebenarnya seminar ini seminar nasional tapi yang datang tidak begitu banyak, seperti seminar nasional lainnya. Setelah terpaksa ikut karena temen-temen juga ikut, akhirnya masuklah aku ke ruang seminar PWK Undip, eh, ternyata disana sudah ada dua walikota. Walikota Semarang (Pak Soemarman) dan Walikota Surakarta (Pak Joko Widodo yang biasa dipanggil Pak Jokowi). Pertama ngeliat Pak Jokowi nggak begitu yakin soalnya baju yang dikenakan beliau Cuma kemeja putih dan celana kain, sederhana banget bagi seorang walikota. Pikirku, ah masak iya itu Pak Walikota Solo, bajunya kok biasa banget. Soalnya aku ngeliat dari belakang, nggak begitu yakin dengan wajahnya.
Setelah sambutan-sambutan, mulailah ke acara inti dan yang paling aku tunggu-tunggu pembicara utamanya Pak Jokowi. Akhirnya yakin lah aku kalau Bapak berbaju putih itu Walikota Surakarta.
Seminar nasional ini membahas tentang City Branding, dimana Kota Semarang ingin membangun City Branding seperti beberapa kota lain di Indonesia. Kalau di Jogja yaitu Jogja Never Ending Asia, di Jakarta – Enjoy Jakarta, Belanda – I amsterdam, Solo – The Spirit Of Java. Kenapa Bapak Jokowi yang menjadi pembicara, karena City Branding yang cukup bisa dijadikan contoh di Indonesia dan hampir memiliki karakteristik yang sama dengan Kota Semarang adalah Kota Surakarta.
Kenapa The Spirit of Java ? karena diharapkan apabila orang luar yang berkunjung ke Solo akan merasakan semangatnya orang Jawa dalam artian budaya jawa sangat dapat dirasakan di Kota Solo.
Tentu saja, dengan beberapa program pengembangan kota agar sesuai dengan City Branding. Beliau cerita tidak mudah menemukan City Branding suatu kota, karena City Branding itu ditentukan setelah ada blue print, artinya sebenarnya telah ada image tentang kota tersebut, akan tetapi perlu dipertegas agar brand kota tersebut semakin kuat.
Kenapa sih harus ada City Brand ? Kalau dalam dunia bisnis, brand atau merk itu akan menentukan keberhasilan perusahaan. Kalau secara definisi, City Brand adalah identitas, simbol, logo, atau merek yang melekat pada suatu kota.
Keuntungan City Branding yaitu:
- Lebih dikenal luas dan dipersepsi yang baik
- Dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan penyelenggaraan events
- Dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang tinggi.
Kembali ke Pak Jokowi, selama beliau mempresentasikan materi tentang City Brand Kota Solo seringkali membuat aku dan audience lainnya bertepuk tangan karena sangat interest dan kagum dengan pembahasan beliau.
Banyak sekali perubahan yang telah beliau lakukan.

Mulai dari revitalisasi monumen Banjarsari



Dan kegiatan yang paling sensitif adalah relokasi PKL, tentu saja menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat tapi Pak Jokowi bisa melakukannya.


Selain itu, ada PKL Gladag Langen Bogan

Ngarsapura Night market juga dirubah menjadi tempat yang nyaman



Selain itu, Kota Surakarta juga sering mengikuti event internasional. Kalau kata Pak Jokowi, sebuah kota itu jangan selalu menjadi follower, tapi bagaimana selalu menjadi trendsetter. Dan yang paling aku salut ketika bapaknya bercerita bahwa setiap ada isu akan diadakan event kesenian internasional Pak Jokowi selalu me-lobby agar event tersebut diadakan di Kota Solo, sampai Pak Jokowi berani menawarkan bila diadakan di Kota Solo, maka penginapan dan makan para tamu dan undangan akan gratis. Bayangkan, event internasional nginep dan makan gratis!! Tapi akhirnya event itu selalu diadakan di Solo. Bahkan dana yang habis untuk event tersebut sekitar 3 Miliar lebih. Dan yang paling herannya, masyarakat juga berpartisipasi, hingga dana yang terkumpul dari masyarakat sampai miliaran juga. Salut atas keberanian dan keoptimisan Pak Jokowi, dan bisa merangkul masyarakat Solo. Selama seminar, audience selalu dibuat tertawa oleh Pak Jokowi.
   


