Di Surabaya, ada satu tempat yang ingin aku kunjungi dari dulu, yaitu Monumen Jalesveva Jayamahe. Aku kira monumen itu selayaknya tempat wisata lainnya yang dibuka setiap akhir pekan. Ternyata berkunjung ke Monumen Jalesveva Jayamahe nggak bisa sembarang datang.
Kalau mau masuk ke Monumen Jalesveva Jayamahe harus izin dulu. Sampai akhirnya, aku baca flyer di media sosial, dalam rangka Dirgahayu TNI AL tanggal 10 September, TNI AL menyelenggarakan Naval Base Open Day (NBOD) Koarmada II. Sudah lama aku menunggu Monumen Jalesveva Jayamahe Surabaya dibuka untuk umum.
Di NBOD ini masyarakat umum bisa menaiki kapal perang TNI AL, kapal rumah sakit dan juga kapal Dewiruci.
Sebenarnya kunjungan ke Koarmada II TNI AL ini udah aku lakukan tahun lalu sih tapi aku baru menuliskannya. Hehe. Nggak update banget sih.
Kalau lihat berita di Google, Naval Base Open Day Koarmada II Surabaya ini hampir dilaksanakan setiap tahun. Untuk tahun 2024, NBOD ini sudah dilaksanakan di Surabaya. Biasanya di kota-kota yang punya naval base biasanya juga membuka Open Day untuk masyarakat umum. Jadi teman-teman bisa cari saja infonya di Google atau media sosial setiap bulan september. Eh, tapi masih tahun depan ya, hehe.
Yang paling seru sebenarnya, kita nggak hanya bisa foto dekat monumen angkatan laut saja, kita bisa menikmati keseruan masuk ke dalam kapal perang angkatan laut dari dekat. Anak-anak senang. Akhir pekan mengajak anak pergi ke tempat keren di Surabaya ini memang nggak nyesel. Meskipun panasnyaaa.... nggak bisa diungkapkan kata-kata.
Antri masuk
Karena event ini dilaksanakan satu tahun sekali, masyarakat umum yang hadir di event ini juga banyak. Jangan heran saat mau masuk ke Koarmada II, banyak mobil yang antri mau masuk ke dalam.
Sekitar hampir setengah jam akhirnya kita bisa masuk ke naval base di Surabaya. Untuk mobil, ada parkir di lapangan besar dan di sana sudah banyak mobil yang datang. Aku datang sekitar pukul 10 pagi. Dan sudah sangat panas terik. Kami beruntung masih dapat tempat parkir yang teduh di bawah pepohonan.
Oiya nggak tiket masuk naval base open day ya. Alias gratis. Tapi kalau uang parkir aku lupa berapa.
Kapal perang parkir
Setelah berlari-lari kecil dari tempat parkir mengejar trio ahmad yang tak sabar melihat kapal, kami tiba di pinggir laut yang terlihat banyak kapal perang TNI AL yang parkir.
Rasanya takjub. MasyaAllah banget bisa sedekat itu sama kapal perang Indonesia ini. Di sisi kiri, ada satu tempat untuk memperbaiki kapal.
Monumen kapal selam KRI Nanggala
Di sisi kanan, di atas rerumputan, monumen kapal selam Indonesia, KRI Nanggala, berdiri gagah meski terasa duka mendalam karena monumen itu dibangun untuk mengenang tenggelamnya KRI Nanggala.
Di bagian ini, aku cerita sedikit pada dua anakku tentang tragedi kapal selam Indonesia ini, tentang keluarga yang ditinggalkan, dan negara yang ditinggalkan.
Di bagian ini, anakku juga bertanya-tanya, kok bisa kapal selam tenggelam? Ia merasa ketakutan ketika aku menceritakannya. Ia sempat mengatakan tidak ingin jadi tentara angkatan laut.
Aku bilang kematian orang itu sudah ditentukan hari, tanggal, dan tahunnya. Mau jadi tentara atau tidak, kematian kita itu udah pasti.
