Dalam penggunaan metode analisis AHP ini disusun dalam beberapa tahap, yaitu :
1.Menyusun dalam bentuk hirarki
2.Membuat perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) antara elemen dari satu tingkat sesuai dengan yang diperlukan oleh kriteria-kriteria yang berada setingkat lebih tinggi.
3.Sintesis hasilnya agar menghasilkan prioritas dari berbagai perbandingan sebelumnya.
4.Evaluasi konsistensi dan interdependensi.
Dalam tahap pertama yaitu menyusun persoalan dalam bentuk hirarki.
Contoh pohon hirarki ditunjukkan dalam gambar berikut.
Tahap selanjutnya adalah membuat perbandingan yang berpasangan dari variabel tersebut.
Bobot 1 = Kedua elemen sama pentingnya -> 2 elemen menyumbangkan peran yang sama besar pada kriteria ini
Bobot 3 = Elemen yang 1 sedikit lebih penting dibanding yang lain -> Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen lain
Bobot 5 = Elemen yang satu lebih penting dari yang lain -> Pengalaman dan pertimbangan memberikan dukungan yang kuat terhadap satu elemen dibanding terhadap elemen yang lain
Bobot 7 = Satu elemen jauh lebih penting dari yang lain -> Satu elemen dengan kuat didukung dan dominannya telah terlihat dalam praktek
Bobot 9 = Satu elemen mutlak lebih penting dari yang lain -> Bukti nyata mendukung mutlak satu elemen lebih penting dari yang lain
Bobot 2,4,6,8 = Nilai tengah / memiliki pengertian angka ganjil diantaranya -> Jika diperlukan suatu penilaian yang kompromi atas kedua faktor yang diperbandingkan
1.Menyusun dalam bentuk hirarki
2.Membuat perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) antara elemen dari satu tingkat sesuai dengan yang diperlukan oleh kriteria-kriteria yang berada setingkat lebih tinggi.
3.Sintesis hasilnya agar menghasilkan prioritas dari berbagai perbandingan sebelumnya.
4.Evaluasi konsistensi dan interdependensi.
Dalam tahap pertama yaitu menyusun persoalan dalam bentuk hirarki.
Contoh pohon hirarki ditunjukkan dalam gambar berikut.
Gambar ..
Pohon Analytical Hierarchy Process Penentuan Pembelian Mobil
Pohon Analytical Hierarchy Process Penentuan Pembelian Mobil
Tahap selanjutnya adalah membuat perbandingan yang berpasangan dari variabel tersebut.
Bobot 1 = Kedua elemen sama pentingnya -> 2 elemen menyumbangkan peran yang sama besar pada kriteria ini
Bobot 3 = Elemen yang 1 sedikit lebih penting dibanding yang lain -> Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen lain
Bobot 5 = Elemen yang satu lebih penting dari yang lain -> Pengalaman dan pertimbangan memberikan dukungan yang kuat terhadap satu elemen dibanding terhadap elemen yang lain
Bobot 7 = Satu elemen jauh lebih penting dari yang lain -> Satu elemen dengan kuat didukung dan dominannya telah terlihat dalam praktek
Bobot 9 = Satu elemen mutlak lebih penting dari yang lain -> Bukti nyata mendukung mutlak satu elemen lebih penting dari yang lain
Bobot 2,4,6,8 = Nilai tengah / memiliki pengertian angka ganjil diantaranya -> Jika diperlukan suatu penilaian yang kompromi atas kedua faktor yang diperbandingkan
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat,
Beberapa faktor penyebab konversi lahan pertanian ditinjau dari aspek fisik,
yaitu fungsi lahan kurang optimal untuk pertanian (X1), lahan pertanian berada
di antara lahan industri mendesak konversi lahan pertanian (X2), tersedianya
infrastruktur untuk pengembangan industri mendesak konversi lahan pertanian (X3),
lahan pertanian cukup luas untuk pengembangan industri (X4), dan lokasi lahan
pertanian dekat dengan jalan Krikilan-Driyorejo-Bambe (X5).
Faktor penyebab dari aspek sosial yaitu
banyaknya jumlah penawar untuk membeli lahan pertanian (X6), dan kurang tenaga
kerja dalam menggarap sawah (X7). Faktor penyebab dari aspek ekonomi yaitu pendapatan
masyarakat dari sektor pertanian lebih rendah dibanding daripada pendapatan
dari sektor non-pertanian (X8), pemenuhan kebutuhan pokok kurang terpenuhi saat
bekerja di sektor pertanian (X9), penawaran harga jual lahan pertanian yang
tinggi (X10), hasil penjualan lahan pertanian untuk modal usaha (X11), dan
tidak mampu membiayai pengelolaan sawah (X12). Faktor penyebab dari aspek
politik yaitu adanya kebijakan pemerintah mendesak terjualnya lahan pertanian
yang dimiliki (X13).