Pak Jokowi punya slogan bahwa Masa depan kota adalah masa lalu kota. Maksudnya, masa lalu kota terkenal dengan batik, masa depan ya juga harus terkenal dengan batik, terserah mau batik modern atau tradisional, yang penting batik.

Batik Fashion di Kota Solo

Sampai yang namanya festival musik, dimana-mana musik Jazz, Rock and Roll, Pop, atau musik modern lainnya. Kota Solo tetap menggunakan musik jawa.

Solo International Ethnic Music

Selain itu,

Solo International Performing Art

Selain itu, Solo juga mengikuti kegiatan di Singapura

Enchanthing, Singapur

Dan lagi, Pak Jokowi bilang kalau ada yang mengundang Solo untuk event2 kesenian keluar negeri, pokoknya semua personel harus dibiayai oleh yang mengundang, sampai kembali ke Indonesia. Hmm... makanya bisa sampai kemana-mana.

Holiday & Travel Expo, Australia

Bahkan sampai Belanda

Pasar Malam Indonesia, Den Haag, Belanda

Ini nih yang aku bilang sebelumnya, Pak Jokowi berani membayar penginapan dan makan gratis kalau ada event internasional diselenggarakan di Solo, dan terbuktilah ..

World Heritage Cities Conference

Asia Pasific Ministerial Conference on Housing and Urban Development


Dari City Branding tersebut, maka beberapa sarana prasarana pendukung City Branding tersebut, yaitu


Batik Solo Trans

Bus Wisata Satu-Satunya di Indonesia

Railbus

Sepur Kluthuk “Jaladara”

Kereta Kencana yang dibuat mirip dengan kereta kencana keraton Surakarta

Yang paling berkesan, ketika Pak Jokowi bercerita tentang pengalaman relokasi PKL. Para pedagang tentunya nggak mau dipindah, sampe akhirnya Pak Jokowi mengundang para PKL tersebut untuk makan malam dan makan siang, yah sekedar makan saja, nggak ada ngobrol-ngobrol. Setelah makan, pedagang tersebut disuruh pulang. Padahal pedagang-pedagang tersebut sudah bawa spanduk akan mempertahankan sampai titik darah penghabisan. Akhirnya Pak Jokowi masih terus mengundang makan. Besoknya juga begitu, diundang makan siang dan makan malam, ya hanya sekedar makan. Sampai ada pedagang yang bertanya, bapak mau bicara? Pak Jokowi Cuma menjawab “nggak, kita Cuma makan-makan saja, setelah itu ya bisa pulang”. Begitu seterusnya sampai berkali-kali, beliau bilang sampai 54 kali. Sampai akhirnya pedagang nggak lagi membawa spanduk-spanduk atau senjata bambu runcing atau senjata lain yang berbahaya. Maklum Pak Jokowi nggak mau mengulang sejarah Kota Solo dibakar sampai tiga hari, makanya Pak Jokowi berusaha agar emosi pedagang-pedagang saat itu sudah mereda ketika diajak ngomong.

Setelah mereka nggak bawa senjata, setelah undangan makan yang terakhir, Pak Jokowi berbicara bahwa lokasi berdagang mau dipindah. Dikira masyarakat akan ngamuk atau protes, ternyata masyarakat diam. Akhirnya ngobrol bareng, kekhawatirannya apa, masalahnya, dicari solusinya bersama.

Akhirnya masyarakat setuju dan jadilah pedagang-pedagang PKL yang tertata seperti gambar-gambar sebelumnya..
 J

0 comments

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan memberi komentar.

Follower