Kalau memang matinya tanggal segitu, nggak jadi tentara juga matinya tanggal segitu. Bedanya satu mati seperti orang jihad. Yang satu mati belum tentu seperti orang jihad.
Aku mengatakan, muslim yang mati tenggelam sama seperti orang jihad karena tidak perlu dimandikan seperti jenazah lain yang meninggal di daratan. CMIIW.
Setelah aku jelaskan itu, rasa ketakutannya mulai memudar. Semoga ia tak takut dengan profesi apa pun. Asal halal dan berkah.
Petualangan Naik Kapal Perang
Petualangan Naik Kapal Perang pun dimulai. Anak-anak sudah tak sabar ingin masuk ke dalam kapal perang.
Naik kapal perang kecil
Kami mencoba naik kapal patroli. Meskipun anakku terlihat agak takut karena kapal suka tiba-tiba bergerak yang didorong ombak, mereka tetap naik. Kami bisa melihat bagian dalam kapal ini yang keren.
Selanjutnya kita naik kapal perang yang sudah dihiasi bendera dan kita nggak hapal namanya. Untuk masuk ke dalam kapal sudah ada kayu yang dipasang. Hati-hati jangan sampai kepeleset. Kalau kepeleset bisa masuk ke laut.
Di setiap kapal sudah ada yang jaga dari angkatan laut dan membantu masyarakat terutama anak-anak untuk melewati kayu itu agar bisa masuk ke dalam kapal. Anak-anak melihat dari luar kondisi tempat nakhoda. Di atas kapal, kita bisa duduk.
Kita pun turun dari kapal, dan mencoba melihat kapal jenis lain lagi tapi kali ini kapalnya agak susah masuknya jadi kami skip.
Naik kapal perang besar
Meski panas menyengat, aku masih penasaran dengan kapal perang yang lebih besar. Tapi pas lihat antrinya panjang banget, aku maju mundur masuk apa nggak. Anak-anakku nggak sabar pengen masuk. Tapi ya demi anak-anak, antri deh.
Sedikit ngeri saat antri di dermaga karena tanpa pembatas, aku sudah berpesan pada anak-anak agar tidak berlari dan bercanda. Kan ngeri kalau sampai jatuh ke laut.
Saat giliran kita naik, seorang angkatan yang memakai baju dinas meminta anak-anakku untuk memegang tali dan meminta hati-hati.
Kita pun masuk ke dalam kapal perang. Di dalamnya juga sudah antri yang mau naik ke dek paling atas. Yah, dijalani meski panaas.
Sampai dek atas, sudah banyak orang yang berfoto dan duduk-duduk. Dari kapal perang ini aku bisa melihat monumen Jalesveva Jayamahe di kejauhan.
Monjaya dari atas kapal perang |
Mencoba Alat Perang
Setelah turun dari kapal perang, kita jalan kaki lagi melewati stand-stand yang memamerkan peralatan perang angkatan laut, seperti senjata, rudal, dll.
Karena angkatan laut juga punya lapangan terbang, mereka memamerkan gambar kokpit pesawat, helm yang bisa kita pakai. Ada juga loh tentara yang pakai baju dinas seperti Maverick gitu deh. Hehe. Jadi kita foto bareng dong.
Anak-anak juga mencoba senjata tapi berat, mencoba teropong. Ada juga peralatan menyelam.
Anak-anak juga masuk ke tempat seperti kapsul yang katanya itu untuk kapal selam.
Bazar
Pengunjung nggak akan merasa lapar dan haus karena di tempat acara juga ada stand-stand bazar yang banyak. Mulai dari minuman dingin, hangat, jajanan sampai makan berat.
Naik kapal Dewaruci
Sejak aku naik kapal perang, kapal Dewaruci yang tampak ikonik di antara kapal perang lainnya ini menarik perhatianku. Yang aku tahu, kapal Dewaruci ini dipakai untuk perjalanan muhibah jalur rempah dari Kemdikbud. Seru banget sih kelihatannya.
Kapal Dewaruci adalah kapal latihan para taruna atau kadet Akademi Angkatan Laut atau TNI AL yang dibuat tahun 1952.