Hasil pendapat masyarakat dapat dilihat dari
penilaian setuju dan sangat setuju yang nilainya besar, seperti yang
ditunjukkan dalam tabel berikut.
Pendapat
Pertanyaan
|
Sangat Tidak Setuju
|
Tidak Setuju
|
Ragu-ragu
|
Setuju
|
Sangat Setuju
|
Total
|
X1
|
0
|
25
|
14
|
44
|
8
|
91
|
X2
|
12
|
47
|
20
|
9
|
3
|
91
|
X3
|
0
|
28
|
47
|
16
|
0
|
91
|
X4
|
0
|
63
|
28
|
0
|
0
|
91
|
X5
|
3
|
66
|
11
|
11
|
0
|
91
|
X6
|
6
|
47
|
17
|
21
|
0
|
91
|
X7
|
14
|
55
|
11
|
11
|
0
|
91
|
X8
|
0
|
36
|
41
|
11
|
3
|
91
|
X9
|
0
|
39
|
25
|
24
|
3
|
91
|
X10
|
0
|
3
|
0
|
77
|
11
|
91
|
X11
|
0
|
14
|
14
|
44
|
19
|
91
|
X12
|
14
|
55
|
22
|
0
|
0
|
91
|
X13
|
0
|
8
|
25
|
44
|
14
|
91
|
Total
|
49
|
486
|
275
|
312
|
61
|
Tabel tersebut menunjukkan faktor-faktor penyebab
masyarakat mengkonversi lahan pertaniannya menjadi lahan industri, yaitu:
1.
Fungsi lahan kurang optimal untuk
pertanian (X1)
2.
Penawaran harga jual lahan
pertanian yang tinggi (X10)
3.
Hasil penjualan lahan pertanian
untuk modal usaha (X11)
4.
Kebijakan pemerintah mendesak terjualnya
lahan pertanian yang dimiliki (X13)
Wawancara tidak hanya dilakukan kepada
masyarakat pemilik lahan pertanian, tetapi juga Pemerintah Daerah Kabupaten
Gresik selaku pembuat kebijakan lahan industri di Kecamatan Driyorejo. Faktor
penyebab konversi lahan yang ditanyakan yang terdiri aspek fisik, sosial, dan
politik. Beberapa faktor penyebab konversi lahan pertania menjadi lahan
industri yang dirangkum dari teori-teori, yaitu:
- Fisik
-
Lokasi lahan pertanian dekat dengan asal bahan baku industri
dan pemasaran produk industri (X1)
- Sosial
-
Banyaknya jumlah penawar untuk membeli lahan pertanian (X2)
-
Menambah lapangan kerja baru untuk tenaga kerja dari
masyarakat lokal (X3)
- Ekonomi
-
Penawaran investasi dari pihak swasta yang besar (X4)
-
Pendapatan regional dari sektor industri lebih besar
dibandingkan pendapatan regional dari sektor pertanian (X5)
- Politik
-
Kerjasama dengan investor memberikan peluang besar untuk alih
fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri (X6)
-
Pengenaan insentif dan disinsentif dalam pembangunan kurang
berfungsi optimal (X7)
-
Kepentingan pihak-pihak tertentu tanpa adanya koordinasi
dengan stakeholder yang lain (X8)
Faktor-faktor tersebut kemudian dipilih faktor
yang mendominasi terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan industri.
Analisis yang digunakan bisa menggunakan Analytical Hierarchy Process.
Menurut Saaty (1993:36), tidak ada batas bagi jumlah tingkat dalam satu hierarki. Perhitungan dalam analisis tersebut menggunakan dua tingkatan saja. Hal
tersebut dikarenakan sampai tingkatan kedua telah bisa ditentukan faktor-faktor
penyebab konversi lahan pertanian menjadi lahan industri, bila lebih dari dua
tingkatan kemungkinan hasilnya tidak representatif.
Analisis Hirarkhi Proses ditanyakan kepada
para pakar yang dimungkinkan memiliki persepsi yang berbeda karena perbedaan
latar belakang pendidikan, pengalaman, dan wawasan dari masing-masing pihak.
Para ahli yang ditanyakan, yaitu:
1.
Kasubid. Fisik RDTRK Kecamatan
Driyorejo Kabupaten Gresik sebagai bagian pemerintahan yang bertugas dalam penyusunan
rencana-rencana daerah, terutama penyusunan rencana industri.
