Libur idul adha ceritanya kelayapan ke salah satu sumber mata air. Refreshing biar si ponakan krucik-krucil tu seneng mainan air. Sempat pengen bawa baju ganti sih, siapa tahu mau berenang. Eh, tapi dipikir-pikir ibu hamil ntar masuk angin lagi, heheehe.
Sebenarnya Kabupaten Malang itu kaya dengan sumber mata air. Beberapa sumber memang potensial untuk dikembangkan menjadi tempat wisata. Salah satunya adalah Sumber Maron. Tujuan wisata kali ini cari yang murah meriah, menyenangkan dan nggak jauh-jauh dari kota malang sekitar 1 jam. Dan medannya pun ramah dengan anak kecil.
Lokasi
Desa Karangsuko, Kabupaten Malang. Ke arah timur dari pusat kota Kepanjen. Dari arah stadion Kanjuruhan, terus ke arah timur sekitar 3 km. Sempat tanya-tanya juga, karena kok nggak sampe-sampe. Ternyata ada plang menunjukkan lokasi Sumber Maron walaupun nggak begitu besar. Jadi harus benar-benar jeli.
Sebenarnya enak lewat Jl. Mayjen Sungkono-Gondanglegi soalnya jalannya lebih bagus, lebih mulussss.. pas pulang lewat sana soalnya, maklum lah bawa bumil udah gitu naik jimny kerasa banget geronjalannya. Heran juga kenapa daerah ini lebih halus ya, mungkin karena banyak pabrik gula jadi kondisi perkerasan jalannya diperhatikan.
Jalan masuk dari plang Sumber Maron pun hanya jalan lingkungan yang kecil, jalan desa gitu, belum di aspal, masih plester dan itupun banyak yang rusak.
Sekitar 500 meter dari jalan raya ada plang masuk parkir mobil pertama ke sumber maron, beloklah kita ke kanan. Sebenarnya masih ada plang jalan utama ke sumber maron, tapi agaknya kurang begitu jelas, sehingga kita masuk ke belokan pertama. Sampai ditempat parkir disambut oleh ibu-ibu yang nyuruh parkir di depan rumahnya. Nggak ada bapak-bapak tukang parkir dan lahan yang memang disediakan khusus tempat parkir. Akhirnya ya parkir depan rumah ibunya.
Ini kalau weekend ramai, kemungkinan rebutan parkir mobil karena lahannya nggak begitu luas, hanya didepan rumah orang. Harga parkirnya juga murah, harga standar biasa 2000 rupiah.
Parkir Mobil dan Arah Masuk Sumber Maron yang ternyata harus belok kiri bukan kanan seperti yang di gambar |
Tiket Masuk
Pas kesana sih nggak ada loket masuk jadi nggak ada yang nagih tiket masuk. Kalau menurut orang sana sih, untuk sabtu dan minggu ditarik karcis masuk sekitar 2000 rupiah. Kebetulan karena kesana hari jumat jadi nggak ditarik karcis masuk.
Tapi pas pulangnya ada dua selebaran yang bertentangan dekat kamar mandi. Yang pertama dilarang menjuak tiket masuk. Yang kedua penarikan tiket masuk sekitar 2000 sampe 3000 rupiah. Terbilang murah sih. Bagi kita, nggak masalah kalaupun ditarik dengan sejumlah segitu. Lebih enak lagi kalau gratis, hahaha! Tapi kalau ada dua hal bertentangan begini, jadi bingung. Harusnya ditambahkan kalau memang ada tiket masuk untuk sabtu dan minggu.
Jalan Kaki Menuju Tempat Wisata
Jalan menuju ke sumbernya cukup bersih, tapi jalannya turun. Udah kebayang kalau pulang, pas udah capek-capeknya main, jalannya harus naik. Bumil..bumil...
Medannya juga ramah terhadap anak kecil kok. Jangan khawatir kalau bawa anak kesini. Kayanya lebih enak naik motor karena temoat parkir lebih dekat, nggak oerlu jalan jauh.
Tidak jauh sebenarnya menuju ke sumbernya. Kita langsung disuguhkan kolam air yang jernih dimana sumber air berada.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Sumber air ini dikelola oleh pemerintah desa Karangsuko, WSLIC (water and sanitation for Low Income) dan aliansi masyarakat Karangsuko. Tempat wisata ini juga termasuk tempat wisata edukasi karena banyak hal yang bisa dipelajari termasuk adanya PLTMH ini.
"PLMTH sumber maron dikelola oleh yayasan sanitasi sumbermaron dibantu oleh beberapa orang ahli dari Universitas Muhammadiyah Malang, PLMTH mulai dibangun pada tahun 2009 dengan dana ±500 juta. Debit air di desa karang suko sumber maron selalu setabil meskipun pada musim kemarau sehingga sangat cocok dibangun PLMTH.
PLTMH Sumbermaron menghasilkan energi listrik sebesar 35 KWA. Listrik yang dihasilkan dimanfaatkan untuk menggerakkan mesin pompa pengairan dan air bersih yang selama ini mengandalkan listrik dari PLN. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik perbulan sebelum adanya PLMTH rata-rata sekitar Rp 20 juta. Akan tetapi setelah adanya PLTMH biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah, bahkan menghasilkan keuntungan bagi pengelola." (SUMBER)
Banyak banget ikannya disini, kelaparan pula. |
Pemandangan Alam
Menyenangkan itu saat disuguhkan pemandangan alam yang benar-benar masih alami tanpa campur tangan manusia. Sungai dan sawahnya itu loh menyejukkan mata. Apalagi bagi kita yang setiap hari bertemu dengan gedung-gedung dan kendaraan.
Air Terjun
Nggak bosan dengan pemandangan alamnya. Akhirnya kita bertemu dengan air terjunnya. Tidak terlalu besar, tapi cukup menyejukkan. Disana juga ada penyewaan ban. Kalau ban besar seharga 5000 rupiah, sedangkan yang kecil cuma 2000 rupiah.
Sebenarnya disini sungainya nggak terlalu dalam tapi dibendung pakai batu, jadinya yang di sisi dekat air terjun lebih dalam walau hanya sampai selutut.
Warung Makanan dan Sempol
Disana banyak sekali warung-warung penjual makanan, yang jelas makanan sederhana seperti bakso, rujak, gorengan, pop mie, dll. Tapi ada makanan yang menarik perhatikan. Namanya SEMPOL. Sebenarnya kurang lebih kayak cilok dari tepung kanji terus dilapisi dengan telor dadar trus dikasih kecap. Harganya murah kok cuma 500 rupiah per tusuk. Yang heran itu kenapa tusuknya gede sedangkan isinya cuma seimprit gitu. Hmm..
- Akses : dengan kendaraan pribadi, sekitar 1 jam dari kota Malang, recommend via jl. Mayjen Sungkono -Gondanglegi.
- Biaya : parkir 2000 utk mobil, 5000 ban (dewasa), free tiket masuk kecuali weekend.
- Kebersihan : bersih
- Fasilitas : parkir, KM, WC, warung, penyewaan ban, flyingfox.
- Ramah Anak Kecil : yes (dan ramah ibu hamil, hehe)
- Nilai : 7,5
Wah, jadi masuk daftar list kunjungan ini. Semoga bisa ke sana suatu hari. :)
BalasHapus