Sejarah kapal Dewaruci atau KRI Dewaruci ternyata cukup panjang tapi aku akan cerita sedikit saja. Sebenarnya KRI Dewaruci dibuat tahun 1952 tetapi karena Perang Dunia II terjadi, galangan kapal tempat Dewaruci dibuat itu rusak parah. Jadi kapal dilanjutkan tahun 1952 dan diresmikan tahun 1953. Kapal Dewaruci pernah melakukan pelayaran keliling dunia sebanyak dua kali, tahun 1964 dan 2012. Kapal Dewaruci ini juga pernah memperoleh penghargaan internasional.
Karena sejarahnya dan desainnya yang ikonik, tak lupa aku mengambil foto kapal Dewaruci dan anak-anak.
Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya)
Setelah menikmati jajanan di bazar, aku dan anak-anak mengajak naik kapal rumah sakit yang terlihat megah dari kejauhan. Anak-anak malah sudah naik tank yang sedang parkir.
Ketika aku berjalan, dari sisi kiri, aku melihat patung perwira berdiri dengan tegap dengan membawa pedang. Matanya yang tajam dengan topi perwira TNI menghadap samudera seolah-olah siap menjaga kedaulatan NKRI di lautan. Monumen itu adalah monumen Jalesveva Jayamahe. Jalesveva Jayamahe sendiri artinya Di Laut Kita Berjaya.
Patung setinggi 30 meter itu yang selama ini ingin aku kunjungi. Aku pun mengambil foto sejenak di depan Monjaya. Akhirnya terwujud juga bisa berfoto di depan monumen tersebut.
Naik kapal rumah sakit
Di bagian dinding kapal tentara besar berwarna hijau tentara teelihat tanda + berwarna merah. Dari tanda tersebut, aku bisa mengira bahwa kapal iu adalah kapal rumah sakit yang memudahkan para tentara angkatan lait yang bertugas di laut untuk mendapatkan pelayanan medis.
Naik ke kapal rumah sakit pun ternyata antri cukup panjang. Meski sudah lelah dan panas, tapi aku dan anak-anak excited untuk naik ke kapal rumah sakit. Masuk ke dalam kapal tidak terlalu panas karena ada AC.
Kami disambut seorang perempuan yang ternyata adalah tenaga medis untuk angkatan laut. Kalau tak salah beliau adalah dokter yang sekarang belum bertugas.
Sampai ke dalam kapal, kami masih harus naik tangga lagi sampai 2 atau 3 tingkat (lupa). Tidak banyak yang bisa dieksplor sih sebenarnya karena kukira seperti rumah sakit yang setiap ruangan ada ranjang rumah sakit dan peralatan medis. Ternyata tidak ada. Hanya polosan aja. Alias ruang koaong. Mungkin peralatan medisnya sudah disimpan. Terus banyak ruangan juga yang tidak boleh dimasuki pengunjung.
Akhirnya kita sampai di dek atas yang sangat panas. Maklum sudah jam 12 siang. Wajah anakku sudah memerah meski sudah ditutupi topi. Air minum yang kita bawa ludes.
Kapal rumah sakit ini besar dan panjang ketika aku tiba di dek atas. Suara deru mesin kapal terdengar. Asap keluar dari cerobong asap. Aku melihat beberapa pengunjung naik ke dek paling atas. Duh, lihatnya saja sudah panas sekali.
Monjaya terlihat dari jelas dari atas kapal. Kami mengambil beberapa foto kemudian turun dari kapal. Turun pun harus antri.
Barang yang dibawa
Karena panasnya Surabaya luar biasa, apalagi di daerah pesisir, makanya aku sarankan bawa topi atau payung. Pakai sunblock dan bawa minum yang cukup. Karena jalannya cukup jauhhhhhh. Mending yang bawa anak bayi, bawa stroller dam gendongan ya. Karena kalau naik kapal tidak bisa bawa stroller. Hehe.
Meskipun kita cuma ke NBOD, tapi kami disarankan untuk bawa beberapa barang seperti:
- Topi/payung
- Air minum
- Stroller yang punya anak bayi