2.
Kasubid. Kebijakan dan
Pengembangan Iklim Investasi, Dinas Penanaman Modal dan Perijinan, Kabupaten
Gresik, sebagai penyusun kebijakan penanaman modal investasi, terutama untuk
industri.
3.
Kabid. Tanaman Pangan dan
Holtikultura, Dinas Pertanian, Kabupaten Gresik, sebagai bagian pemerintahan,
khususnya sub bidangnya, yang juga mengurusi konversi lahan pertanian menjadi
lahan non-pertanian.
Pakar yang ditanyakan sebanyak tiga orang,
sehingga perlu ada penggabungan pendapat dan harus diperiksa dulu CI (Consistency
Index) atau CR (Consistency Ratio) dari setiap pendapat. Matriks
berikut merupakan derajat penilaian kepentingan dalam faktor penyebab konversi
lahan pertanian menjadi lahan industri berdasarkan wawancara dari pakar satu
yaitu Kasubid. RDTRK Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.
Variabel
|
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
X5
|
X6
|
X7
|
X8
|
X1
|
1
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
3
|
3
|
X2
|
3
|
1
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1
|
1
|
1
|
X3
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
3
|
7
|
5
|
X4
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
X5
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
3
|
X6
|
3
|
1
|
1/3
|
1
|
1/3
|
1
|
3
|
3
|
X7
|
1/3
|
1
|
1/7
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1
|
1
|
X8
|
1/3
|
1
|
1/5
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1
|
1
|
∑
|
50/3
|
40/3
|
456/105
|
16/3
|
14/3
|
30/3
|
22
|
20
|
Matriks tersebut dinormalkan kemudian dicari Priority
Vector dari matriks tersebut, kemudian diperoleh Priority Vector,
yaitu:
X1 =
|
7,69 %
|
X2 =
|
8,26 %
|
X3 =
|
23,82 %
|
X4 =
|
17,79 %
|
X5 =
|
20,29 %
|
X6 =
|
12,21 %
|
X7 =
|
4,88 %
|
X8 =
|
5,05 %
|
Priority Vector
tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab konversi lahan yang dominan adalah
adanya kegiatan industri dapat menambah lapangan kerja baru bagi masyarakat
lokal. Kemudian, dilihat nilai consistency-nya, apakah dapat diterima
atau tidak dengan cara perhitungan eigen value terlebih dahulu. Nilai eigen
value matriks tersebut yaitu 8,62. Setelah diketahui eigen value, maka
dihitung indeks konsistensinya. Perhitungan indeks konsistensi yaitu :
CI = (Λmaks – n)/n-1
=
(8,62 - 8)/7
=
0,088436
Dengan n = 8, maka RI (Random Consistency Index) = 1,41, sehingga perhitungan Consistency Ratio (CR) = CI / RI = 0,088436/1,41
= 0,06272 x 100 % = 6,27 %. Nilai CR kurang dari 10%, maka indeks
konsistensinya dapat diterima.
Setelah pendapat pakar satu dapat diterima,
kemudian dicari CR dari pendapat pakar dua yaitu dari Kasubid. Kebijakan dan
Pengembangan Iklim Investasi, Dinas Penanaman Modal dan Perijinan.
Variabel
|
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
X5
|
X6
|
X7
|
X8
|
X1
|
1
|
1/7
|
1/5
|
1/5
|
1/5
|
1
|
1/3
|
1
|
X2
|
5
|
1
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1/5
|
1/3
|
3
|
X3
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
3
|
X4
|
5
|
3
|
1
|
1
|
1
|
3
|
5
|
5
|
X5
|
5
|
3
|
1
|
1
|
1
|
3
|
5
|
5
|
X6
|
1
|
3
|
1/5
|
1/3
|
1/3
|
1
|
1/3
|
1/5
|
X7
|
1
|
1
|
1/3
|
1/5
|
1/5
|
3
|
1
|
1/7
|
X8
|
1
|
1/5
|
1/3
|
1/5
|
1/5
|
1
|
3
|
1
|
∑
|
22
|
502/35
|
66/15
|
64/15
|
64/15
|
66/5
|
48/3
|
747/35
|
Matriks tersebut dinormalkan kemudian dicari Priority
Vector dari matriks tersebut, kemudian diperoleh Priority Vector,
yaitu:
X1 =
|
4,32 %
|
X2 =
|
9,11 %
|
X3 =
|
16,79 %
|
X4 =
|
24,31 %
|
X5 =
|
24,31 %
|
X6 =
|
7,05 %
|
X7 =
|
7,28 %
|
X8 =
|
6,83 %
|
Priority Vector
tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab konversi lahan yang dominan adalah
adalah penawaran
investasi dari pihak swasta yang besar, dan pendapatan regional dari sektor
industri lebih besar dibandingkan pendapatan regional dari sektor pertanian. Kemudian, dilihat nilai consistency-nya, apakah dapat diterima
atau tidak dengan cara perhitungan eigen value terlebih dahulu. Nilai eigen
value matriks tersebut yaitu 8,42.
Setelah diketahui eigen value, maka dihitung
indeks konsistensinya. Perhitungan indeks konsistensi yaitu :
CI = (Λmaks – n)/n-1
=
(8,42 - 8)/7
=
0,059783
Dengan n = 8, maka RI (Random Consistency Index) = 1,41, sehingga perhitungan Consistency Ratio (CR) = CI / RI = 0,059783/1,41
= 0,042399 x 100 % = 4,24 %. Nilai CR kurang dari 10%, maka indeks
konsistensinya dapat diterima.
Setelah pendapat pakar satu dan pakar dua dapat
diterima, kemudian dicari CR dari pendapat pakar tiga yaitu dari Kabid. Tanaman
Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian, Kabupaten Gresik.
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
X5
|
X6
|
X7
|
X8
|
|
X1
|
1
|
3
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
3
|
3
|
X2
|
1/3
|
1
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
3
|
5
|
3
|
X3
|
3
|
1
|
1
|
1/3
|
1/3
|
3
|
3
|
3
|
X4
|
3
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
X5
|
3
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
X6
|
1/3
|
1
|
1/3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
3
|
X7
|
1/3
|
1/5
|
1/5
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1
|
1
|
X8
|
1/3
|
1/3
|
1/5
|
1/3
|
1/3
|
1/3
|
1
|
1
|
∑
|
34/3
|
188/15
|
126/15
|
14/3
|
14/3
|
30/3
|
20
|
20
|
Matriks tersebut dinormalkan kemudian dicari Priority
Vector dari matriks tersebut, kemudian diperoleh Priority Vector,
yaitu:
X1 =
|
10,54 %
|
X2 =
|
12,40 %
|
X3 =
|
15,08 %
|
X4 =
|
21,12 %
|
X5 =
|
21,12 %
|
X6 =
|
10,97 %
|
X7 =
|
4,32 %
|
X8 =
|
4,45 %
|
Priority Vector
tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab konversi lahan yang dominan adalah
adalah penawaran
investasi dari pihak swasta yang besar, dan pendapatan regional dari sektor
industri lebih besar dibandingkan pendapatan regional dari sektor pertanian. Kemudian, dilihat nilai consistency-nya, apakah dapat diterima
atau tidak dengan cara perhitungan eigen value terlebih dahulu. Nilai eigen
value matriks tersebut yaitu 8,84. Indeks konsistensi (CI) sebesar 0,119575,
nilai Consistency Ratio (CR) sebesar 8,48%. Nilai CR kurang
dari 10%, maka indeks konsistensinya dapat diterima.
Setelah ketiga matriks pada pakar-pakar tersebut
memiliki indeks konsistensi yang dapat diterima, maka pendapat tersebut
digabung menjadi sebuah matriks penggabungan pendapat. Hasil dari perhitungan
matriks tersebut, diperoleh priority vector yaitu:
X1 =
|
4,74 %
|
X2 =
|
6,54 %
|
X3 =
|
20,00 %
|
X4 =
|
26,65 %
|
X5 =
|
28,13 %
|
X6 =
|
7,48 %
|
X7 =
|
3,09 %
|
X8 =
|
3,36 %
|
Nilai eigen value sebesar 7,82, CI
sebesar -0,02526, dan CR sebesar minus 1,79 %, dimana kurang dari 10 %. Dari
analisis AHP penggabungan pendapat tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab
konversi lahan pertanian menjadi lahan industri, yaitu:
1.
Pendapatan regional dari sektor
industri lebih besar dibandingkan pendapatan regional dari sektor pertanian
2.
Penawaran investasi dari pihak
swasta yang besar
3.
Adanya kegiatan industri dapat
menambah lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal
Hasil wawancara kepada masyarakat dan
pemerintah, faktor penyebab konversi lahan pertanian menjadi lahan industri
berasal dari aspek fisik, sosial, ekonomi, dan politik.
Revisi : Untuk contoh perhitungan diatas, sub variabel Fisik tidak boleh hanya satu. Jadi harus lebih dari satu.
Selain itu ada pula aplikasi yang memudahkan menghitung AHP yaitu Expert choice.